Mohon tunggu...
SADRIMSC
SADRIMSC Mohon Tunggu... Guru - saat ini adalah pengajar di salah satu institusi pendidikan

Hobi menulis dan memikirkan hal-hal bersifat intuitif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.1: Kesimpulan dan Refleksi

1 April 2024   12:10 Diperbarui: 1 April 2024   12:50 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat, fokus pada penyampaian materi dan pengujian pengetahuan. Selama ini, tujuan saya mengajar hanya pada menyampaikan dan menyelesaikan materi dalam buku paket, serta menuntaskan nilai KKM murid sebagai prioritas akhir pembelajaran saya (kognitif).

 Namun, setelah mempelajari Modul 1.1, pemahaman saya tentang dinamika kelas dan peran murid serta guru mengalami perubahan signifikan. Modul ini membuka pandangan saya terhadap konsep pembelajaran yang lebih inklusif dan kolaboratif. Saya mulai melihat murid sebagai individu yang aktif dan beragam dalam belajar, dengan kebutuhan, minat, dan potensi yang unik. Dalam pandangan pertama saya sebelumnya, yang memandang siswa seperti kertas gambar yang kosong, tentu tidak sesuai dengan pandangan filosofis Ki Hajar Dewantara. Menurut KHD, anak bagaikan kertas yang telah ditulisi penuh tapi tulisan tersebut masih pudar, dan kewajiban pendidik untuk menebalkan tulisan yang pudar tersebut, dengan memilih tulisan yang berisi arti baik saja untuk ditebalkan dan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan. Pemikiran KHD memandang guru sebagi objek pendidikan dan murid sebagai subjek pendidikan.

Sebagai objek pendidikan, peran guru lebih kepada menjadi pendamping yang membimbing dan memberi dorongan kepada murid untuk mengeksplorasi potensi dan minatnya. Guru bertugas untuk menciptakan lingkungan belajar yang merangsang, memberi inspirasi, dan memberikan arahan yang diperlukan agar murid dapat mengembangkan diri secara optimal. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mengembangkan kemandirian dan kreativitas murid. Dalam pandangannya, murid harus diberdayakan untuk menjadi individu yang mandiri dan mampu mengambil peran aktif dalam pembelajaran serta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, murid ditempatkan sebagai subjek yang memiliki kontrol atas proses pembelajaran dan pertumbuhannya.

Dalam pandangan saya mengenai semua murid harus diperlakukan secara adil, ternyata juga memiliki kekeliruan. Menurut Ki Hajar Dewantara, setiap anak adalah unik dengan gaya belajar, kecepatan pemahaman, minat dan kebutuhan yang berbeda-beda. Saya mulai berpikir untuk memberikan evaluasi yang bersifat holistik, dan yang menghargai kecerdasan mereka yang beragam. Saya tidak lagi memandang nilai evaluasi untuk mengukur pencapaian siswa, tetapi juga untuk membimbing mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, pendidik juga harus mampu menuntun murid sesuai dengan kodratnya dalam belajar, yang tentunya dalam proses menuntun tersebut tak lupa untuk mengedepankan konsep "Menghamba pada Murid". Dengan mengedepankan konsep pemikiran seperti ini, maka saya yakin konsep "adil" yang sesungguhnya bagi murid akan mudah terwujud, dan menjadi modal penting bagi mereka dalam mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya kelak.

Pembelajaran yang berpusat pada guru juga merupakan konsep yang keliru pada awal pemahaman saya. Ki Hajar Dewantara menekankan peran guru hanya sebatas sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Guru bukan hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai penggerak, penyemangat, dan pembimbing bagi siswa dalam mencapai potensi mereka. Dalam perspektif KHD yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran adalah murid sepenuhnya, sehingga guru hanya lebih aktif dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencari, menemukan, dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Keadaan kelas pun seharusnya dibuat semenyenangkan mungkin tanpa ada intimidasi didalamnya, sehingga mendukung keaktifan, kreativitas, dan keluwesan murid dalam pembelajaran.

Memang benar bahwa menyampaikan materi dan melakukan evaluasi merupakan tugas seorang pendidik. Namun, dalam konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara, tugas seorang pendidik bukan hanya berhenti pada transfer knowledge saja, tetapi lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mengajarkan hal-hal yang menyangkut pendidikan karakter dan sosial bagi murid. Saya sebagai pendidik berkewajiban menyiapkan murid untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kecakapan hidup bersosial yang baik sehingga dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya dikemudian hari.

Modul 1.1 pada Pendidikan Guru Penggerak ini, telah membuka mata saya sebagai pendidik terhadap pandangan baru tentang peran saya dalam kelas. Saya mulai melihat murid sebagai individu yang aktif dan memiliki keunikan serta kebutuhan yang berbeda dalam pembelajaran. Ini bisa menjadi titik awal saya untuk menyadari pentingnya membangun hubungan yang kuat antara guru dan murid, serta menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi, penemuan, dan pertumbuhan pribadi.

Selain itu, pendidik juga dapat menyadari bahwa pembelajaran bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan. Saya harus mulai menekankan pentingnya pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah dalam kurikulum mereka. Perubahan ini juga tidak hanya berdampak pada pandangan saya sebagai pendidik tentang pembelajaran, tetapi juga mempengaruhi perilaku saya di kelas. Saya harus bisa mulai mengadopsi pendekatan yang lebih kolaboratif dan responsif, memfasilitasi diskusi dan eksplorasi yang mendalam, dan memberikan umpan balik yang membangun untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan pribadi murid.

Setelah mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Modul 1.1, maka ada beberapa hal yang segera saya terapkan pada pembelajaran saya dikelas, untuk membuat kelas saya lebih mencerminkan filosofi pendidikan beliau. Pertama, saya akan lebih berfokus pada pembangunan hubungan yang kuat antara murid dan saya sebagai pendidik, serta antara murid satu dengan yang lain. Ini akan membantu menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di mana setiap murid merasa didengar dan dihargai. Sesuai dengan prinsip dari ki hajar dewantara yaitu "Tjeritera" atau "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Saya sebagai pendidik harus mampu menjadi teladan didepan murid, membangun semangat/kemauan ditengah murid, dan dibelakang memberi dorongan untuk hal-hal positif bagi murid.

 Kedua, saya akan mencoba untuk memperluas pendekatan pembelajaran saya, mengintegrasikan lebih banyak aktivitas yang menantang murid untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi efektif. Saya juga akan memastikan bahwa pembelajaran saya mencakup aspek-aspek seperti pengembangan keterampilan sosial dan emosional, serta penanaman nilai-nilai moral kemasyarakatan.

Ketiga, saya akan terus meningkatkan keterampilan saya sebagai seorang pendidik melalui pendidikan lanjutan dan refleksi terus-menerus. Saya akan mencari peluang untuk belajar dari praktik baik dan berkolaborasi dengan rekan-rekan sejawat untuk memperkaya pengalaman belajar saya sendiri dan meningkatkan pengaruh positif saya terhadap murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun