[caption caption="Lahan bekas tambang memiliki potensi besar untuk dikembangkan komoditas pertanian yang memilki daya saing tinggi./Dokpri"][/caption]Kalimantan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak asing lagi kedengarannya. Kesan pertama bagi kebanyakkan orang adalah melimphanya sumberdaya alam di sana baik dari migas dan non migas. Walaupun penduduk Kalimantan khususnya Kalimantan Timur relatif tidak sebanding dengan luas wilayahnya, namun akhir akhir ini terutama semenjak otonomi daerah tahun 2000, geliat dan aktivitas ekonomi di provinsi penghasil batu bara terbesar ini sangat pesat.Â
Perjalanan saya pada bulan Maret yang lalu melintasi kota Balikpapan pada malam hari kemudian berlanjut ke Samarinda dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Saya tidak menyadari pada saat menuju kota Samarinda ternyata melintasi Bukit Soeharto. Bukit ini sangat melegendaris karena karena tertancap mantan presiden R1 ke 2 yang memimpin Indonesia hingga 32 tahun. Bukit Soeharto secara geografis memang terdapat pada ketinggian dan menghampar sepanjang jalan dengan ribuan hektar tanaman hutan. Jika anda melintasi bukit Soeharto terasa sangat nyaman, selain jalannya yang sangat mulus dan sedikit berkelok kelok, sepanjang jalan pohon pohon yang tumbuh sangat menghijau, berbatang besar dan sangat rimbun dedaunya, sehingga sepanajang jalan terasa sejuk dan angin sepoi sepoi.
Perjalanan saya selanjutnya yang meruppakan fokus dari misi yaitu melakukan observasi/peninjauan lapang terhadap lahan tambang batu bara baik yang masih ada aktivitasnya atau yang sudah berubah fungsi menjadi lahan pertanian. Saya fokus mengujungi salah satu Kabupaten di Kaltim, yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara terutama di PT. Kitadin. Kunjungan kami bermaksud untuk melalukan identifikasi lokasi lahan eks tambang untuk dilakukan reklamasi untuk kegiatan GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN dari berbagai aspek kajian, baik aspek tanah, air, tanaman, budidaya, kelembagaan petani dan pemasaran produknya dengan harapan lahan eks tambang tersebut menjadi sentra pertanian bagi masyarakat di kemudian harai harapanya tidak dilakukan penambangan lagi.
Kunjungan berawal dari diskusi dengan beberapa instansi terkait antara lain Ka. Balitbangda, para peneliti, SKPD, Perguruan tinggi, Dewan riset daerah, DPRD dan Pemda Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan bahwa kegiatan rehabilitasi lahan terlantar bekas tambang batu bara untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, mereka sambut dengan baik. Kegiatan tersebut sejalan dengan program pemerintah kabupaten yang baru, yaitu pengembangan tanaman jagung dengan memanfaatkan lahan terlantar bekas tambang. Terdapat 1.500 lahan bekas tambang yang disegel oleh pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara. Â
Luas lahan tambang seluruhnya sekitar 223.991 ha, walaupun sebagian lahan bekas tambang ada yang telah selesai penambangan dan direklamasi namun sampai saat ini belum ada lahan tersebut yang diserahkan kepada pemerintah, karena belum habis masa IUPnya, sedangkan penyerahan lahan berdasarkan luas IUP yang diperoleh, dan masih merupakan areal tambang aktif. Â Â Â
Hasil kunjungan ke lahan bekas tambang PT. Kitadin memperlihatkan bahwa lahan-lahan tersebut telah dimanfaatkan dengan cara kerja sama antara Dinas Peternakan, BPTP, perguruan tinggi dengan PT. Kitadin. Peternakan sapi dengan lahan pengembalaan telah dapat menampung 1002 ekor sapi Ali milik petani dari 11 kelompok peternak. Setiap kelompok memperoleh minimal 25 ekor sapi, atau sesuai dengan jumlah anggotanya. Beberapa persawahan juga telah menghasilkan. Telaga yang terjadi  akibat penambangan juga telah dimanfaatkan untuk sumber air persawahan dan tanaman semusim lainnya juga digunakan untuk pemelihraan ikan air tawar dalam bentuk karamba apung, diperkirakan karamba tersebut dapat menghasilkan sampai 20 ton ikan air tawar seperti nila dan ikan mas.
Rehabilitasi lahan bekas tambang batu bara selanjutnya diharapkan oleh SKPD-SKPD selain meningkatkan hasil yang telah dicapai juga untuk mengambangkan tanaman-tanaman lokal yang bernilai ekonomis seperti urat doyo, tanaman menghasilkan serat yang digunakan untuk bahan tenunan pakaian spesifik masyarakat Kutai. Selain itu diharapkan juga bahwa penggunaan lahan bekas tambang batu bara sebagai lahan usaha dipastikan produknya tidak tercemar oleh logam berat dari yang tergantung dalam tanah.
Hasil kunjungan pada calon lahan pertama, lahan tersebut telah diratakan direncanakan akan ditanami dengan singkong gajah, luas lahan >10 ha yang terdiri dari 6 ha milik petani dan 4 ha milik PT. Kitadin. Â Pada lahan tersebut tersedia 2 buah embung untuk menyimpan air, guna penyiraman tanaman. Selain permukaan lahan yang cukup rata juga terdapat lahan yang bergelombang sehingga lahan tersebut dapat mewakili kondisi lahan bekas tambang yang sebenarnya. Hasil kunjungan pada calon lahan ke dua, lahan tersebut telah direklamasi dan juga terdapat kegiatan dari Puslitbangbun berupa penanaman tanaman kemiri sunan dengan tanaman sela lada perdu dan seraiwangi. Permukaan lahan rata dan terdapat embung sebagai persediaan air untuk tanaman. Dilokasi ini telah terbentuk kelompok tani yang mengelola pertanaman kemiri sunan tersebut. Lokasi yang digunakan untuk demplot ini adalah lahan bekas overburden bercampur dengan tanah pucuk. Selain itu lahan ini telah digarap cukup lama dimulai dengan BPTP Kaltim, kemudian dilanjutkan dengan Puslitbangbun sehingga kondisi lahan sudah sangat baik.Â
Opsi lain calon lokasi yaitu merupakan bagian dari 50 ha lahan kerja sama antara Universitas Kutai Kartanegara, PT. Jembayan Muarabara, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Lahan tersebut belum sempat dikunjungi. Namun kalau lahan tersebut digunakan maka kegiatan Badan Litbang hanya bagian kegiatan tersebut, namun status tanah akan lebih aman. Namun demikian, Pemkab Kutai Kertanegara mengharapkan lokasi demplot unutk tahun pertama ini dapat di split menjadi 2 lokasi (masing-masing 5 Ha) dan ditempatkan di lokasi yang berbeda. Adapun lokasi yang diusulkan akan mereka cari dulu yang paling sesuai dengan kriteria lahan yang dibutuhkan.
Merujuk dari sumber PAD Kaltim dan Kab. Kutai Kartanegara bersumber pada lahan tambang batu bara, jika di kemudian hari eksploitasi ini mencapai pada batas maksimalnya, maka sangat dimungkinkan menganggu PAD. Untuk itu optimalisasi lahan eks tambang menjadi sangat penting sebagai alternatif/pengganti sumber devisa/PAD daerah. Komoditas yang akan di kembangkan pada lahan tersebut yang menjadi komoditas utama adalah komoditas perkebunan dengan daya dukung komoditas pangan dan horti. Semoga ini akan mampu menjawab keresahan devisa bagi Kaltim khususnya.
Â