Dengan biaya sewa tempat senilai empat setengah juta per tahun, harga makanannya tetap sama dengan angkringan di tempat lain, "Kalau harga sama mas, seperti yang lain, karena kalau masalah biayanya dihitung-hitung sama aja mas, antara buka di pinggir jalan dengan sewa toko seperti saya ini. Di sisi lain banyak keunggulannya mas, jika dibandingkan buka di pinggir jalan, misal kalau hujan kan pelanggan tidak usah cari tempat berteduh mas, cukup masuk ke dalam toko udah aman, dan ketika persiapan buka warung pun tidak ribet", tuturnya.
Berjarak kurang lebih 8 km dari rumahnya di Pekalongan, Lihin mengendarai sepeda motor untuk menuju ke angkringan, dipasangkannya besar keranjang di jok belakang untuk membawa berbagai menu yang akan dijual.
Ia membuka angkringan mulai pukul 6.00 sore dan tutup pukul 2.30 dini hari,"Kalau buka jam enam sore, tutup warungnya setengah tiga, sebenarnya nggak pasti juga tutupnya jam berapa, kalau laris ya jam satu bisa langsung tutup mas", ucapnya.
Angkringan Joint miliknya ini menyediakan menu nasi kucing, sate jeroan, sosis, bakso bakar, ayam bakar, gorengan, dan beberapa minuman diantaranya susu jahe dan macam-macam kopi. "Harga gorengannya seribuan, nasi kucing dua ribuan, sate jeroan juga dua ribuan, susu jahe dan minumannya empat ribuan", jawabnya mengenai harga dari menu yang disediakan.
Lihin bercerita mengenai pengalamannya, baik suka maupun dukanya dalam menjalani usaha angkringan, "Dukanya pas dagangan masih ada mas, bingung mau diapain, karena kalau buat besok untuk dijual lagi itu nggak bisa mas, sukanya ya kalau dagangannya habis mas".
Setelah menjelaskan mengenai usahanya, ia juga mengungkapkan bagaimana dirinya memposisikan pekerjaannya saat ini dan langkah apa yang akan ia lakukan di keadaan pandemi seperti sekarang, "Kalau angkringan ini untuk batu loncatan aja dan cari pengalaman dalam dunia bisnis, kalau untuk kedepannya mau pindah haluan mas". Jadi, meskipun hasil atau keuntungan dari usahanya saat ini dirasa lumayan, ia berencana untuk mencari mata pencaharian lain.
Semangat Lihin dalam membuka usaha di tengah pandemi ini patut ditiru oleh kalangan anak muda, di PHK tak membuatnya kehilangan akal, harus cepat dan matang dalam berencana, melihat suatu hal dari berbagai persepsi dan selalu berinovasi. Jarak tak menjadi alasannya untuk mengabaikan kehidupan, meskipun harus menempuh jarak 8 km sekali jalan, dirinya tetap menjalani untuk kehidupan yang baik.
Lihin berpesan kepada seluruh pelaku umkm yang bertahan dan tumbuh di tengah pandemi ini, "Jangan pernah putus asa dalam keadaan apapun".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H