Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Realita Produksi Pangan Strategis 2016

26 Januari 2017   14:29 Diperbarui: 26 Januari 2017   14:43 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan kebutuhan pangan dunia yang semakin meroket baik untuk konsumsi keluarga dan industri, maka seluruh negara dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit dan berat terutama negara negara yang memiliki potensi sumberdaya alamnya sangat melimpah seperti Indonesia yaitu dihadapkan pada persaingan global produk di pasar (harga dan kualitas) dan memenuhi permintaan dunia dalam upaya meningkatkan nilai tambah petani (kesejahteraan) dan peningkatan devisa melalui jalur pasar domestik dan global. 

Untuk menghadapi hal tersebut perlu perencanaan dan strategi yang kuat, efektif dan operasional yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian. Saat ini, negara tidak hanya dihadapkan pada permasalahan keterbatasan anggaran dalam mengelola dan memacu pembangunan pertanian, namun juga masih dihadapkan pada permasalahan hulu dan hilir yang belum terpecahkan secara maksimal. 

Dalam situasi demikian, pilihan pilihan kebijakan, langkah dan program harus benar benar terarah dan fokus pada kebutuhan utama pasar dan masyarakat terutama komoditas pangan. Beban dan masalah pertanian tersebut harus menjadi tanggungjawab nasional mulai dari pusat hingga daerah dalam mengelola anggaran dan program pertanian dengan dukungan perencanaan yang visioner dan kerja keras seluruh pihak jika pertanian akan menjadi sektor yang siap menghadapi pasar global dimasa mendatang.

Capaian Produksi Pangan Strategis 2016

Ada 5 komoditas pangan strategis yang menjadi fokus pemerintah pada tahun 2016 yaitu padi, jangung, kedelai, bawang merah dan cabai yang menjadi kebutuhan mendasar masyarakat sepanjang waktu. Data menunjukkan, bahwa secara umum sepanjang 2 tahun terakhir yaitu 2015-2016 capaian produksi pangan strategis tersebut meningkat. Komoditas padi mengalami kenaikan produksi/pertumbuhan 4,9 persen yaitu dari 75,4 juta ton tahun 2016 meningkat menjadi 79,1 juta ton pada tahun 2016.

Namun, komoditas kedelai mengalami penurunan sebesar -8,06 persen dari 0,96 juta ton tahun 2015 menjadi 0,89 juta ton pada tahun 2016, komoditas jagung mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2016 sebesar 23,2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 19,6 juta ton pada tahun 2015, sementara komoditas bawang mengalami kenaikan produksi/pertumbuhan sebesar 5,74 persen dibandingkan tahun tahun 2015 yaitu 1,2 juta ton menjadi 1,3 juta ton pada tahun 2016, demikian halnya dengan komoditas cabai juga mengalami peningkatan produksi dari 1,9 juta ton tahun 2015 menjadi 2,1 juta ton pada tahun 2016 atau naik sebesar 9,95 persen. 

Tentu kenaikan 4 komoditas dari 5 komoditas utama ini merupakan prestasi bagai pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah serta petani walaupun 1 komoditas yaitu keelai mengalami penurunan sebesar -8,06 persen yang diakibatkan oleh beberapa kendala yaitu iklim La Nina, minat petani yang berkurang terhadap komoditas tersebut karena faktor teknis (sulitnya pemeriharaan) dan non teknis (harga kurang kompetitif). 

Dalam mengahadapi penurunan komoditas kedelai tersebut pemerintah mengambil langkah strategis ke depannya yaitu melalui (1) penambahan luas tanam, (2) mitigasi/adaptasi perubahan iklim dan (3) regulasi penetapan harga pemebelian pemerintah (HET). Tentu 3 langkah solusi tersebut harus diikuti oleh pengembangan riset komprhensip terutama dari sisi teknis mengingat komoditas kedelai memebutuhkan penanganan yang ekstra dari sisi budidaya. 

Capaian Produksi Kokoditas Peternakan 2016

Selain fokus pada 5 komoditas startegis pangan dan hortikultura, pemerintah juga fokus pada pencapaian produksi komoditas peternakan sebagai sumber protein utama yaitu daging sapi/kerbau, telur unggas, daging unggas dan daging kambing/domba. Dari 4 komoditas peternakan tersebut secara umum mengalami peningkatan produksi sepanjang tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Daging sapi/kerbau mengalami peningkatan produksi dari 0,54 juta ton tahun 2015 meningkat menjadi 0,56 juta ton pada tahun 2016 atau mengalami kenaikan sebesar 3,7 persen, telur unggas mengalami kenaikan produksi sebesar 3,92 persen dari sebelumnya tahun 2015 1,84 juta ton menjadi 1,91 juta ton pada tahun 2016, sementara itu produksi daging unggas mengalami peningkatan produksi dari 2,06 juta ton pada tahun 2015 menjadi 2,14 juta ton pada tahun 2016 atau megalami peningkatan produksi sebesar 3,93 persen, demikian halnya dengan produksi daging kambing/domba meningkat sebesar 5,02 persen dari sebelumnya 0,10 juta ton pada tahun 2015 menjadi 0,11 persen pada tahun 2016.

Capaian Produksi Komoditas Perekbunan 2016

Komoditas perkebunan selama ini menjadi komoditas handalan sektor pertanian sebagai penyumbang devisa terbesar setelah pangan dan peternakan. Pada tahun 2016 produksi 5 komoditas utama perkebunan 2 komoditas yang mengalami penurunan produksi yaitu kopi dan gula, sementara kelapa sawit , kakao dan karet mengalami peningkatan produksi sepanjang tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Kenaikan produksi kelapa sawit pada tahun 2016 sebesar 4,68 persen, diamana tahun 2015 produksi mencapai 31,1 juta ton meningkat  menjadi 32,5 juta ton pada tahun 2016, sementara kakao mengalami peningkatan dari 0,59 juta ton pada tahun 2015 menjadi 0,66 juta ton pada tahun 2016 atau mengalami pertumbuhan produksi sebesar 10,7 persen.

Demikian halnya dengan pertumbuhan produksi karet meningkat sebesar 0,39 persen darti produksi tahun 2015 sebesar 3,14 juta ton menjadi 3,16 juta ton pada tahun 2016. Penurunan produksi komoditas kopi dan gula masing masing sebesar -0,02 persen dan -11,0 persen pada tahun 2016, dimana produksi kopi pada tahun 2015 sebesar 639,412 ton mengalami penurunan menajdi 639,305 ton demikian halnya komoditas gula dari 2,49 juta ton pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 2,22 juta ton pada tahun 2016. Tentu 2 komoditas menjadi pekerjaan besar pemerintah untuk mampu ditingkatkan produksinya di tahun berikutnya yaitu 2017 dan 2018. 

Secara umum kinerja produksi komoditas pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan kecuali padai dan jagung. Dengan demikian pemerintah harus mengambil langkah strategis dan efektif melalui perencanaan ditahun berikutnya terutama tahun 2018 dalam upaya meningkatkan produksi komoditas utama tersebut agar mampu mencapai target yang dianginkan oleh pasar domestik dan internasional. 

Target produksi beberapa komoditas yang belum tercapai pada tahun 2016 dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan dengan mengacu pokok permasalahan masing masing komoditas baik aspek anggaran, perencanaan/program/kegiatan dan dukungan riset serta perbaikan kinerja hilir yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun