Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Jokowi (Strategi Lokal vs Internasional)

22 Mei 2014   15:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana mulai memanas jelang pilpres 2014. 2 pasangan sudah secara nyata menyatakan diri siap bertarung hingga 9 Juli mendatang. Berbagai kekuatan dan  strategipun dimainkan, mulai dari pembentukkan tim sukses hingga kampanye melalui serangan darat dan udara. Tentu ini tidak hanya bicara soal adu kekuatan dan strategi, namun menyangkut harga diri pribadi dan institusi (partai). Capres dan Cawapres yang kalah akan menjadi catatan kelam sejarah demokrasi, secara psikologis partai yang dalam koalisi kalah akan menanggung beban sejarah dan membuat mentalitasnya turun, kecuali mereka yang melakukan kolisi tanpa memiliki syarat dan motif terselubung.

4 partai melawan 6 partai plus Demokrat yang belum menentukan sikap, namun dari gelagatnya akan berpihak pada Prabowo Cs. Secara matematis 4 lawan 7, maka 7 jauh lebih kuat daripada 4. Hanya ada 2 kemungkinan satu menang satu kalah, menang dan kalah.

Catatan menarik dari proses koalisi tdak bisa dilupakan begitu saja, karena menurut saya itu suatu hal yang penting sekaligus mencerminkan keaslian, motif dan konsistensi suatu partai. Motif sangat menentukan kualitas dan hasil kemudian hari jika sudah memimpin, dan yang paling penting kualitas dan perubahan bangsa ini sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan seorang presiden dan siapa orang orang yang ada disekitarnya.

DIBALIK PENCAPRESAN JOKOWI

Perspektif Capres Jokowi.

PDIP dengan Jokowinya tentu tidak rahasia umum lagi sudah dpersiapkan jauh jauh hari oleh partai dan pihak pihak yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia yaitu asing. Memang sulit untuk dibuktikan, namun sudah banyak bukti bukti yang terkuak oleh media maupun dari operasi intelijen bagaimana Jokowi hanya sebagai mediator pihak asing untuk memudahkan keinginan keinginanya terhadap Indonesia. Lebih tegas lagi, dengan berbagai tuduhan tersebut dimana Jokowi dikatakan sebagai BONEKA, tidak ada satu pihakpun dari PDIP maupun Jokowi sendiri yang menyanggah atau menepis. Gelagat di Solo dan DKI dengan berbagai variabel penjelas lainya sudah menjadi bukti kongkrit betapa:

JOKOWI TELAH DISIAPKAN MENJADI PRESIDEN RI SEBELUM DIA MENAJDI WALIKOTA SOLO.

MENJADI WALIKOTA SOLO DAN GUBERNUR DKI ADALAJ JALAN YANG TELAH DIPERSIAPKAN UNTUK MEUJU RI 1

SIAPAKAH YANG MENYIAPKAN?ZIONIS INTERNASIONAL

JOKOWI SUDAH DIPERSIAPKAN 10 ATAU BAHKAN LEBIH OLEH MEREKA

BUKAN RAHASIA UMUM: JOKOWI RESMI SEBAGAI BAGIAN DARI KEANGGOTAAN ROTARY CLUB/LIONS CLUBNYA FREEMASONRY INTENASIONAL

FAKTA MENUNJUKKAN BAHWA JOKOWI MERUPAKAN CHINA TULEN.

KOLONGMERAT CHINAPUN ADA DIBELAKANGNYA. HAL INI TERBUKTI, KEMENANGAN SOLO DAN DKI TIDAK TERLEPAS DARI PERAN PENDANAAN MEREKA. DKI BAHKAN TIDAK ROYAL DANA,SECARA HORIZONTAL SELURUH WARGA CHINA TIDAK BOLEH GOLPUT. APALAGI DALAM PILPRES 2014.

SEBAGIAN PIHAK JUGA MENANYAKAN MISTERI JOKOWI. PDIP ADALAH SARANG YANG TEPAT BAGI PIHAK YANG BERKENTINGAN UNTUK MENJADIKAN MEGA DAN JOKOWI SEBAGAI KENDARAAN.

AROMA DAN RENCANA RENCANA TERSEMBUNYI PIHAK LUAR MELALUI JOKOWI SEDIKIT DEMI SEDIKIT MULAI TERKUAK KE PUBLIK.

TARGET BESAR YANG MEREKA BANGUN DAN INGINKAN TIDAK NANGUNG NANGUNG YAITU: JOKOWI HARUS PRESIDEN, BAHKAN PERNAH TERLONTAR DARI LISAN JOKOWI SAAT MENJELANG DAN  AWAL KOALISI PDIP/JOKOWI TIDAK PERLU BANYAK PARTAI DALAM KOALISI. BAHKAN DI RUNNING TEKS TV ONE 21 MEI, HEDROPRIYONO SEBAGAI KETUA TIMSUKSES MENYATAKAN, “ JOKOWI PATI MENANG DALAM PILPRES.

Statemen ini semakin menyakinkan publik dan pengamat tentunya, bahwa di orbitkannya Jokowi bukan dengan CHEK KOSONG dan bukan dengan BIAYA dan TUJUAN kecil.

Oleh sebab itu motif partai koalisi PDIP yaitu Nasdem, PKB dan Hanura karena terbius oleh EFORIA KEMENANGAN tentu didalamnya akan tergiur jabatan dan yang lainya.

Sangat menjadi alasan mengapa kemudian koalisis PDIP dengan partai pendukungnya kelihatan tidak normat alias cacat. Lihatlah PKB yang tidak didukung sepenuhnya oleh jajaran PKB termasuk Mahfudz MD dan sebagian ulama NU, bahkan Mahfudz menyatakan diri sebagai ketua tim sukses prabowo.

Nasdem, tidak usah usah dibahas lagi, selain memiliki motif yang sama dengan PKB, namun secara institusi dan emosional Nasdem memiliki hubungan khsusus dengan kepentingan internasional (zionis).

Hanura...tidak hanya cacat dan pincang tapi juga lemah. Berpihkanya Harry Tanu ke Prabowo semakin membuktikan, bahkwa Jokowi membuat tidak nyaman baginya, palagi didalamnya ada Surya Paluh yang memiliki masa lalu tidak bagus baginya.

PELUANG PRABOWO VERSUS JOKOWI RAIH RI 1

Pengamat politik Ardian Sofa menerangkan bahwa akan terjadi penurunan secara massif dukungan dari pemilih itu dapat terjadi kepada Jokowi.

"Setidaknya terdapat 4 hal membuat pemilih tidak akan mendukung Jokowi. Ini akan menurunkan suara dukungan terhadap Jokowi, sampai dengan sekitar 40%," ujar Ardian Sofa di Jakarta (20/5/2014)

Pertama, Joko Widodo akan dikendalikan oleh Megawati dan negara asing.

Kedua, Joko Widodo tidak menepati janji menyelesikan jabatan sebagai Gubernur Jakarta selama 5 tahun penuh.

Ketiga, Kasus dugaan korupsi pengadaan busway.

Keempat, Joko Widodo lebih membela kelompok minoritas dan tidak memperhatikan kepentingan warga mayoritas.

CATATAN WARTAWAN TENTANG PRABOWO JOKOWI

Dua tahun lalu, saya sakit perut karena hanya kurang dari 2 x24 jam Jokowi belum dapat restu dari Bu Mega. Bukan hanya Jokowi yg senewen, Prabowo sebagai orang yg ngotot Jokowi jadi Gubernur DKI juga senewen. Untuk keempat kalinya Prabowo menghadap Bu Mega, hingga akhirnya Bu Mega mau merestui Jokowi sebagai Cagub. Kenapa alot karena Bu Mega sudah memberi persetujuan bahawa PDIP mendukung Foke.

Saat bertemu terakhir antara Prabowo dan Bu Mega, Prabowo sudah nekat kalau Bu Mega tdk mengijinkan Jokowi, maka Prabowo akan “meminjam” Jokowi saja (tidak mencabut dari PDIP), dan Prabowo akan mengumpulkan partai kecil agar bisa mendaftarkan Jokowi ke KPU. Namun Bu Mega akhirnyatrenyuh pada kegigihan Prabowo yg menghendaki Jokowi jadi pemimpin di Jakarta. Namun Bu Mega bilang PDIP tdk memiliki dana untuk membiayai Jokowi, maka Prabowo pun menyatakan sanggup untuk membiayai.

Ketika restu datang, persoalan muncul, yakni siapa wakil Jokowi yg tepat? Maka Prabowo yg sudah mengagumi Ahok, lantas membajak Ahok dari Golkar (karena Golkar mendukung Foke waktu itu). Prabowo sangat yakin Ahok orang bersih dan mau bekerja keras.

Saat disodorkan Ahok, Jokowi kurang sreg, bahkan dia lebih memilih Deddy Miswar. Tengah malah sebelum esok hari mendaftar di KPU, Jokowi menilpun saya soal Ahok ini. Waktu itu sy bilang…”Sudah lah terima saja dulu, dari pada milih2 ini-itu besok malah gak jadi daftar. Lagi pula Ahok ini akan bisa mendulang suara di Jakarta yg selama ini golput ,” pokoknya aku yakinkan Jokowi sampai hampir satu jam, bahwa Ahok pilihan terbaik dari nama lainnya.

