Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Permasalahan Pengembangan Kopi Agraris

13 Juli 2017   11:16 Diperbarui: 14 Juli 2017   03:06 12476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan, Peluang dan Tantangan Pengembangan Kopi di Indonesia. 

Potensi yang sangat besar tersebut bukannya tanpa tantangan, karena banyak permasalahan yang harus diatasi. Untuk meningkatkan produktifitas, perlu adanya sinergisitas seluruh potensi sumber daya tanaman kopi dalam rangka meningkatkan daya saing usaha. Pengembangan komoditi kopi Arabika masih bisa dengan perluasan lahan, untuk kopi Robusta perlu intensifkasi, peningkatan kemampuan sumber daya. Sebagai salah satu penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam, Indonesia memiliki potensi dalam perdagangan kopi dunia.

Indonesia juga memiliki kopi specialty dari berbagai wilayah seperti Aceh dengan kopi Gayonya, Sumatera Utara dengan Mandailingnya dan Lintongnya, Sulawesi dengan kopi Torajanya, Jawa dengan Java Arabicanya, Nusa Tenggara Timur dengan kopi Bajawanya, Papua dengan Baliemnya, Jawa Barat dengan kopi Preangernya, termasuk kopi Luwak serta kopi lainnya yang semuanya memiliki harga premium dan pasar tersendiri untuk dijadikan komoditi unggulan.

Permasalahan.

(1) Masih rendahnya produktivitas tanaman, (2) Meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), (3) Masih lemahnya kelembagaan petani, (4) Masih rendahnya penguasaan teknologi pasca panen, (5) Sebagian besar produk yang dihasilkan dan diekspor berupa biji kopi (green beans), (6) Masih rendahnya tingkat konsumsi kopi per kapita di dalam negeri (0,86 kg/kapita/th), (7) Belum optimalnya pengelolaan kopi spesialti (Specialty coffee), (8) Masih terbatasnya akses permodalan bagi petani, dan (9) Belum efisiennya tata niaga / rantai pemasaran kopi (masih panjang).

Peluang. 

Adanya upaya perluasan areal tanaman kopi arabika, khususnya di wilayah yang memiliki kesesuaian agroklimat, (2) Penerapan sistem budidaya perkebunan kopi yang baik (GAP) dan berkelanjutan (sustainable coffee production), (3) Tersedianya teknologi pengendalian OPT yang ramah lingkungan, (4) Semakin meningkatnya penanganan mutu khususnya kopi Arabika yang dapat diarahkan menjadi kopi Spesialty, (5) Semakin meningkatnya perkembangan teknologi dalam industri pengolahan kopi, seperti Instant coffee dan Liquid coffee, dan (6) Adanya upaya peningkatan konsumsi kopi per kapita di dalam negeri dari 860 gr/kapita/th menjadi 1.000 gr/kapita/th.

Tantangan.

(1) Penerapan kopi berkelanjutan (sustainable coffee production), (2) Penerapan Standar ISO 9000, 14000, (3) Tingkat pendidikan yang lebih baik, mengubah pola hidup dan kesadaran pada aspek kesehatan, yang menyebabkan semakin ketatnya toleransi terhadap komponen bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh seperti Ochratoxin dan residu pestisida, dan (4) Kesepakatan dari anggota ICO untuk tidak mengekspor kopi dengan kualitas rendah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun