Mohon tunggu...
Sadra Munawar
Sadra Munawar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dari Menguning Les Hijau, Hingga Hijau Les Kuning

30 April 2019   11:13 Diperbarui: 30 April 2019   11:17 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi ( Danau Lut Tawar - Gayo )

"Dari menguning les hijau ku menghijau les kuning" Ungkap seorang pada ku.

-------------
Di awal akan Aku perjelas, bahwa aku  tidak ada soal dengan siapapun di dalam kehidupan menjadi mahluk Tuhan di dunia ini, aku orang paling senang bersilaturahmi, saling tegur sapa ( Meski sebagian melalui dunia maya ), atau saling balas komentar di kolom Fesebook, instagram, Twiter dan blog pribadi. Mengapa demikian, karena bagi ku, Silaturrahmi lebih berharga dari apapun.

Setelah penjelasan sederhana di atas maka para netizen yang terkadang suka bawa perasaan ( Baper ) dan terbawa hati saat membaca tulisan ku di fesebook ini, agar mengubah paradigma berpikir bahwa aku suka menulis, menulis itu hobi ku, Bercerita apapun dengan siapapun adalah kesenangan ku, jadi silahkan menjalani hidup dan kehidupan ini dengan suka cita dan cinta.

Karena sudah sejak lama aku menjalani konsep silaturrahmi  bagian dari menikmati hidup penuh suka, maka aku mungkin manusia yang sering pergi berkunjung ke rumah sanak saudara, para senior, guru, sahabat, kawan , mantan ( Becanda hehehe ), dan lainnya.

Selain cerita isu lingkungan yang sekarang lagi menjadi bahasan paling diminati, juga sosial, dunia pendidikan ku, serta politik dari tingkat pusat, provinsi hingga daerah yang membuat kita harus menutup mulut menahan tawa akibat kocak dan jijiknya politik yang di pamerkan, aku selalu meminta arahan kepada para mereka yang kunjungi tentang arah laju perjalanan ku.

Membaca buku bagi aku tidak cukup jika tidak di diskusikan dengan yang lebih dahulu mengenal kata dan memahami makna, olehnya tidak aku heran mengapa sebagian saudara ku menjelaskan semua dengan warna.

"Putih dan Hitam dan hijau" ungkapku, ketika di tanya penilaian ku suka dengan warna apa saja.

"Cuma tiga warna kah?" tanya nya padaku lagi, disini aku merasa sedang di introgasi oleh dia, meski sembari memikmati hisapan rokok serutu dan kopi pahit di hadapannya.

"Cuma itu kanda" jawabku yakin.

"Sadarlah adinda, benar memang kita boleh menikmati hidup ini dengan penuh suka, namun dinda harus tau, terkadang dalam warna itu ada siluman yang membawa racun mematikan, pekalah kamu" Katanya setelah hisapan panjang serutunya, "kedepan akan penuh fenomena yang sulit sekali di tebak dinda, semoga fenomena ini tidak menjadi petaka bagi kita yang bangun pagi, pergi kebun, hingga petang baru duduk kembali di rumah masing-masing" Lanjutnya.

"Ia kanda, mohon selalu arahannya kanda" Aku berkata singkat, bibirku kelu dan lidah ku berat saat aku mau melanjutkan kata ku.

"Terkadang mereka akan saling mangsa demi kuasa, atau terkadang meraka tertawa menyaksikan temannya  sedang kecewa dinda" Dia lanjutkan nasihatnya, "Warna satu dan laimnya juga akan saling kolaborasi dinda Dari menguning les hijau ku menghijau les kuning, itu adalah upaya mereka" Katanya lagi.

NB : jika mau tau ini serius atau enggak kembali baca paragraf dua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun