Mohon tunggu...
SADRIMSC
SADRIMSC Mohon Tunggu... Guru - saat ini adalah pengajar di salah satu institusi pendidikan

Hobi menulis dan memikirkan hal-hal bersifat intuitif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.1: Kesimpulan dan Refleksi

1 April 2024   12:10 Diperbarui: 1 April 2024   12:50 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

 

Assalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh

Salam sejahtera bagi kita semua, Syalom, Oom Swastiastu, Namo Buddhaya, Wei De Dong Tian, Salam kebajikan.

Bapak/Ibu guru hebat yang membaca artikel saya saat ini, perkenalkan saya SADRI, S.Pd., M.Sc, unit kerja pada SMP Negeri 1 Wawolesea di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Saat ini saya sedang menempuh Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10, dan sedang menyelesaikan tugas terkait modul 1.1.

Pengajaran adalah salah satu elemen dalam proses pendidikan yang lebih luas. Ini adalah cara di mana pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai disampaikan kepada siswa oleh guru atau pendidik. Dalam konteks ini, pengajaran merupakan komponen penting dari proses pendidikan. Tujuan utama pendidikan adalah untuk membentuk individu yang memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan yang berkembang, dan karakter yang baik. Pengajaran berperan dalam mencapai tujuan ini dengan menyediakan lingkungan di mana siswa dapat belajar, menerima bimbingan, dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Dengan demikian, pengajaran dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dalam memfasilitasi proses pembelajaran dan pembentukan individu secara menyeluruh. Meskipun keduanya memiliki peran yang berbeda, keduanya bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih besar

Mempelajari modul 1.1 mengenai konsep pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dalam konteks pembelajaran dikelas telah membuka banyak mindset berpikir saya. Sebagai pendidik, ternyata masih banyak komponen yang harus saya perhatikan dalam mencapai pembelajaran yang menyenangkan dan berkualitas.

Saat saya berkontemplasi terhadap pembelajaran yang saya lakukan selama ini, maka saya menemukan bahwa sebelum mempelajari modul 1.1, pandangan saya tentang murid dan pembelajaran di kelas terbatas pada hal-hal seperti berikut ini:

Pertama, saya memandang selama ini bahwa murid seperti kertas gambar yang kosong, yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Pandangan saya ini semakin tak terbendung dikarenakan saya juga guru mata pelajaran matematika. Saya meyakini bahwa pelajaran matematika tentu menjadi pelajaran sulit bagi mereka pahami. Berangkat dari kondisi ini, kemudian saya memandang siswa seperti kertas gambar yang masih kosong, yang harus saya lukiskan sendiri semua gambar pengetahuan di dalam kertas tersebut. Akibatnya, saya terjebak dalam pemikiran bahwa saya hanya satu-satunya sumber pengetahuan matematika bagi mereka dan tidak ada yang lain, serta berasumsi jika kertas gambar telah terisi penuh maka saat itulah keberhasilan saya sebagai guru matematika.

Kedua, semua murid harus diperlakukan secara adil. Dalam arti, selama ini yang saya pahami adalah murid harus diajar dengan model pembelajaran yang sama tanpa mempertimbangkan gaya belajar setiap individu. Hal ini didasari atas pemahaman saya yaitu setiap murid pada akhirnya akan di evaluasi dengan soal yang sama untuk diukur penyerapan pembelajarannya dikelas. Konsep-konsep seperti kebebasan belajar, kemandirian, dan keunikan individu mungkin tidak seutuhnya terintegrasi dalam pendekatan pembelajaran saya sebelumnya

Ketiga, pembelajaran berpusat pada guru. Selama saya melaksanakan pembelajaran dikelas, murid harus mengikuti aturan yang saya buat. Jika terjadi pelanggaran maka saya akan memberikan hukuman jera. Hal ini agar murid yang lain melihat dan segan tentang konsekuensi hukuman jika melakukan hal-hal yang mempengaruhi negatif murid lain selama proses dikelas.

Keempat, fokus pada penyampaian materi dan pengujian pengetahuan. Selama ini, tujuan saya mengajar hanya pada menyampaikan dan menyelesaikan materi dalam buku paket, serta menuntaskan nilai KKM murid sebagai prioritas akhir pembelajaran saya (kognitif).

 Namun, setelah mempelajari Modul 1.1, pemahaman saya tentang dinamika kelas dan peran murid serta guru mengalami perubahan signifikan. Modul ini membuka pandangan saya terhadap konsep pembelajaran yang lebih inklusif dan kolaboratif. Saya mulai melihat murid sebagai individu yang aktif dan beragam dalam belajar, dengan kebutuhan, minat, dan potensi yang unik. Dalam pandangan pertama saya sebelumnya, yang memandang siswa seperti kertas gambar yang kosong, tentu tidak sesuai dengan pandangan filosofis Ki Hajar Dewantara. Menurut KHD, anak bagaikan kertas yang telah ditulisi penuh tapi tulisan tersebut masih pudar, dan kewajiban pendidik untuk menebalkan tulisan yang pudar tersebut, dengan memilih tulisan yang berisi arti baik saja untuk ditebalkan dan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan. Pemikiran KHD memandang guru sebagi objek pendidikan dan murid sebagai subjek pendidikan.