Hari ini saya melihat “manusia-manusia” baik ini terbelah menjadi berhadapan atau satu sama lain menjadi lawan. Saat saya melihat Prabowo menonton TV di pendopo rumah SBY, dimana di sebuah stasiun TV tengah di putar ulang liputan deklarasi Jokowi-JK ….entah kenapa air mata saya hampir jatuh..” dari samping saya lihat Prabowo menatap gambar di TV itu tanpa bicara sepatah kata pun, meski di sampingnya mulai dari Hatta Rajasa, Menteri Jero Wacik, Cicip Syarif Sutardja, Djan Faris dll berkomentar …Prabowo memilih diam…dan perlahan dia mundur di kerumunan itu..dan memilih tdk mendongakkan lagi waajhnya untuk melihat TV. Saya membayangkan betapa campur aduknya rasa di hatinya saat “anak” yg dibantu naikkan derajatnya itu kini menjadi “lawannya”.

Prabowo pernah berkata, kalau toh Jokowi yg “dibesarkannya” akhirnya jadi lawan, ia pernah bilang tdk masalah. Namun yg mengecewakannya adalah sejak dilantik hingga Jokowi nyapres, ternyata Jokowi itu mengucapkan terimakasih saja tidak pada Prabowo. (saya sebetulnya pernah mengingatkan Jokowi utk bertemu Prabowo, tapi kyaknya dia cuek, dan malah mengatakan yg membuat dia jadi Gubernur itu orang banyak, bukan Prabowo saja).

Sebagai orang jawa dimana saya menjujung tinggi toto kromomikul duwur mendem jero, saya melihat apa yg saat ini saya saksikan sungguh menyayat batin saya. Bagimana tidak? Terhadap guru saya yg menjadikan saya dan teman-teman wartawan, yaitu Alm Om Valens Doi, bukan saja saya dan kawan saya Budi, bertanggung jawab terhadap keluarganya setelah Om Valens wafat, tapi kami tiap tahun juga memberingati wafatnya beliau, sebagai ungkapan rasa terimaksih kami, bahwa kami bisa seperti sekarang karena Om Valens. Kami juga selalu mengajarkan pada anak-anak wartawan, dimana ada sebagian sempat mengenal dan sebagain tdk mengenal Om Valens untuk selalu hormat, karena beliaulah kami semua bisa membangun perusahaan di mana kami bisa mencari makan dan berkarier. Kami pasang foto Om VAlens di ruang tamu kantor kami, dan kami selalu membuat kaos bergambar alm Om, sebagai rasa cinta dan hormat kami.

Hari ini saya menyaksikan seorang calon Pemimpin Negara yang dalam pandangan saya sebagai orang Jawa atau orang Indonesia MINUS MORAL, karena jangankan dia paham dengan konsep kesantunanmikul duwur mendem jero, mengucapakan terimaksih pun ternyata tdk dilakukan terhadap orang yg sudah menjadikannya dia hebat dan populer.

Ini bisa tdk penting, tapi buat saya pribadi menjadi penting, karena buat saya seorang pemimpin itu harus memiliki keteladanan moral yg baik, dan juga memiliki hati nurani yg baik. Bila tidak? Maka yg akan dilakukan hanya mengumbar nafsu-nafsu yg ada di kepalanya dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Jujur salah satu yg membuat keputusan saya mendukung Prabowo,  karena sy melihat Prabowo lebih punya kwalitas moral yg baik. Misalnya sebiji jarak saja orang pernah melakukan kebaikan padanya itu akan diingatnya. Sebagai contoh ada sopir pribadinya yg sudah 13 tahun pensiun, karena usia, Prabowo masih menggaji sang sopir ..bukan hanya para sopir, para ajudannya mulai dia jadi komandan grup sampai jadi Pangkostrad masih diperhatikan hidupnya. Alasannya, karena Prabowo sering dibantu oleh sopir dan ajudannya.

Itulah sebabnya, sy tdk pernah habis pikir kalau ada orang yg tdk mengenal Prabowo dengan seenak perutnya menyebut Prabowo sebagi manusia fasis, kejam, maniak, kasar dll….Padahal orang yg dikatakan jahat itu, memiliki hati yg jauh lebih mulia, bahkan jauuuuuuuh sekali mulianya dibandingkan yg secara fisik disebut santun, ramah, dan merakyat itu.

Mari kita tunggu pertarungan untuk menyelamatkan Indonesia.

Prabowo atau Jokowi yang layak menang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun