Mohon tunggu...
Saji Fathurrohman
Saji Fathurrohman Mohon Tunggu... -

Ngawi 21 April 1980\r\nGemar, Mancing,,Nyangkul,merawat Tanaman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masifnya Tambang Galian C di Kota Tahu

14 Januari 2015   02:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:12 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14211525081219956722
14211525081219956722
Taukah anda, Batu dan Pasir yang diangkut untuk memenuhi wilayah Jabodetabek berasal darimana ? mungkin bisa jadi material tersebut sebagian berasal dari Sumedang tempat penggaliannya dilokasi Desa Cibereum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Kami pada April 2014 lalu menyusuri area tambang galian C di wilayah tersebut, rupanya tambang jenis ini tak kalah masivenya dengan tambang mineral lainnya, selain memiliki daya rusak yang begitu massive tambang tersebut juga mengambil semua material yang ada seperti, Tanah,Batu,Pasir dan menghilagkan daerah tangkapan air.

Tambang tersebut selain menjadi bom waktu bagi masyarakat setempat juga ada ancaman dari limbah sampah, karena tepat diatas lokasi galian merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tempat Pembuangan Sampah itu sendiri dibuka sekitar tahun 1984, dan hanya dipisahkan oleh badan jalan yang beraspal  yang mulai mengelupas.

Untuk menuju ke TPA atau bagi pecinta alam yang ingin mendaki Gunung Tampomas, yang konon memiliki ketinggian mencapai 1.965 meter tersebut, harus terlebih dahulu melewati lokasi tambang galian C. Sepanjang jalan kurang lebih 1 kilometer setelah melewati Desa Cibereum Wetan terlihat jelas tambang tersebut hanya dipisahkan oleh badan jalan beraspal yang sudah rusak, jika pengendara kendaraan tidak ekstra hati-hati dapat terperosok kedalam lubang yang memiliki kedalaman kurang lebih mencapai 50 meter  itu.

Cerita Masyarakat:

Sebelum adanya tambang galian C, dulunya kawasan tersebut merupakan kebun warga. Yang ditamami sayur-sayuran seperti,Cabai,Terong,Tomat,Sawi,dan Bawang Daun. Namun seiring berjalannya waktu masyarakat mulai tergoda dengan iming-iming dari sejumlah pengusaha tambang,yang lahannya dijual kemereka, warga setempat menyebutnya. Perbata sama dengan 10 meter persegi, dijual dengan harga Kurang lebih Rp.400 ribu, harga tersebut terbilang sangat murah bila dibandingkan dengan harga pasir satu truk ukuran sedang deangan harga kurang lebih Rp.450 ribu. Karena pengerukaannya hingga begitu dalam.

Kerusakan badan Jalan dan Pungutan Warga:

Sepajang jalan Desa Conggeang hingga Polsek Legok Wetan kondisi badan jalan berlubang disana-sini  hingga masuk ke pintu tambang kondisinya tak berubah. Diperkirakan kurang lebih ada 20 pos pungutan liar (pungli) jaraknya kuranglebih 10-15 meter  dari masing-masing pos baik yang dilakukan oleh warga, mereka umumnya menjual berbagai minuman baik air mineral maupun minuman berenergi, selain truk keluar  mereka kenakanRP.1000 untuk air mineral jika tidak membeli maka mereka dikenakan pungutan Rp. 500, dengan demikian maka hasil uang pungutan tersebut digunakan warga utuk memperbaiki jalan-jalan di lingkungan mereka. Menurut salah satu suber  Ibu Nur (31) yang berhasil ditemui dilokasi menyebutkan, dalam satu hari penghasilan bersih mereka yaitu Rp.25.000, dan sisanya disetor untuk khas desa. Selain pungutan liar yang dilakukan warga. Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat juga melakukan pungutan serupa atau intilahnya pungutan resmi pemerintah. Setiap truk yang lewat dikenakan bea sebesar Rp.2000. dalam waktu 24 jam nonstop, diperkirakan lebih dari 200 truk yang hilir mudik mengangkut material hasil tambang untuk dibawa ke berbagai wilayah. Ditulis oleh (Sf).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun