Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Di Balik Angka 17 Tahun Pernikahan

10 Agustus 2016   16:24 Diperbarui: 10 Agustus 2016   16:31 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cumicumi.com

Masyarakat Indonesia khususnya para remaja tentu masih ingat tentang judul film pernikahan dini. Dalam film itu digambarkan bagaimana pasangan muda yang melangsungkan pernikahan yang kemudian berakhir pada ketidak harmonisan. Pesan singkat yang ingin di sampaikan, bahwa pernikahan dini hanya akan menimbulkan masalah dalam keluarga dan sulit untuk diterapkan serta merusak masa depan, sehingga generasi Indonesia berfikir ulang untuk menikah di usia dini. Dampak dari film tersebut luar biasa, jika kita saksikan di kebanyakan masyarakat, rata rata para pria memutuskan nikah setelah usia 30 tahun ke atas, mereka beranggapan di usia itu merupakan usia kematangan berfikir dan bersikap. Hingga tidak ada yang tidak tertarik untuk menikah karena kesulitan kesulitan yang di rasakan saat berkeluarga, mereka cenderung memandang pernikahan/berkeluarga hanyalah soal rutinitas bukan obsesi dan cita cita hidup yang lebih baik.

Disisi lain pergaulan bebas antar lawan jenis dari berbagai usia dan berbagai sarana semakin marak terjadi hampir di seluruh kelas sosial baik di perkotaan dan perdesaan. Mereka leluasa untuk melakukan hal itu di depan umum tanpa malu malu tanpa ada batas ruang dan waktu. Bahkan orang tua sendiri dan lingkungan tidak berani untuk melarangnya, hingga kemudian struktur sosial dan keutuhanya ternoda. Salah satu hal yang kita saksikan adalah?adanya pergaulan bebas dengan alasan pacaran dan persahabatan kemudian jatuh pada kemaksiatan hingga perzinaan. Hamil diluar nikah hingga terjadi pemerkosaan serta pamer aurat di tempat tempat umum. Masyarakat dan pelaku merasa hal yang lumprah atau biasa, bahkan lebih dari itu seluruh aktivitas tersebut lebih di ekspos di media masa termasuk media elektronik. Mereka tidak lagi tertarik dan menyukai hidup yang sesungguhnya yaitu melangsungkan kehidupan berkeluarga sebagai solusi terbaik bagi hidup mereka.

Publik di kejutkan pada tanggal 6 Agustus 2016 yang lalu, pada saat anak dari ulama kkharismatik Ustadz Arifin Ilham yaitu Muhammad Alvin Faiz pada usia 17 tahun melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis mualaf keturunan Chinese yaitu Larissa Chou 20 tahun di Masjid Az Zikra, Bukit Az Zikra, Sentul. Kedua pasangan sebelum melakukan pernikahan tidak melakukan proses pacaran namun menempuh jalur ta'aruf (perkenalan singkat) melalui prosedur keluarga. Proses ta'aruf dan pernikahan tidak terlalu lama hingga kemudian publik di kejutkan dengan peristiwa itu. Hebatnya lagi Ustadz Arifin Ilham dan kedua orang tua dari Larissa menyetujuinya walaupun calon menantunya adalah seorang mualaf. Sepertinya tidak ada kekawatiran dari Ustadz Ariin Ilham tentang hal tersebut.

Yang menjadi pertyaan menarik adalah?sanggupkah kedua pasangan ini menjalani bahtera keluarga di usia yang masih sangat muda dan apakah yang mendorong keduanya melakukan proses penikahan? Tentu sosok Alvin Faiz tidak bisa di samakan dengan sebagaimana umumnya remaja yang ada saat ini. Di bawah bimbingan dan pendidikan kuat dan sistemik dari Ustadz Arifin Ilham, kematangan berfikir dan bersikap anaknya pasti sudah matang. Sosok Ustadz Arifin Ilham telah menanamkan nilai nilai ke Islaman sejak dini hingga terbentuk pada pribadi anakanya yang memiliki kejujuran dan tanggungjawab dalam menghadapi segala bentuk kemungkinan hidup. Kematangan tersebutlah yang tidak mudah untuk dimiliki oleh anak anak remaja saat ini.

Motivasi pernikahan Alvin tentu tidak hanya dari dorongan dirinya sendiri tetapi juga melalui dukungan dan motivasi dari keluarga besar termasuk dari orang tuanya sendiri yaitu Ustadz Arifin Ilham. Tapi saya menangkap, ustadz Arifin Ilham ingin memberikan pesan kepada orang tua dan remaja di Indonesia bahwa pernikahan tidak akan menghambat prestasi dan masa depan, bahkan akan melejitkan cita cita dan harapan pada saat secara mental, sikap dan berfikir sudah matang. Pernikahan juga merupakan tutuntan Islam agar tidak jatuh pada lembah kemaksiatan dan untuk memperbaiki kualitas hidup. Pergaulan bebas remaja yang saat ini di umbar dan dijadikan totonan umum hanya akan merusak struktur sosial dan peradaban, mereka akan semakin jauh dari cita cita dan harapan. Semoga pernikahan kedua pasangan ini akan memberikan inspirasi bangsa Indonesia khususnya para remaja Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun