Mohon tunggu...
Firman Saefatullah
Firman Saefatullah Mohon Tunggu... Guru - Penulis adalah pegiat demokrasi dan pendidikan, bergabung dalam IED Institute for Election and Democracy

Lulusan Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengajar Itu Rekreasi yang Indah (Warisan untuk Dunia Pendidikan Almarhum Mbah Moen)

8 Agustus 2019   09:41 Diperbarui: 8 Agustus 2019   15:59 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendidik itu harus menjadi panggilan jiwa, hal-hal yang bersifat materi hendaknya tidak menjadi motivasi dan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan. Mbah Moen menyederhanakan konsep kesungguhan mendidik seorang guru dalam bentuk keihlasan. 

Dalam hal ini Mbah Moen menyindir pada pendidik dengan ungkapan "Nak, kalau kamu jadi guru, dosen atau kiai, kamu harus tetap usaha sampingan, biar hatimu tidak selalu mengharap pemberian atau bayawan orang lain, karena usaha dari hasil keringatmu sendiri itu barokah."

Mengajar itu Rekreasi yang Indah

Pondasi yang di bangun melalui ungkapan "mendidik itu hebat" di atas, Mbah Moen meniscayakan nilai-nilainya mampu menjadi spirit bagi seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya, sehingga pada akhirnya tugas mendidik bukan menjadi beban berat yang harus dipikul oleh seorang guru, namun akan menjadi wadah kegiatan yang menyenangkan sebagaimana lazimnya orang berekreasi yang dalam bahasa lugasnya mbah Moen menyebut "rekreasi paling indah adalah mengajar".

Dalam rekreasi, seorang guru bukan hanya harus dalam kondisi kejiwaan yang rileks menjalankan kegiatan tersebut, akan tetapi lebih jauh dari itu harus mendatangkan inspirasi dan solusi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran selanjutnya. Karena dalam kondisi yang tenang dan menyenangkan akan dengan sendirinya terwujud ide-ide kreatif dalam proses transformasi keilmuan ini.

Dalam hal kondisi menyenangkan ini, sampai keberhasilan sebuah konsep belajar PAKEM pun terletak pada kata "menyenangkan". Menyenangkan menjadi kunci utama yang seharusnya sudah dibangkitkan sejak awal pembelajaran, Dave Meier, dalam bukunya yang berjudul The accelerated Learning Hanbook menuliskan; "Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti membuat suasana ribut atau hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dnegan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat, adaanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) dan nilai yang membahagiakan dalam diri siswa." 

Bahwa dalam kalimat berikutnya Meier menegaskan bahwa penciptaan kegembiraan jauh lebih penting dari pada segala teknik metode maupun media yang digunakan.

Sedangkan menurut Paulo Fraire, mengistilahkan joyfull learning untuk pendidikan yang menyenangkan, menurutnya pembelajaran yang ada di dalamnya tidak ada tekanan, baik tekanan fisik mapun psikologis.

Sebab tekanan apapun namanya hanya kaan mengerdilkan pikiran anak didik, sedangkan kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.

Mbah Moen dengan pengalamannya mendidik, beliau telah mampu membuat konsepsi untuk menciptakan pendidikan yang menyenangkan, dengan menitik beratkan pada tanggung jawab guru dalam mendidik peserta didik adalah sebagai wahana rekreasi, dimana antara guru dan peserta didik tidak ada tekanan, baik dalam pengkondisian dan pembiasaan lahiriah maupun batiniyahnya.

Selanjutnya, Mbah Moen mereduksi semua persoalan yang dialami seorang pendidik dengan perkataan "Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun