Mohon tunggu...
adhes aufa guruh sadewa
adhes aufa guruh sadewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030135 UIN Sunan Kalijaga

bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seni Menganyam Ketupat: Tradisi Masyarakat dalam Menyambut Hari Raya Idul Fitri

18 April 2024   21:25 Diperbarui: 18 April 2024   21:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peralatan yang Diperlukan:

  • Cleaver atau Pisau Tajam:
  • Digunakan untuk memotong daun kelapa menjadi bagian yang lebih kecil sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
  • Wadah untuk Merebus:
  • Biasanya menggunakan panci besar atau wadah yang cukup luas untuk merebus beberapa ketupat sekaligus.
  • Tali atau Serat Daun Kelapa:
  • Digunakan untuk menyatukan ujung-ujung daun kelapa yang telah digulung dan diisi dengan nasi.
  • Papan atau Alat Penekan:
  • Digunakan untuk memperkuat ketupat dengan menekan dan memadatkannya sebelum dimasak.

Proses menganyam ketupat membutuhkan keahlian dan ketelatenan yang tinggi, serta mengandalkan bahan-bahan alami seperti daun kelapa. Hasil akhirnya adalah ketupat yang kokoh, padat, dan memiliki pola anyaman yang khas, siap untuk disajikan saat Hari Raya Idul Fitri.

            Dari liputan langsung di pasar Bantul, kita dapat memperoleh banyak ilmu dari para penjual jasa pembuatan Ketupat seperti bagaimana cara kita membuat Ketupat dirumah dan kunci keberhasilan pembuatan Ketupar tersebut. Selain ilmu tersebut fenomena ini juga  dapat kita kaitkan pada Pelestarian Tradisi Budaya Indonesia yang masih kental dalam masyarakat terutama di wilayah Bantul. Seni menganyam ketupat adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Proses menganyam ketupat bukan hanya sekadar kegiatan memasak, tetapi juga merupakan ekspresi dari identitas budaya yang melekat dalam masyarakat, yang turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi.

            Dengan tetap menjaga tradisi menganyam ketupat, masyarakat turut serta dalam upaya pelestarian warisan budaya lokal. Hal ini memastikan bahwa nilai-nilai budaya tradisional tetap hidup dan relevan di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang terus berkembang. Dengan demikian, seni menganyam ketupat tidak hanya menjadi proses pembuatan makanan tradisional, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas budaya masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Melalui praktik ini, nilai-nilai budaya dan tradisi yang kaya dapat terus dijaga, diperkuat, dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun