Niat kita menyekolahkan anak adalah dalam rangka kita mendidik anak-anak kita untuk mengenal kenapa dia ada sesungguhnya, bagaimana dia harus hidup dan siapakah yang harus dia yakini untuk ditaati dalam hidupnya. Semua itu bersumber pada apa yang diajarkan oleh Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta...
Jenjang sekolah belum tentu berbanding lurus dengan meningkatnya akhlak anak-anak kita. Artinya pendidikan adalah kesatuan utuh yang meliputi semua unsur kehidupan seseorang, dan sekolah hanyalah salah satu bagian dari proses pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya akan mampu merubah perilaku seseorang, sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Untuk mampu ke level itu, seseorang harus mendidik dirinya dengan berbagai ilmu; baik ilmu kauliyah (ilmu agama) maupun ilmu kauniyah (ilmu pengetahuan sainstek), baik melalui jalur formal sekolah, jalur pesantren, atau bahkan jalur homescholing.
Semua tergantung niatnya, jika niatnya benar dan Allah ridho pada kita, maka barokah atas apa yang kita pelajari akan melimpah dengan sendirinya bahkan dengan cara yang tidak kita duga. Dan itu mudah bagi Allah SWT.
Pendidikan sejatinya tidak sekedar mengasah otak anak-anak kita menjadi cerdas belaka, tetapi juga mampu mengasah jiwa atau ruhnya menjadi lebih berakhlak. Alangkah eloknya kalau kita melihat anak kita ketika mereka lulus sekolah, mereka cerdas dan juga berakhlak mulia. Santun dalam bersikap maupun bertutur kata walaupun tetap dengan pemikirannya yang kritis dan sangat sigap dalam menyikapi suatu persoalan, baik persoalan yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau ipteknya, maupun yang berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan di sekitarnya.
Rasul pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah mereka yang berdimensi akhirat. Artinya orang yang selalu berperilaku dengan mempertimbangkan konsekuensi pada dirinya bagi kehidupan akhiratnya kelak.
Dia percaya bahwa ketidakjujuran atau ketidakadilan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Setiap langkahnya akan selalu dilakukan dengan mempertimbangkan masa depannya di keabadian, sehingga dia akan selalu berusaha menghindar untuk melakukan hal-hal yang tercela, tidak adil, menyakiti orang lain, mencederai, korupsi atau sebut apa saja perilaku yang tidak pas dari sudut pandang ahlak.
Oleh karena itu kembalikan niat kita pada hakekat bahwa kita menyekolahkan anak adalah karena kita ingin anak-anak kita mengenal Sang Penciptanya, sehingga mereka akan melandasi sikap hidupnya pada apa yang boleh dan tidak boleh atas dasar keyakinan terhadap ajaranNYA. Sikap ini akan membuat seorang anak cinta pada ilmu yang dipelajarinya tanpa dipaksa-paksa, sungguh-sunguh mengkajinya karena rasa ingin tahu terhadap misteri apa yang ada di balik semua yang tercipta olehNYA di alam raya ini.
Hanya dengan niat seperti ini lah, anak-anak kita akan menjadi kaum terdidik yang mampu menjaga perilakunya di satu sisi, dan mampu menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan padanya karena Allah lah yang membuatnya cerdas bukan dirinya sendiri. Semua terasa gampang dan sederhana saja baginya....
Makna lebih jauhnya adalah berarti semua sendi kehidupan di negara kita tidak boleh lepas dari aspek ketuhanan, dan pendidikan ketuhanan adalah melalui agama. Agama, wajib menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan kita, sebab disitulah ruh atau jiwa anak-anak didik kita diasah agar mereka menjadi insan yang berakhlak. Jadi tidak sekedar cerdas tapi juga pintar.
Pendidikan agama adalah kuncinya, sebab dimensi ketuhanan adalah aspek ruhiyah yang hanya dapat dibenarkan jika disampaikan berdasarkan pada masing-masing ajaran agama yang dianutnya. Kalaupun sekarang banyak kekurangan dalam pelajaran agama, ini bukan berarti pelajarannya yang harus dihilangkan. Tetapi metoda penyampaiannyalah yang harus dirubah agar lebih mengena.