Mohon tunggu...
Sadra Munawar
Sadra Munawar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memperbaiki Peradaban

22 November 2018   09:46 Diperbarui: 22 November 2018   10:01 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah bercerita panjang lebar si Pian dengan cakapnya dia mengutarakan semua pendapat dan harapannya yang luar biasa untuk melangsungkan pendidikannya ke jenjang berikutnya saya ingin bertepuk tangan sekeras-kerasnya, saya urungkan niat untuk itu karena di sekeliling kami masih banyak orang lain yang tidak ingin kenyamanannya terusik.

"Mohon do'anya kanda, untuk kelangsungan studi ini" katanya mengahiri pembicaraan

"Tidak perlu kamu minta untuk di do'akan dinda, saya do'akan dengan tulus, Insyaallah ikhlas" Jawab saya.

Usaha yang dilakukan oleh si Pian adalah usaha yang benar-benar patut di acungi jempol dalam urusan akademis, karena pastinya nanti dia akan menjawab tantangan untuk memperbaiki daerah, dimana dia lahir, besar, bermain hingga mungkin nanti mati.

Meski sekarang dia tau daerahnya yang di beri sebutanNegri yang tiada hari tanpa kopi itu, harus diberi vitamin yang tepat sasaran, karena kebijakan yang tegang kendor, Guru kontrak yang sudah empat bulan tidak menerima yang harusnya mereka terima (Gaji), SK Guru Kontrak nya belum di terima, lain lagi di bagian kesehatan entah kesemrautan apa yang belum di ketahui banyak oleh si Pian disana, yang dia ketahui hanya tenaga kontrak yang sudah lulus dikesehatan belum pernah terima gaji kontrak pasca lulus ujian dulu.

"Pian, kamu jangan tidak pulang apabila sudah merantau nanti ya? " Saat pian sudah mendekati pintu keluar caffe tempat kami berdiskusi, barulah saya setengaj berteriak padanya.

"Saya akan pulang kanda" Ucapnya

Anak yang dulunya masih ingusan dan suka merengek apabila tidak kebagian Mangga dan Rambutan itu, sekarang akan menyuntik ilmu kedalam kepalanya yang semoga dengan itu dia mampu memberikan solusi untuk daerah, berdiskusi dengan pemimpin daerah yang semoga dengan masukan dari Pian kebijakannya setahun itu tidak di ganti dengan suka rianya.

Karena memperbaiki peradaban itu dimulai dari pendidikan, lantas dengan sederetan soalan diatas saya sebutkan apa yang patut kita banggakan, ?

"Bang berapa semua" Tanya saya kepada pemilik caffe
"Sudah di bayar sama kawan abang tadi" Jawaban nya membuat saya kaget.
"Oh, baiklah bang" kataku

"Anak itu, sampai nanti Pian, ceritakan padaku, apa yang dapat kamu berikan untuk negri yang namanya ini berasal dari nama anak Reje Linge" Gumamku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun