Mohon tunggu...
Sadim Surono
Sadim Surono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ridwan Kamil dan Permen Politik

5 Desember 2017   12:29 Diperbarui: 5 Desember 2017   12:54 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai-partai Politik pengusung Ridwan Kamil untuk Pilgub Jabar tahun 2018 mendatang seperti ditelanjangi. Mereka dibuat tidak memiliki harga diri dan posisi tawar.

Padahal, mereka juga yang menentukan sikap untuk mendukung, mereka pula yang mengemis-ngemis meminta Calon Wakil Gubernur sebagai pendamping untuk Ridwan Kamil.

Pepatah di asingkan dari rumah sendiri sepertinya kurang pas untuk menyikapi hal tersebut. Yang pasti, partai tersebut dijadikan seperti anak kecil yang dijanjikan permen Politik.

PPP dengan lantang menginginkan kadernya Uu Ruzhanul Ulum yang juga Bupati Tasikmalaya untuk menjadi pendamping Ridwan Kamil.

Partai Golkar yang merupakan 'Runner up' pada Pemilu tahun lalu dengan perolehan 17 Kursi di Parlemen telah merekomendasikan Ridwan Kamil dengan Daniel Muttaqien untuk bertarung di Pilgub Jabar.

 Ironisnya, Golkar Seperti tidak punya harga diri dan tidak punya malu, elit DPP Golkar mengemis-ngemis agar Ridwan Kamil berpasangan dengan Daniel. Walaupun keinginan Elit tersebut di pandang sebelah mata oleh Ridwan Kamil.

PKB, Partai kedua yang mengusung Ridwan Kamil juga tidak mau kalah. Mereka 'keukeuh' agar Ridwan Kamil berpasangan dengan Kadernya. Syaipul Huda pun di gadang-gadang akan mendampingi Ridwan Kamil. Sesuai dengan kesepakatan awal yang ramai di bicarakan, PKB akan mengusung Ridwan Kamil sebagi Calon Gubernur, tetapi dengan catatan Wakilnya dari PKB.

Partai NasDem yang notabenya pengusung pertama Ridwan Kamil pun ternyata tidak mau ketinggalan, awalnya mengsung tanpa syarat, sepertinya sekarang mulai menginginkan syarat. Syaratnya tentu posisi Wakil Gubernur pula yang di bidik.

Perebutan posisi calon Wakil tersebut sangat mirip dengan realita jaman now sekarang ini. Seperti anak kecil yang di janjikan permen apa bila mau melakukan sesuatu. Satu permen untuk satu orang. Sisanya sakit hati karena tereliminasi.

Dari awal, sepertinya memang Ridwan Kamil tidak pernah konsisten dengan ucapannya. Dia selalu ingin berpasangan dengan kader partai-partai tersebut. Tapi ketika partai tersebut sudah menyatakan sikap, dengan lembut Ridwan Kamil berkata 'nanti dulu, ada mekanisme yang di tempuh, ada syarat juga yang harus di lewati'

Hal tersebut jelas berbanding terbalik dengan apa yang di janjikannya. Kalau kata remaja jaman Now itu kurang lebih seperti ini 'saat sendiri kau datang mengemis-ngemis pada kami tanpa punya malu, sekarang ketika kamu sudah memiliki apa yang kamu punya, kau campakan kami dengan sejuta harapan dan angan yang sirna dalam kebohonganmu'

Sebagai Calon Gubernur yang tidak memiliki Gagasan dan tidak memiliki ketegasan. Seperti biasa, Ridwan Kamil meniru gaya orang lain dalam menentukan sikap dan memilih pasangannya.

Ridwan Kamil meniru cara  Khofifah Indar Parawansah calon Gubenur Jawa Timur. Yaitu dengan cara mendatangi para tokoh dan untuk menentukan pasangannya. Kalau dulu, Kang Emil paling ogah untuk mengunjungi para tokoh, kalau sekarang karena ada kepentingan, 'ya boleh deh'

Itulah Ridwan Kamil yang selalu datang pada saat butuh, lupa seketika telah mendapatkan apa yang di inginkan. Menutup mata seketika terjadi bencana.

Pada partai pengusung, ada baiknya untuk segera introfeksi diri, jangan memandang dalam kacamata kuda. Perebutan Calon wakil Gubernur tidak akan membuat partaimu besar, tapi hanya hanya menyebabkan rontoknya wibawa karena rebutan 'Permen'yang telah di janjikan oleh si dia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun