Kalau kau pegiat sastra,
Tuliskan saja beberapa sajak yang bermakna. Jika nanti kan kubaca, siapa yang layak menerimanya
Kalau kau seniman,
Ukir saja satu bait indah, kelak nanti kubaca, ada yang terjatuh  dalam pelukan
Seduh aku sedikit pesona, jiwa-jiwa yang manyatu bersama raga tak dapat meronta
Kalau kau bijaksana
Tuangkan kebaikan di kalbu ini, kelak jika aku tiada, ada yang bisa menjaga namaku di dunia
Lukislah, seluruh lara dan juga kerinduan sepanjang jalan kita. Buatkan raga bersinar melampaui derita
Kelak nanti dalam temaram,
Kusebut nada tak berirama, berbaris jiwa-jiwa hampa di halaman yang suram
Nyayikan aku,
Nyaikan syair-syair indah meskipun nadanya tak beraturan
Jalan kita,
Tak butuh irama atau roman-roman puitis. Kita tidak hanya terbuang jauh dari kesilapan mata yang siap menerka siapa saja
Kita dalam kesejukan, rinai-rinai malam menuai riang. Cahaya dalam hati sudah terbang menuju tumpuan harapan
Semua di jalan kita, tersirat atau tersurat menengahi risau yang menua, rindu yang kering tak lagi bermakna
Jika kau seorang tabib
Ramu lah sedikit ubat, agar aku berhenti berharap pada mimpi yang tidak wajib.
Lantunkan satu nada terakhir, agaknya aku dapat tenang meninggalkan tidur.
Bth, 17 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H