Sebagai objek pendidikan, peran guru lebih kepada menjadi pendamping yang membimbing dan memberi dorongan kepada murid untuk mengeksplorasi potensi dan minatnya. Guru bertugas untuk menciptakan lingkungan belajar yang merangsang, memberi inspirasi, dan memberikan arahan yang diperlukan agar murid dapat mengembangkan diri secara optimal. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mengembangkan kemandirian dan kreativitas murid. Dalam pandangannya, murid harus diberdayakan untuk menjadi individu yang mandiri dan mampu mengambil peran aktif dalam pembelajaran serta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, murid ditempatkan sebagai subjek yang memiliki kontrol atas proses pembelajaran dan pertumbuhannya.

Dalam pandangan saya mengenai semua murid harus diperlakukan secara adil, ternyata juga memiliki kekeliruan. Menurut Ki Hajar Dewantara, setiap anak adalah unik dengan gaya belajar, kecepatan pemahaman, minat dan kebutuhan yang berbeda-beda. Saya mulai berpikir untuk memberikan evaluasi yang bersifat holistik, dan yang menghargai kecerdasan mereka yang beragam. Saya tidak lagi memandang nilai evaluasi untuk mengukur pencapaian siswa, tetapi juga untuk membimbing mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, pendidik juga harus mampu menuntun murid sesuai dengan kodratnya dalam belajar, yang tentunya dalam proses menuntun tersebut tak lupa untuk mengedepankan konsep "Menghamba pada Murid". Dengan mengedepankan konsep pemikiran seperti ini, maka saya yakin konsep "adil" yang sesungguhnya bagi murid akan mudah terwujud, dan menjadi modal penting bagi mereka dalam mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya kelak.

Pembelajaran yang berpusat pada guru juga merupakan konsep yang keliru pada awal pemahaman saya. Ki Hajar Dewantara menekankan peran guru hanya sebatas sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Guru bukan hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai penggerak, penyemangat, dan pembimbing bagi siswa dalam mencapai potensi mereka. Dalam perspektif KHD yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran adalah murid sepenuhnya, sehingga guru hanya lebih aktif dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencari, menemukan, dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Keadaan kelas pun seharusnya dibuat semenyenangkan mungkin tanpa ada intimidasi didalamnya, sehingga mendukung keaktifan, kreativitas, dan keluwesan murid dalam pembelajaran.

Memang benar bahwa menyampaikan materi dan melakukan evaluasi merupakan tugas seorang pendidik. Namun, dalam konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara, tugas seorang pendidik bukan hanya berhenti pada transfer knowledge saja, tetapi lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mengajarkan hal-hal yang menyangkut pendidikan karakter dan sosial bagi murid. Saya sebagai pendidik berkewajiban menyiapkan murid untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kecakapan hidup bersosial yang baik sehingga dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya dikemudian hari.

Modul 1.1 pada Pendidikan Guru Penggerak ini, telah membuka mata saya sebagai pendidik terhadap pandangan baru tentang peran saya dalam kelas. Saya mulai melihat murid sebagai individu yang aktif dan memiliki keunikan serta kebutuhan yang berbeda dalam pembelajaran. Ini bisa menjadi titik awal saya untuk menyadari pentingnya membangun hubungan yang kuat antara guru dan murid, serta menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi, penemuan, dan pertumbuhan pribadi.

Selain itu, pendidik juga dapat menyadari bahwa pembelajaran bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan. Saya harus mulai menekankan pentingnya pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah dalam kurikulum mereka. Perubahan ini juga tidak hanya berdampak pada pandangan saya sebagai pendidik tentang pembelajaran, tetapi juga mempengaruhi perilaku saya di kelas. Saya harus bisa mulai mengadopsi pendekatan yang lebih kolaboratif dan responsif, memfasilitasi diskusi dan eksplorasi yang mendalam, dan memberikan umpan balik yang membangun untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan pribadi murid.

Setelah mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Modul 1.1, maka ada beberapa hal yang segera saya terapkan pada pembelajaran saya dikelas, untuk membuat kelas saya lebih mencerminkan filosofi pendidikan beliau. Pertama, saya akan lebih berfokus pada pembangunan hubungan yang kuat antara murid dan saya sebagai pendidik, serta antara murid satu dengan yang lain. Ini akan membantu menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di mana setiap murid merasa didengar dan dihargai. Sesuai dengan prinsip dari ki hajar dewantara yaitu "Tjeritera" atau "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Saya sebagai pendidik harus mampu menjadi teladan didepan murid, membangun semangat/kemauan ditengah murid, dan dibelakang memberi dorongan untuk hal-hal positif bagi murid.

 Kedua, saya akan mencoba untuk memperluas pendekatan pembelajaran saya, mengintegrasikan lebih banyak aktivitas yang menantang murid untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi efektif. Saya juga akan memastikan bahwa pembelajaran saya mencakup aspek-aspek seperti pengembangan keterampilan sosial dan emosional, serta penanaman nilai-nilai moral kemasyarakatan.

Ketiga, saya akan terus meningkatkan keterampilan saya sebagai seorang pendidik melalui pendidikan lanjutan dan refleksi terus-menerus. Saya akan mencari peluang untuk belajar dari praktik baik dan berkolaborasi dengan rekan-rekan sejawat untuk memperkaya pengalaman belajar saya sendiri dan meningkatkan pengaruh positif saya terhadap murid.

Dengan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam praktik pendidikan saya, saya yakin bahwa saya dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan berdampak bagi murid saya, membantu mereka tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berpengetahuan, bertanggung jawab, dan peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun