Mohon tunggu...
Sadiq Daffa
Sadiq Daffa Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

Bermain game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

My Life

31 Agustus 2024   13:20 Diperbarui: 6 September 2024   20:13 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peta Konsep Hidupku

Hai, kenalin namaku Daffa Sadiq. Orang biasa memanggilku dengan nama Sadiq. Aku dilahirkan di rumah sakit di Padang Panjang pada 3 Oktober 2009, pukul 01.00.

Saya biasa memanggil orang tua saya dengan sebutan Mama dan Papa. Papa adalah seorang Brimob yang bertugas menjaga keamanan negara ini, sedangkan Mama adalah seorang IRT yang bertugas mengurus segala hal dalam rumah tangga. Papa bernama Nuril Huda, dan Mama Syari Eka Putri Ani.

Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Anak pertama kusebut Abang, bernama Naufal Muttaqin. Anak ketiga bernama Khasya Anindya Zahra, sering kupanggil Keke.

Kami adalah keluarga yang menganut agama Islam sebagai kepercayaan kami. Kami sering menjalankan ibadah bersama.

Ketika saya masih berada di TK, saya bercita-cita ingin menjadi seorang tentara. Namun, saat SD, keinginan itu hilang. Berawal ketika saya sakit demam berdarah, saya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang. Saya melihat dokter mengobati banyak orang, termasuk saya. Sejak hari itu, saya ingin menjadi dokter yang menyembuhkan orang lain.

Saya memiliki hobi bermain game dan menonton anime. Namun, saya hanya melakukannya pada waktu luang dan ketika tidak ada tugas dari sekolah. Saya menjadikan bermain game sebagai hobi karena dapat melatih strategi dan mengalihkan pikiran saya ketika sedang memikirkan banyak hal.

Saya bersekolah di dua TK yang berbeda. TK pertama bernama TK Bhayangkari, namun saya keluar dari sana karena sering tidak hadir. TK kedua bernama TK Aisyiah, yang letaknya cukup dekat dengan rumah nenek saya di Tanah Pak Lambik.

Mungkin terdengar aneh mengapa saya bisa masuk MTsN, padahal dulunya saya bersekolah di SD Franciscus. Namun, berkat kerja keras dan nilai yang bagus, saya diterima masuk MTsN Padang Panjang. Banyak yang bertanya mengapa saya bersekolah di sana. Saya disekolahkan ibu saya di sana karena sekolah tersebut terkenal dengan kedisiplinannya yang sangat ketat. Saking ketatnya, banyak orang yang tidak ingin bersekolah di sana. Namun, saya bisa melaluinya, bahkan bisa menjadi yang terbaik di angkatan saya.

Dan di sinilah saya sekarang, di MTsN Padang Panjang. Kini saya sudah kelas sembilan. Awalnya, saya berpikir masuk MTsN adalah pilihan buruk yang saya ambil. Karena pelajaran agama, saya tidak memiliki dasarnya, berbeda dengan tamatan SD Islami yang sudah memiliki dasar. Namun, bagaimanapun inilah pilihan yang saya ambil, dan semoga menjadi pilihan terbaik saya.

Saya ingin bersekolah di SMAN 1 Sumbar yang terkenal dengan peringkat 10 besar sekolah nasional. Namun, alasan utama saya ingin bersekolah di sana adalah karena bisa dijadikan batu pijakan untuk mendapatkan universitas yang bagus.

Saya ingin kuliah di Universitas Pertahanan, karena di sana masa depan kita sudah dijamin dan segala kebutuhan kita sudah dipenuhi oleh pemerintah. Selain itu, biaya kuliah di sana gratis, sehingga orang tua saya tidak terbebani.

Setelah lulus kuliah, saya akan berusaha untuk hidup mandiri dan tidak membebani orang tua saya. Alasan utama saya mengatakan hal itu adalah karena apa yang telah dilakukan orang tua saya sudah lebih dari cukup. Mereka telah menyekolahkan dan memberi makan saya, jadi saya tidak ingin lagi membebani mereka.

Jika saya memiliki rezeki, saya ingin naik haji bersama orang tua saya, dan saya ingin membangun rumah minimalis yang nyaman. Saya berharap bisa mewujudkan ini sebelum saya berumur tiga puluh tahun.

Jika saya sudah tamat SMA, saya ingin mengejar tahfidz hingga lima juz, dan tentu saja ingin menghafalnya dengan ikhlas, hanya mengharapkan ridho Allah.

Saya berkeinginan haji sebelum berusia tiga puluh tahun, namun saya lebih ingin naik haji bersama orang tua saya jika memiliki rezeki. Setelah menunaikan haji, barulah saya ingin fokus dalam bekerja.

Saya ingin menikah ketika saya sudah berumur tiga puluh tahun. Saya akan berusaha menikah jika kehidupan saya sudah mapan agar tidak menyulitkan istri saya.

Mengenai anak, sebenarnya saya ingin memilikinya setelah satu tahun menikah. Saya ingin memiliki tiga anak: dua laki-laki dan satu perempuan.

Target saya adalah bersedekah dua ribu rupiah setiap hari. Namun, jika memiliki rezeki yang lebih, saya akan menyumbangkan lebih.

Saya ingin meninggal pada usia enam puluh tiga tahun, seperti usia Nabi Muhammad SAW. Saya juga berharap meninggal dalam keadaan sujud saat shalat Jumat, karena meninggal dalam keadaan ini akan menjadikan saya syahid.

Sekian tentang diri saya. Semoga saya bisa mewujudkan semua mimpi saya. Dan mohon doa dari orang yang membaca agar mimpi-mimpi saya terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun