Mohon tunggu...
SADIMIN WONG BREBES
SADIMIN WONG BREBES Mohon Tunggu... Guru - Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII (Kab. Tegal, Kab. Pemalang, Kab. Pekalongan)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengais Rezeki dari Banjir

13 Maret 2020   11:43 Diperbarui: 13 Maret 2020   11:39 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada musim penghujan banjir atau genangan air terjadi dimana-mana, tidak mengenal kota maupun desa, banjir atau genangan air bisa terjadi di beberapa daerah dengan durasi yang berbeda beda, ada yang sebentar sudah kering ada yang berhari hari baru kering.  Semasa kecil dulu jika ada genangan air, maka akan menjadikan kegembiraan tersendiri karena anak anak semasa itu suka bermain hujan hujanan dan bermain di genangan air meski air itu berwarna coklat. Kami bisa main prahu prahunan dengan gedebog pisang dan semuanya terasa seru saat bermain di genangan air tersebut.

Selain bermain di genangan air di pekarangan rumah dengan teman teman sebaya, saya dan keluarga juga sering kali menuju sungai yang sedang banjir. Mengapa ke sungai saat banjir, bukankah banjir itu berbahaya? Di Selatan desa kami terbentang sungai yang dalam dan panjang mencapai puluhan kilometer, atau lebih dikenal dengan nama Jurang. Saat terjadi banjir, sungai tersebut banyak membawa material batu dan pasir. Kami dan sebagian warga kampung  mencari pasir di sungai tersebut untuk dijual demi mencukupi kebutuhan hidup sehari hari. Disaat banjir pasir menjadi melimpah, sehingga bisa diambil dengan menggunakan cangkul atau sekop/kreyeng.

Pasir tersebut dikumpulkan pada area tertentu di pinggir sungai dan selanjunya di bawa ke atas dekat jalan raya untuk dipasarkan. Pasir pasir yang telah diambil yang berada dipinggir sungai bagai deretan gunung gunung. Setelah sampai dijalan raya pasir itu dijual oleh pengusaha material sebagai bahan bangunan. Kualitas pasir di sungai tersebut sangat bagus sehingga banyak yang membeli dari berbagai daerah. Dulu ada pengepul pasir yang sering membeli pasir di kampung kami bernama pak Hudi, oleh warga pak Hudi ini sudah dikenal akrab karena sering membeli pasir dari warga

Biasanya banjir di sungai itu datangnya sore atau malam hari. Orang tua kami dibantu saudara dan saya mencari pasir jika banjir mulai surut. Yang unik pada waktu itu adalah jam 03.00 pagi kami sudah ke sungai untuk mencari pasir dengan menggunakan obor sebagai penerang. Pada waktu itu situasi di sungai sudah ramai karena selaiin dari keluarga saya juga banyak  warga yang mencari pasir di sungai.

Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini warga yang mencari pasir disungai sudah tidak banyak lagi seperti pada masa kecil saya. Para pencari pasir tersebut rata rata sudah tua  dan sebagian sudah meninggal dunia termasuk kedua orang tua saya. Sehingga banjir di sungai saat ini tidak seramai dulu. Selain itu tingkat perekonomian warga di desa kami sudah meningkat lebih baik.

Ini adalah sekelumit kenangan masa kecil saya yang penuh perjuangan mengais rejeki dari banjir, sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Semoga pengalaman ini bisa menjadikan semangat dan motivasi dalam bekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun