Mohon tunggu...
Saefudin Sani
Saefudin Sani Mohon Tunggu... Buruh - Swasta

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aduh, Guruku Guru Berprestasi .. Kapan Engkau Kembali?

13 Oktober 2014   04:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

HP di meja berbunyi. Lalu ….

“Halo, Assalamu’alaikum. Iya, saya sendiri. Insa Allah bisa. Tentang Surat Tugasnya bagaimana, Pak? Oo, terima kasih kalau begitu. Insa Allah sanggup, Pak. Kalau surat sudah ada berarti lusa saya sudah bisa berangkat. Iya, sama-sama, Pak. Wa’alaikum salam!”

HP pun diletakkan di meja kembali. Sunyi lagi. Kemudian ….

“Anak-anak, berhenti sebentar mengerjakan latihannya. Ada sesuatu yang hendak Ibu sampaikan untuk kalian,”

“Baik, Bu Guru.”

“Begini, setelah Ibu berhasil menjadi Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten, tadi Ibu dihubungi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. Lusa Ibu harus mengikuti Lomba Guru Berprestasi Tingkat Provinsi. Nah, besok Ibu akan mengambil Surat Tugasnya di Kabupaten. Dan hari ini Ibu pun tidak dapat mengajar sampai jam terakhir. Setelah istirahat kedua, kalian kerjakan saja tugas di halaman … bla … bla … bla ….”

Engkau menghela nafas panjang. Ucapan-ucapan Ibu Gurumu tak diperhatikan lagi. Numpang lewat. Cuma masuk kuping kanan lalu keluar lewat kuping kiri. Sudah basi! Ujarmu dalam hati. Sebelum ini juga pernah bicara mengenai Guru Berprestasi sekecamatan, kemudian sekabupaten. Pernah pula mempercakapkan tentang Guru Teladan, Guru Inti, Guru Pendamping, Guru … Guru … dan entah Guru apalagi namanya. Tapi ujung-ujungnya pasti pamitan lagi .. pamitan lagi. Nggak mengajar beberapa hari, belajar di kelas sendiri supaya jadi anak mandiri, dan tidak lupa , disuruh mendoakan Ibu Guru agar berhasil nanti.

“Selama Ibu tidak ada, atur teman-temanmu biar tertib, ya Baha! Yang ribut catat di buku kasus!”

Bukannya mendengar perintah gurumu, engkau malah teringat Ramadhan lalu ketika kelasmu hanya masuk semi final dalam Lomba Cerdas Cermat seusai Pesantren Kilat di sekolahmu. Bahkan kekalahan tersebut terulang kembali dalam Lomba Cerdas Cermat 17-an kemarin. Parahnya lagi, sudah tumbang di babak penyisihan.

“Baha ..!” Intonasi sang Ibu Guru ditinggikan karena melihat engkau diam saja. "Baha ..! Hei, Baha ..!" Lebih ditinggikan lagi suaranya.

Hingga akhirnya, “Ssst .. Baha! Ibu Guru memanggilmu. Jangan diam saja!” Teman sebelah berbisik-bisik sambil menginjak kakimu dengan pelahan.

“I..iya, Bu. Siap laksanakan!”

“Eh, Baha .. memang kamu tahu Ibu Guru tadi nyuruh apa sama kamu?”Teman sebelah lagi-lagi berbisik padamu.

“Enggak. Tapi aku kan bisa tanya sama kamu.”

“Huuh dasar. Kirain ….”

“Hehehe …….”

* * * * * * * * * * * * * * *

Seminggu sudah berlalu. Malas-malasan engkau menuju kelas begitu bel masuk berbunyi. Pasti tugas lagi .. tugas lagi! Demikian pikirmu. Dan memang, tak sampai menunggu lama seorang Guru Piket masuk. Setelah basa-basi sejenak, guru tersebut menuliskan tugasnya di papan tulis. Selanjutnya …

“Silahkan kerjakan tugas di kertas lembaran. Jika sudah selesai, kumpulkan lalu bawa ke meja Guru Kelas kalian di kantor. Ketua Kelasnya mana?”

“Saya, Pak.”

“Diatur teman-temannya. Sebelum istirahat jangan keluar-keluar kelas. Yang ribut catat di buku kasus!”

“Baik, Pak.”

Lalu sepi. Semua sibuk dengan tugasnya.

Sayup-sayup, sesekali dari kelas sebelah, terdengar para siswa antusias untuk bertanya.kepada gurunya. Tak lama setelah itu, Sang Guru seperti sedang menjelaskan cara membuat sesuatu. Pasti mereka lagi sibuk bikin topeng untuk kerajinan tangan. Demikian tebakmu. Maklum, tadi menjelang masuk, engkau sempat ngobrol dengan salah satu teman di kelas tersebut. Kata dia, hari ini kelasnya akan praktik membuat topeng.

Selanjutnya, terdengar tawa anak-anak di kelas lainnya yang juga bersebelahan dengan kelasmu. Mungkin mereka sedang memutar film kartun Masha & The Bear. Sebelum masuk tadi kata beberapa kawan yang di kelas itu, pelajaran pertama katanya mau membahas tema dan amanat sebuah cerita. Pasti mereka tengah terpingkal-pingkal menyaksikan kekonyolan Masha dan kejengkelan si Beruang.

“Aduh, Guruku Guru Berprestasi .. Kapan Engkau Kembali?”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun