Inilah letak sebuah keikhlasan yang dibicarakan alam pada fajar dilangit batavia pagi ini. Gambaran kelelahan dan kesibukan yang entah bisa dipahami dengan akal sehat;-dibalik itu mereka tidak lupa membuka mata kita tentang bagaimana pentingnya sebuah perjuangan usaha dan doa (baik pada Sang Penguasa Alam) atau pada siapa yang membutuhkan doa kita.Â
Keikhlasan ini mengajari arti penting kucuran keringat yang basah dan sedikit membau itu mengiklaskan ketulusan dan semangat yang mereka dapat dari fajar yang cerah.Â
Ya. meski pagi ini daun kering yang basah masih menaruh sedikit rasa marah pada hujan semalam. Para pedagang K5 berpesta senyum ria ditikar bekas dan meja tua mereka;-menjejakkan aneka jualan-jualan dan langkah-langkah kecil para pemulung mulai menghilang dalam keramain tradisi kota Batavia.
***
Sepertinya pagi ini mengajari banyak tentang alam, hidup, usaha dan doa. Belum lagi keringat yang basah dan dingin. Karena ada harapanku dan harapan mereka yang terpaut pada pesan fajar dilangit batavia;-tapi pernahkah kita lupa atau sengaja hilangkan pengetahuan sedikit ini.Â
Kalau fajar pagi ini adalah harapan maka harapan itu datang dari ufuk timur seperti janji alam pada bumi dan mata kosong. Dibatavia, langit bisa mendung dan tak ada harap lebih, tapi matahari pagi ini menggadai panasnya demi sebuah doa.
Doa yang sengaja dititipkan dari mereka orang-orang bijak yang lupa kalau terbitnya matahari adalah tempat kami beradu dan kembali merebahkan tubuh lelah tanpa melupakan mereka yang lelah dan sibukkan diri di batavia.
Jejak Jakarta, 26 Mei 2016 silam*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H