Seni sering kali muncul dari tempat-tempat yang tidak terduga, dan kisah hidup Ni Pollok adalah bukti nyata bahwa inspirasi bisa ditemukan dalam kesederhanaan. Lahir sebagai anak bontot dalam sebuah keluarga kecil di kota Denpasar dengan keadaan ekonomi yang memprihatinkan, tampaknya tak menghalangi Ni Pollok untuk mencapai kesuksesan dalam dunia seni tari.
Sejak usia dini, Ni Pollok telah terlatih dalam seni tari, dengan Legong Keraton sebagai spesialisasinya. Meskipun tidak mendapatkan pendidikan formal di bangku sekolah, dia mengasah bakatnya melalui pengetahuan yang diperoleh dari tradisi dan pengalaman sehari-hari. Dalam keluarganya, seni tari adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan Ni Pollok tumbuh dalam lingkungan yang memupuk cinta dan apresiasi terhadap seni.
Perubahan hidup Ni Pollok datang ketika seorang pelukis Belgia bernama Adrien Jean Le Mayeur de Marpres memasuki kehidupannya. Keduanya menjalin hubungan dan bekerja sama dalam menggapai mimpi mereka. Ni Pollok, dengan kemampuan tari Legong Keraton yang luar biasa, menjadi model objek lukisan sang suami. Kolaborasi mereka melahirkan karya seni yang mengesankan dan berhasil dipamerkan dalam pameran internasional. Kehadiran Ni Pollok dan tarian Legong Keratonnya memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung.
Namun, keberhasilan mereka tidak hanya terbatas pada pengakuan dunia seni. Ni Pollok dan Mayeur, meskipun tidak memiliki keturunan, memutuskan untuk mewariskan semua karya seni mereka kepada pemerintah setempat. Kini, hasil karya mereka dapat disaksikan di Museum Le Mayeur di Bali, menjadi bukti nyata akan warisan seni mereka yang abadi.
Tarian Legong Keraton, jenis tari tradisional dari Denpasar, Bali, menjadi wadah ekspresi Ni Pollok. Tarian ini hanya dapat ditarikan oleh anak-anak yang telah kehilangan gigi susu mereka, dan Ni Pollok memiliki keistimewaan sebagai penari Legong Keraton yang dianggap sebagai orang suci. Keindahan dan keunikan tarian ini memberikan pandangan mendalam tentang budaya Bali dan mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga dan mempertahankan tradisi yang berharga.
Namun, dalam era modern ini, seni sering kali diabaikan atau dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting dalam pendidikan dan masyarakat. Penting bagi kita untuk menghargai nilai dan kontribusi seni dalam kehidupan kita. Seni memberikan inspirasi, keindahan, dan keterhubungan dengan budaya kita. Melalui kesederhanaan dan dedikasi Ni Pollok, kita dapat belajar bahwa seni memiliki kekuatan untuk mengatasi keterbatasan dan menciptakan keabadian.
Kisah hidup Ni Pollok adalah inspirasi bagi kita semua. Ia menunjukkan bahwa bakat, dedikasi, dan cinta terhadap seni dapat melampaui kendala ekonomi dan pendidikan. Mari kita menghormati dan memperjuangkan keberlanjutan seni, agar warisan budaya kita tetap hidup dan memberikan inspirasi kepada generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H