[caption id="attachment_220418" align="alignleft" width="300" caption="Sumber foto : http://tempointeraktif.com/hg/kriminal/2010/08/08/brk,20100808-269614,id.html"][/caption]
“Ya Allah, berikanlah mereka petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”
Itulah doa Muhammad ketika tubuhnya luka dihantam batu dan mukanya belepotan lumpur serta ludah orang-orang Quraisy yang menentang dakwahnya. Pada masa awal periode kenabiannya, tidak hanya cacian dan penghinaan, ancaman pembunuhan berkali-kali diterima oleh nabi yang oleh penulis Michael H Hart dimasukkan dalam urutan pertama 100 orang paling berpengaruh sepanjang masa.
Malaikat Jibril pernah menawarkan bantuan ketika suatu ketika Muhammad mendapat penghinaan dan penganiayaan, "Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi."
Tetapi Muhammad menolak. Baginya, kasih sayang, kelembutan dan memaafkan jauh lebih mulia ketimbang balas dendam. Seorang Yahudi yang suka meludahinya pun ditengok ketika sakit, dan seorang lelaki Quraisy bernama Syuraqah yang hampir membunuhnya pun ia tolong ketika kudanya terperosok.
Tetapi itu terjadi di Mekkah, ribuan tahun yang lalu.
***
“Saya tidak akan membenci dan akan menyayangi mereka. Saya juga tidak dendam. Saya akan doakan para ustadz-ustadz itu dan masih menyayangi mereka,” Itulah yang dikatakan pendeta Luspida Simanjuntak ketika massa dari FPI menyerang dirinya dan jemaat gereja HKBP yang sedang melakukan ibadah minggu di Pondok Timur Bekasi, 8 Agustus 2010 kemarin.
Dan ini terjadi di Indonesia. Kekerasan yang seharusnya tidak terjadi disaat kami –umat Islam- mempersiapkan datangnya Ramadhan yang mulia ini. Arogansi yang seharusnya tidak ditunjukkan di negeri di mana kami mayoritas dan seharusnya meneladani sikap lemah lembut dan pemaaf Nabi.
Dan hari ini, sikap pemaaf dan lema lembut seperti yang pernah Muhammad tunjukkan puluhan abad lalu itulah yang saat ini seharusnya kami teladani dari dari Luspida Simanjuntak, seorang pendeta nasrani, agama yang tidak pernah kau tentang dan kau caci.
***
Ya Allah, semoga engkau memberi petunjuk kepada saudaraku sesama muslim yang tidak juga memahami bahwa perbedaan adalah fitrah dan berkah dari-Mu...
Duh kanjeng Nabi, maafkan kami umatmu yang bebal ini…
Semarang, 9 Agustus 2010
Saefudin Amsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H