Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Emosional Pimpin DKI

12 Maret 2014   22:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum genap 2 tahun orang kedua DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kembali berulah di depan prajuritnya yang notabene adalah aparatur Pemda DKI. Apa yang membuat Ahok unjuk kemarahan di depan pejabat DKI? Ini bukan kali pertama Ahok marah marah di depan stafnya, namun sudah yang ke sekian kali. Atas sikap pemarah Ahok tersebut, juga diiringi dengan pengunduran diri beberapa staf pemerintahan DKI.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kembali naik pitam terhadap pejabat Pemprov DKI Jakarta saat memimpin sebuah rapat. Penyebabnya adalah rumitnya birokrasi dan administrasi jika swasta ingin menyumbang sesuatu dan memasang iklan di dalamnya.

Saat memasuki ruang rapat, tanpa basa-basi, Basuki langsung bicara dengan nada tinggi dan seolah memarahi para pejabat DKI yang berada di samping kirinya.

"Di mana salahnya mau menyumbang bus, terus ditolak, dan mesti bayar pajak reklamenya? Mungkin DKI memang sengaja mau batalkan dan lebih sukanyolong-nyolongdari tender," kata Ahok dengan nada tinggi, di Balaikota Jakarta.

Pertemuan ini beragendakan serah terima 30 bus sedang dari beberapa perusahaan swasta kepada Pemprov DKI. Selain menyumbang transjakarta, pihak swasta hanya menginginkan memasang reklame di bus tersebut. Hanya, Pemprov DKI menarik pajak reklame dari bantuan tersebut.

Basuki tidak sepakat dengan peraturan tersebut. Menurut dia, seharusnya perusahaan yang menyumbang transjakarta dibebaskan untuk memasang reklame. Muka Basuki memerah karena terus mengeluarkan pernyataan dengan nada yang tinggi karena heran. Berulang kali Basuki mengangkat telunjuknya ke arah Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta Endang Widjajanti, Kepala Dinas Pelayanan Pajak Iwan Setiawandi, Kepala Biro Hukum Sri Rahayu, dan Asisten Sekda bidang Pembangunan Wiriyatmoko.

Sikap pemarah dan tidak tenang Ahok tersebut semakin menunjukkan rendahnya kualitas dalam pemimpin dan mengendalikan Jakarta. Seharusnya Ahok sadar dan melek, bahwa mengurusi Jakarta tidak semudah membalikkan telapak tangan sebagaimana yang yang pernah d mimpikan dan diucapkan saat kapanye. Beda dong dengan memimpin Bangka Belitung yang relatif sederhana dan minim tantangan berat. Ini Jakarta bung!

Jika, sikap Ahok yang demikian dipertahankan, maka masyarakat Jakarta berhak untuk menggugat, jika perlu seluruh aparatur mogok kerja. Ahokseharusnya memimpin dengan kelapa dingan dan hati tengang bukan sebaliknya. Namun yang menarik dari sikap Ahok ini adalah?apa sebenarnya motif Ahok melakukan hal yang demikian?

Pertama, Ahok merasa dirinya diatas angin karena memiliki kekuasaan dan jika hal ini dibiarkan akan membuat iklim pemerintahan DKI tidak akan produktif dan kondusif. Kedua, Ahok menunjukkan sikap benci dan sombongnya sekaligus di depan aparatur dan masyarakat Jakarta, yang seharusnya Ahok lebih hati hati bersikap saat ada di Jakarta. Ketiga, Ahok kemungkinan besar tidak terkontrol dan takut/segan dengan Jokowi, karena merasa Ahok memiliki kontribusi financial besar dalam proses kemenangan gubernur DKI. Sikap Ahok yang demikian tentu mendapat legalitas Jokowi. Keempat, bisa jadi Ahok mengalami tekanan dan depresi karena tidak mampu efektif menangani masalah Jakarta, contoh sederhananaya banjir dan macet.

Jika 4 sikap tersebut dipertahankan  oleh Ahok, maka tinggal menunggu waktu saja kemarahan masyakarat Jakarta, terutama birokratnya yang akan berujung pada ketidakstabilan birokrasi. Sikap keras Ahok seharusnya juga direspon dengan sikap yang proporsional oleh semua pihak agar Ahok juga menyadari akan posisinya sebagai wakil bukan Gubernur.

Ahok ingin tegas memimpin, namun salah menempatkan sikap sehingga mengundang amarah dan ketersinggungan aparaturnya. Perntanyaan lebih lanjut ada apa dengan sikap Ahok?

Sungguh jauh berbeda dengan gaya jokowi yang slow dan lebih mampu menahan diri tapi tidak karismatik.Jokowi dan Ahok memang menang legal dan menjadi punggawa utama DKI, namun harus disadari oleh Jokowi dan Ahok yang dikendalikan dan kelola adalah birokrasi DKI bukan Solo dan Bangka Belitung. Banyak perbedaan secara subtansi atara kedua tempat asal mereka dengan DKI.

Seharusnya sikap Jokowi dan Ahok dalam memimpin mengadopsi sisi lain dari Gubernur DKI sebelumnya untuk di kombinasi sebagai alat untuk memperbaiki Jakarta denga berbagai tumpukkan masalahnya. Jika Jokowi Ahok mempertahankan gaya kepemimpinan dan pendekatannya seperti sekarang, maka Jakarta akan semakin runyam dan akan dipenuhi masalah baru.

Berubahlah Ahok sikapmu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun