Mohon tunggu...
Saji Fathurrohman
Saji Fathurrohman Mohon Tunggu... -

Ngawi 21 April 1980\r\nGemar, Mancing,,Nyangkul,merawat Tanaman.

Selanjutnya

Tutup

Money

Semut Angkrang, Dibudidayakan!

12 Desember 2013   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:01 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jakarta. Pada pertengahan bulan yang lalu salah satu warga kota mencoba membudidayaan semut angkrang atau (Oecophylla) dewasa ini telur semut angkrang atau “kroto” banyak yang nyari untuk keperluan makanan burung. Namun, ternyata selain untuk keperluan pakan burung kroto juga dimanfaatkan untuk bahan campuran umpan mancing, maka tak heran bila permintaan telur semut Angkrang ini terus meningkat.

Kebanyakan kroto saat ini didatangkan dari berbagai wilayah seperti Pangandaran,Tasik,Ciamis Jawa Barat (dll). Rata-rata harga kroto di Jakarta mencapai Rp 170.ribu per kilogram sedangkan pasokan kroto selalu kurang karena sangat terbatas karena banyak peminat kicau mania yang mencari telur semut tersebut untuk pakan burung piaraannya.

Selain sulit mendapat telur semut di alam banyak juga dilakukan dengan budidaya semut tersebut yakni, dengan metode koloni atau mengambil induk angkrang di alam lalu di tangkarkan dalam tempat. Metode ini sepertinya berhasil karena banyak sekali tutor yang rela melakukan pendokumentasian melalui video lalu di shering melalui layanan youtube.com.

Banyak masyarakat yang melek teknologi lalu memanfaatkan layanan gratis tersebut untuk praktek lapangan, salah satunya  Guntur (33) warga Mampang Prapatan Jakarta Selatan ini selain hobi burung, untuk ketersediaan pakan alaminya  ia membudidayakan semut  Angkrang dan sudah menunjukan tanda-tanda keberhasilan saat di temui Guntur menunjukan berbagai botol bekas air mineral dan minuman berkarbonasi tersebut di susun sedemikian rupa untuk rumah koloni semut Angkrang. “ ya cuma begini aja mas cara ngembanginya, ngak susah kok,” tuturnya.

Untuk pakan semut Angkrang yang di budidyakan Guntur hanya menyediakan tulang ikan dan minumnya dari air gula, dalam rak bersusun setiap kaki di kasih kaleng untuk menampung air atau oli bekas, gunanya agar si semut tersebut tidak akan kabur ke tempat lain. Budidaya semut Angkrang terbilang mudah dan tidak menyita waktu, karena menurut Guntur semut-semut tersebut kalau kebutuhannya sudah terpenuhi akan cepat beradaptasi dan segera menghasilkan telur,kroto baru. “Biasanya telur yang baru ukurannya sangat kecil menyerupai bintik-bintik putih namun koloni semut akan menjaganya sampai dewasa,” tambahnya.

Warga Indonesia sangat kreatif dalam hal pengembangan ekonomi mandiri, karena dari hobi dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tak terduga tentunya, keseimbangan alam sangat dibutuhkan maka jika perburuan telur semut di alam terus dilakukan maka tak heran bila mata rantai kehidupan akan punah. (Sf)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun