[caption id="attachment_326205" align="aligncenter" width="423" caption="10 tahun sudah jalan ini bertahan rusak"][/caption]
Jalan yang memadai sebagai fungsi publik seharusnya menjadi perhatian serius oleh pemerintah untuk menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi dan sosial.Sehingga dengan  cara apapun jalan menjadi faktor prioritas untuk dijaga eksistensinya. Jika jalan rusak atau tidak memadai, maka pemerintah harus bertanggungjawab penuh bukan mengabaikan.
Beberapa waktu yaang lalu saya menelusuri Jalan Raya Puncak dari Bogor menuju Kabupaten Cianjur dengan mengendarai mobil. Cukup mengagumkan sepanjang perjalanan sulit ditemukan jalan yang rusak/berlobang terutama jalur puncak sehingga membuat nyaman dalam mengendarai bahkan sangat menikmati. Saya memimpikan jalan serupa juga terbentang diseluruh wilayah Indonesia.
Namun, saya dikejutkan saat sampai di Kabupaten Cianjur tepatnya Desa Neglasari Kecamanatan Bojong Picung,sepanjang 4 KM bahkan lebih mulai pasar Ciranjang  hingga Bapeltan Pemprov Jabar jalan mengalamai rusak sangat parah dan tidak pernah saya temui sebelumnya sepanjang melakukan perjalanan di Indonesia. Jalan aspal yang menuju tempat pelatihan yang sudah bertaraf Internasional tersebut dihiasai rusaknya jalan aspal. Kecepatan mobil berada pada kecepatan terendah untuk menelusurinya karena selain berlobang merata juga digenangi air. Tidak hanya mobil yang melambat, pengendara motor dan pejalan kakipun mengalami kesulitan melaluinya.
Butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk menempuh 4 KM sepanjang jalan yang rusak tersebut. Menurut pengakuan warga setempat, jalan tersebut sudah lama merana yaitu 10 tahun dan tidak ada satupun pemborong jalan yang bersedia untuk menerima/menjalankan proyek pengaspalan karena Bupati Canjur meminta 40% lebih fee jika proyek pengaspalan dilakukan.Sungguh ironis! Namum yang ironis dan menarik lagi, sepanjang jalan rusak tersebut berkibar banyak bendera partai dan baleho Caleg partai partai besar dan berkuasa untuk menjual dirinya agar terpilih menjadi wakil rakyat.
Ada satu spanduk utama yang memuat kalimat" JIKA SAYA TERPILIH AKAN SAYA PERJUANGAKAN DIHADAPAN BUPATI UNTUK DIASPAL". Saya tersenyum dan miris membaca spanduk tersebut sambil berfikir, ada ada saja, apakah tidak ada kata kata yang lain.
Namun saya curiga dan menduga, mengapa jalan ini tidak luput dari aspirasi,padahal setidaknya ada anggota dewan yang terpilih dari wilayah ini.Apakah kesulitan utamanya untuk melakukan pengaspalan padahaltidak terlalu panjang jalan yang rusak tersebut. Atau memang sang Bupati memiliki alasan tertentu untuk tidak punya niat baik untuk mengaspal jalan tersebut, padahal daerah tersebut sentra produksi padi.
Mudah mudahan seluruh pihak diberikan keterbukaan hati dan hidup hati nuraninya untuk memperbaiki jalan tersebut, sehingga setiap saat masayarakata dan siapaun yang melintasi jalan tersebut tidak mengutuk pemerintah. Semoga setelah terpilih salah satu dari Caleg yang jual dirinya setelah terpilih dari daerah tersebut tidak hanya omong doang dan berjanji, tapi benar benar melakukan aksi nyata.
Kita tungu saja setelah Pileg dan Pilpres kondisi jalan tersebut.Jika tidak ada perubahan atau bahkan tambah parah, maka semua pihak hati nuraninya telah MATI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H