Mohon tunggu...
adhes aufa guruh sadewa
adhes aufa guruh sadewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030135 UIN Sunan Kalijaga

bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pertama Kalinya: Angin Puting Beliung Mengganas di Wilayah Jawa Barat

22 Februari 2024   22:32 Diperbarui: 23 Februari 2024   15:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Rabu 21 Februari 2024 angin puting beliung mengamuk di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Tepatnya pada sore hari pukul 15.58 WIB angin puting beliung datang dari arah Sumedang menuju Kabupaten Bandung-Garut. Angin putting beliung ini awalnya muncul di Pabrik Kahatex ke arah Cicalengka sampai ke Pabrik Kwalran lalu Haurpugur, Setelah itu diikuti dengan hujan lebat yang mengguyur daerah tersebut.

Angin puting beliung tersebut mampu menghempaskan berbagai benda serta atap atap rumah beterbangan, Selain itu tidak sedikit pula pohon pohon yang tumbang akibat amukan dari angin puting beliung itu. Peristiwa terjadinya angin puting beliung yang mengamuk ini banyak tersebar di media sosial dan Whatsapp. Salah satunya video yang menangkap momen angin yang menghamburkan benda benda asing di depan kantor BPR KS Rancaekek.

Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menganalisa bahwa akan terjadi angin puting beliung disertai hujan lebat yang akan melanda Kabupaten umedang dan Kabupaten Bandung tepatnya terjadi di sekitar puku 16.00 WIB, kabar tersebut disampaikan oleh Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu. Menurut Teguh Rahayu peristiwa angin puting beliung itu terjadi karena beberapa faktor.

Yang pertama adalah karena suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat, yang dapat mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia, termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Hal ini selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah, yakni antara 45-95 persen.

Yang kedua adalah adanya pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB), awan Cumulonimbus (CB) adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi,padat, dan terlibat pada badai petir dan cuaca dingin lainnya.

Yang ketiga karena keberadaan sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatra yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan (shearline) yang berada di sekitar wilayah Jawa Barat.

Keempat, indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tingg di sekitar Jawa Barat yang mengakibatkan meningkatnya presentase aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal.

Hingga saat ini telah ditemukan 29 orang korban luka dan banyak bangunan yang mengalami kerusakan di wilayah Sumedang-Bandung akibat peristiwa tersebut, semua korban luka telah dievakuasi di Rumah Sakit terdekat. Oleh karena itu pemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan saat musim penghujan karena bencana alam seperti angin puting beliung bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.

Fakta menarik dari peristiwa angin puting beliung tersebut adalah, peristiwa ini jarang terjadi di Indonesia bahkan bisa dikatakan bahwa peristwa yang melanda di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung adalah hal yang pertama kali terjadi di Indonesia. Tentu dengan adanya peristiwa ini akan menjadi sebuah pekerjaan baru bagi pemerintah di bidang penanggulangan dan pencegahan bencana alam. Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya pertambahan korban akibat bencana alam yang melanda, tentu akan semakin bertambah pula pemahaman masyarakat kepada peristiwa bencana alam, meskipun kita tidak akan mengharapkan kedatangan bencana alam tersebut.

Sementara itu kita sebagai masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan kita terhadap bencana alam disaat musim penghujan berlangsung, karena musim juga merupakan sebuah faktor pendukung terjadinya bencana alam. Karena sebagian dari masyarakat Indonesia belum mempunyai pemahaman yang cukup tentang bencana alam, terutama di bagian bagian terpencil daerah yang sulit dijangkau oleh pemerintah Indonesia.

Pemahaman kita tentang bencana ala mini akan sangat membantu saat kita menghadaoi peristiwa bencana yang tidak diharapkan dimana saja dan kapan saja. Letak wilayah Indonesia yang berada di wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik dimana merupakan pertemuan antara tiga Lempeng tektonik dunia yaitu Lempeng Indo-Austalia, Lempeng Eurasia dan Lempeng pasifik juga mendukung faktor terjadinya bencana seperti Gempa Bumi yang terjadi akibat adanya pergeseran antara tiga Lempeng aktif tersebut.

Kewaspadaan kita terhadap terjadinya bencana alam akan menyadarkan kita akan berbahayanya bencana tersebut karena bencana itu tidak mengenal waktu serta tempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun