Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertanian dan Masa Depan Petani

3 Oktober 2016   08:07 Diperbarui: 3 Oktober 2016   08:22 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tidak ragukan lagi pertanian Indonesia dan seluruh potensi yang terkandung didalamnya baik pertanian darat dan laut. Negara agraris dengan bentangan bumi dari Sabang hingga Merauke dengan dukungan sumberdaya petani yang luar biasa. Iklim agraris ini tentu sangat menguntungkan bagi Indonesia dalam memaksimalkan sumber sumber pendapatan dari berbagai aktivitas pertanian khususnya dari sekotor pangan. Tidak hanya potensi sumber pendapatan petani, namun pada saat yang sama pertanian menjadi penyedia lapangan kerja sekaligus identitas Indonesia sebagai negara lumbung pangan dunia. 

Dalam upaya memanfaatkan dan memaksimalkan poetensi sumberdaya alam pertanian tersebut melalui proses regulasi dan kebijakan pembangunan pertanian tentu bukanlah hal yang mudah, karena pertanian tidak hanya dipandang sektor yang berdiri sendiri namun berkaitan dan memiliki ketergantungan sektor lain. Luasnya wilayah dan tersebarnya sumberdaya manusia pertanian pada saat yang sama dihadapkan keterbatasan anggaran sektor pertanian, masih rendahnya pengusaan petani terhadap teknologi pertanian dan lemahnya akses dan pengusaan terhadap  pasar sehingga sangat mempengaruhi kemajuan sektor pertanian terutama dalam meningkatkan nilai tambah petani dan kontribusinya terhadap devisa negara.

3 hambatan utama tersebut harus menjadi fokus utama pemerintah dalam mengelola sektor pertanian dalam jangka panjang, mengingat sektor pertanian masih memiliki potensi dan peluang besar untuk dikembangkan dan dimaksimalkan dalam pembangunan. Secara detail 3 hambatan tersebut meliputi beberapa aspek penting yang harus diperhatikan pemerintah dan menjadi pekerjaan bersama seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah serta dukungan perguruan tinggi dan swasta.

PERTAMA, terkait aspek anggaran. Keterbatasan anggaran sektor pertanian menjadi masalah krusial termasuk didalamnya tingkat investasi. Secara umum alokasi sektor pertanian belum relevan atau memadai untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan petani khususnya dalam upaya memperbaiki, menata dan mengembangkan infrastruktur seperti irigasi/tata kelola air, jalan yang menghubungkan jalur jalur hulu dan hilir, mekanisasi pertanian, diseminasi dan adopsi teknologi pertanian, penyediaan teknologi unggul peningkatan produksi dan produktivitas, pembangunan dan pengembangan pasar tani dan pemberdayaan dan perlindungan petani.

Dari beberapa aspek penting tersebut pengusaan teknologi oleh petani menjadi sangat penting karena tingkat adopsi dan penerapan teknologi maju pertanian akan memberikan multiplayer effect terhadap peningkatan produksi dan tingkat kesejahteraan petani serta daya saing tinggi. Untuk itu pemberdayaan dan perlindungan petani harus menjadi fokus penting setelah penataan dan pengembangan aspek lain khsuusnya infrastruktur.

KEDUA, rendahnya pengusaan petani terhadap teknologi menjadi faktor penting dalam pembangunan pertanian. JIka saya perhatikan secara umum masyarakat petani kita selain memiliki luas lahan yang tidak memadai pola usahataninya masih dikelola berdasarkan tradisi turun temurun terutama dalam hal budidaya dan pemilihan belih/bibit unggul. Hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil dan tingkat kesejahteraan mereka. Untuk menyikapi hal tersebut temuan temuan teknologi baru harus mampu didesiminasikan secara masif keseluruh petani oleh pemerintah dan swasta sehingga jarak petani dan petani tidak jauh. 

KETIGA, akhir dari seluruh aktivitas usahatani adalah berujung pada nilai tambah/tingkat pendapatan yang semua bertumpu pada aspek hilir. Pada aspek hilir atau pasar petani selalu dihadapan pada harga dan harga sangat berpengaruh terhadap tingkat kualitas hasil pertanian termasuk didalamnya sistem pengemasan dan keamanan produk pertanian.

Dalam upaya meningkatkan nilai tambah tersebut pemerintah harus mempu mengarahkan program/kegiatannya dengan dukungan investasi swasta baik dalam dan luar negeri untuk mengelola aspek pasca panenya. Tentu pada saatnya bersaaan petani terlibat di sektor hilir ini dengan peningkatan industri industri kecil, sedang dan besar di pedesaan. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar petani mampu mendapatkan nilai tambah yang lebih memadai.

3 aspek tersebut menurut saya harus dikemas dan dibawa dalam visi pertanian Indonesia yang modern dengan mempertemukan sektor hulu dan hilir secara holistik sehingga pertanian tidak hanya dipandang sebagai rutinitas masyarakat tani dan negara, namun menjadi kebutuhan mendasar dan penting dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai sumber utama devisa negara.

Jika pertanian hanya dikelola sebagaimana yang terjadi saat ini artinya belumnya adalany interaksi yang kuat antara hulu dan hilir serta petani menjadi pelaku utamanya, maka sangat dimungkinkan masa depan pertanian Indonesia ke depan akan sangat menyedihkan. Pertanian akan semakin ditingalkan generasinya kemudian beralih fungsi menjadi aktivitas sektor lainnya kemudian akan terjadi kelangkaan pangan dan import yang besar karena pertanian sudah tidak lagi milik masyarakat petani namun menjadi milik swasta atau private.

Masih banyak waktu untuk menata ulang kembali pertanian Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun