Seiring dengan pertumbuhan penduduk pertumbuhan industri otomotif dan transportasi tidak bisa dibendung terutama terkait kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Ketergantungan terhadap sumber energi fosil sangat terbatas (tidak dapat terbaharukan), untuk itu perlu ada penciptaaan dan pengembangan BBM alternatif non fosil yaitu berbasis bahan bakar nabati (BBN). Melalui riset dan pengembangan teridentifikasi salah satu varietas BBN tersebut adalah Jarak Pagar yang merupakan bagian dari tanaman perkebunan. Untuk itu pemerintah dengan bekerja sama dengan stake holder khususnya petani sejak tahun 2006 telah mengeluarkan regulasi terhadap pemanfaatan biji jarak sebagai sumber energi alternatif sekaligus sebagai BBM subtitusi. Mandat pengembangan jarak pagar ada pada Dirjend Perkebunan sebagai Dirjend teknis dan proses penelitian pengembangan menjadi tugas dan fungsi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan.
 Potensi Lahan
 Biji jarak tidak mampu dikembangkan di seluruh tipelogi wilayah karena mensyaratkan tumbuh pada lahan kering dataran rendah iklim kering (LKDRIK). dimana di Indonesia telah tersedia + 6 juta Ha yang tersebar di Bali dan NTT seluas 2.616.895 Ha, Sumatera 470.801 Ha, Jawa 962.720 Ha, Sulawesi 1.810.930 Ha, Maluku dan Papua 582.815 ha. (Data Departemen Pertanian, 2006). Bija jarak mampu menjadi bahan bakar dalam bentuk biodisel dan berdasarkan riset kualitasnya tidak kalah dengan bahan bakar minyak yang lain.
Kunggulan Biodiesel dari Jarak
 Produk sampingan dari biodiesel adalah Glyserin, dimana zat ini adalah salah satu bahan kimia yang dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan seperti obat obatan dan bahan kosmetik (http://en.wikipedia.org/wiki/Glycerine). Pada umumnya, tanaman jarak memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: (1) tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh subur pada berbagai jenis tanah dan mudah beradaptasi dengan baik di lahan manapun, (2) tidak terlalu memerlukan perawatan, (3) dapat beradaptasi terhadap berbagai kondisi iklim, (4) daunnya tidak dikonsumsi oleh ternak, (5) dapat bertahan dalam waktu yang lama pada kondisi kering, (6) mudah berkembangbiak, (7) pertumbuhannya cepat, dan dapat dipanen pada umur 6-8 bulan, (8) setelah menghasilkan biji pada tahun kedua dan seterusnya dapat berproduksi sampai umur 40-50 tahun, (9) ampas minyak jarak merupakan bahan organik yang sangat baik untuk dijadikan sebagai pupuk, dan (10) dapat digunakan sebagai tanaman hijauan dan reboisasi.
Morfologi Jarak Pagar
Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau berukar besar dengan tinggi mencapa 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah. Tanaman ini mampu hidup sampai berumur 50 tahun. Diperbanyak dengan biji dan setek. Dari biji yang berkecambah akan tumbuh 5 akar, yakni sebuah akar tunggang dan 4 akar cabang. Sementara itu, bibit yang berasal dari setek tidak mempunyai akar tunggang.
Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau muda sampai hijau tua, permukaan bawah lebih pucat daripada bagian atasnya. Bentuk daun agak menjari (5-7 lekukan) dengan panjang dan lebar 6-15 cm yang tersusun secara selang-seling. Panjang tangkai daun sekitar 4-15 cm.
Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai. Berumah satu dan bunga uniseksual. Kadang-kadang, ditemukan bunga hermafrodit Jumlah bunga betina 4-5 kali lebih banyak daripada bunga jantan. Bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang muncul di ujung batang atau ketiak daun sebagai bunga terminal. Proses perkawinan dilakukan olen serangga (ngegat dan kupu-kupu).
Buah berbentuk buah kendaga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4 cm. Berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Pembentukan buah membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah Jatropha curcas matang tidak serentak. Di satu rangkaian akan terdapat bunga, buah muda, serta buah yang sudah kering. Buah jarak pagar terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang berisi 3-4 biji.
Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, total 1 cm dan berat 0,4-0,6 gram/biji. Jarak pagar merupakan spesies diploid dengan 2n = 22 kromosom. Panen pertama bisa dilakukan pada saat tanaman sudah berumur 6-8 bulan setelah tanarn dengan produktivitas 0,5-1,0 ton biji kering per hektar per tahun. Selanjutnya akan meningkat secara bertahap dan akan stabil sekitar 5 ton pada tahun kelima setelah tanam.
Keuntungan Usahatani Jarak Pagar dan Saran ke Depan
Jarak pagar merupakan komoditi perkebunan yang dapat dibudidayakan dan memiliki prospek yang cerah. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum serta sosial ekonomi dan lingkungan, usaha yang dijalankan oleh Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon layak untuk dilaksanakan.
Pengusahaan jarak pagar baik usaha benih jarak pagar bersertifikat (pola usaha I), usaha budidaya dan pengolahan biofuel jarak pagar (pola usaha II) dan usaha pengolahan biofuel (pola usaha III) dapat mendatangkan keuntungan. Jenis pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar adalah pengusahaan benih bersertifikat jarak pagar (pola usaha I). Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV pola usaha I>NPV pola usaha II dan III. Begitu pula dengan nilai Net B/C nya. IRR pola usaha I> IRR pola usaha II dan III. Pola usaha III lebih cepat dalam hal pengembalian biaya investasi dibandingkan dengan pola usaha I dan II. Hal ini dikarenakan produksi pada pola usaha III kontinyu, sama pada setiap tahunnya.
Jika dilihat dari hasil analisis switching value, pola usaha II (usaha budidaya dan pengolahan biofuel) adalah jenis usaha yang paling sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual, penurunan produksi dan harga input. Penurunan harga dan penurunan produksi adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Sementara harga input tidak terlalu berpengaruh.
Saran untuk perusahaan sebaiknya tetap mengusahakan pola usaha I yaitu pengusahaan benih jarak pagar bersertifikat. Selain karena lebih menguntungkan juga lebih dapat bertahan apabila terjadi perubahan seperti penurunan harga jual, kenaikan harga pakan, dan penurunan produksi. Pengusahaan biofuel jarak pagar menguntungkan sehingga masyarakat tidak perlu ragu-ragu terhadap pelaksanaan usaha ini. Pemerintah sebaiknya memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai budidaya dan pengolahan jarak pagar agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui jarak pagar dan tertarik untuk mengusahakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H