Malam ini,
aku masih saja membaca
Beberapa kata yang tidak biasa
Trus membaca dengan nada terbata-bata
Di balik jendela kaca, kata-kata sudah binasa
Tanpa frasa
Tanpa makna
Hanya saja, aku sudah terbiasa
Malam ini, aku masih saja membaca, dengan irama yang terpaksa. Sajak-sajak tentang rakyat jelata membikin mata berkaca-kaca
Tanpa kata
Terus baca
Setengah berkaca, aku terbiasa
Malam ini, aku membaca
Seperti biasa, meramu kata-kata berubah makna, agaknya aku mengalami lupa
Kata-kata rupa isyarat
Mengalir menjamah nadi yang sakarat, tuan ajak kami perangi barat, padahal kami hanya diperalat
Maknanya berat
Tanpa rehat
Teriak kami dianggap khianat
Tuan sendiri mentalnya keparat
Malam ini, masih aku baca
Ribuan anak menangis tidak seperti biasa
Api di mata mereka membara, membakar dada
Aku sudah biasa
Ada kuasa tak dibaca
Yang baca lupa mantra, kata-kata hilang begitu saja
Malam ini,
Sendiri membaca, tanpa menulis apa-apa
Jemari dan isi kepala meraba-raba makna
Ada hak yang diperkosa, dibikin jadi binasa
Malam ini,
Baca tanpa menulis
Rasanya tidak lagi manis
Aku lupa, ada premis dari tuan bengis
Memaksa untuk tetap mengemis, mulutnya manis tapi bau amis
Malam ini
Aku masih membaca, tanpa menulis apa-apa
Lupa menjelma jadi alpa tapi tak apa-apa
Aku masih baca,
Di dalam mata ada makna, jangan pusing dengan sumpah serapah. Mereka bukan siapa-siapa
Malam ini
Masih baca, sejuta rima sarat makna
Kalau mereka tanya kenapa, jawab saja salah kaprah. Gayanya sangat gagah tapi tuan sudah kalah
Malam ini
Aku baca, menerka kata dalam isi kepala. Tidak ada pena rupa pepatah lama, tapi aku tahu, tuan membunuh rakyat jelata
Malam ini
Aku baca,
Tuan bisa naik tahta, derita rakyat harus ditata,
tuan bisa bikin kami menderita, besok pagi, tuan sudah binasa
Bth, 22 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H