Jadi, sewaktu SMA saya mengambil jurusan IPA, di SBMPTN tahun 2018 dan 2019 pun saya mengambil prodi di rumpun IPA atau Saintek. Dalam hal belajar menghadapi seleksi besar tersebut, saya memaksa diri untuk mengerjakan soal dan latihan, tetapi saya tidak benar-benar tahu konsep yang digunakan, pada hasil akhir pun si soal jarang sekali terjawab benar apalagi pada mata pelajaran Fisika dan Kimia. Mungkin karena saya tidak paham betul terhadap konsep dasarnya, jadi ketika bertemu soal malah bingung. Hal itu pun menjadikan saya malas untuk mengerjakan soal-soal yang tidak saya pahami konsepnya, alias hanya asal jawab ketika mengerjakan soal dan try out.
2. Malas Dalam Belajar dan Me-review Materi
Saya sendiri sebagai peserta rumpun Saintek, dalam SBMPTN hanya mengandalkan skor dari bagian tes potensi skolastik dan Biologi, serta Matematika, meskipun hanya sedikit sekali materi yang saya kuasai. Saya lebih sering mereview materi Biologi daripada mata pelajaran Saintek lain karena menurut saya mudah dipahami serta berpotensi menjawab benar lebih besar daripada me-review mata pelajaran Saintek lain, hanya fokus ke Biologi.
3. Skor Try Out Tidak Stabil Alias Naik-Turun
Dampak dari dua poin di atas langsung terlihat pada hasil try out saya karena hanya mengandalkan beberapa mata pelajaran dan menghiraukan mata pelajaran lain. Dan ketika saya bertemu pada mata pelajaran yang bisa dibilang tak disuka atau jarang saya pelajari, saya selalu memblok jawaban karena tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya.
4. Berharap pada keberuntungan
Dalam mengerjakan try out, lebih banyak soal yang tidak saya kerjakan daripada yang saya kerjakan dengan teliti. Soal yang tidak saya kerjakan saya jawab asal-asalan, tetapi tetap memakai strategi, tetap dengan harapan semoga banyak jawaban yang tepat.
Seiring waktu saya sadar bahwa ketika saya menghindari salah satu mata pelajaran yang memang akan diujikan maka sama saja dengan menghindar untuk lolos di seleksi tersebut, karena penilaian bukan hanya dari satu mata pelajaran, melainkan ada beberapa mata pelajaran lainnya juga. Jika pun saya lolos saat itu, sepertinya saya tidak akan kuat sampai waktu wisuda tiba, kembali lagi ke awal, bahwa soal SBMPTN bisa jadi gambaran kecil dari materi perkuliahan yang sebenarnya lebih kompleks, ketika saya tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak lolos tes, berarti kecil kemungkinan saya bisa bertahan dibangku perkuliahannya bukan, karena memang begitu sistemnya berjalan.
Pada akhirnya saya mengikuti SBMPTN kali ketiga dan memutuskan lintas jurusan ke Soshum setelah dua tahun berturut-turut selinear dengan jurusan ketika SMA. Dan iya, meskipun tahun di SBMPTN 2020 hanya menggunakan tes potensi skolastik saja, saya rasa soal-soal skolastik pun terintegrasi dengan rumpun yang dipilih. Sebelumnya saya pernah lintas jurusan juga, yaitu di ujian mandiri UI atau SIMAK UI pada tahun 2019 tetapi gagal.
Jika teman-teman merasa tidak bisa atau susah bersaing di rumpun yang linear dengan jurusan ketika SMA, lebih baik lintas jurusan, dengan catatan, program studi yang dibidik selanjutnya benar-benar sesuai dengan passion atau kemampuan teman-teman, jangan terlalu lama berpikir tetapi segeralah membuat keputusan, dan juga jangan lupa untuk selalu meminta petunjuk dari Tuhan serta restu dari kedua orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H