Pelantikan Presiden 2024 yang semestinya menjadi momen bersejarah bagi bangsa Indonesia kini dihiasi oleh kontroversi terkait sebuah akun anonim bernama "Fufufafa." Sejumlah pendukung presiden terpilih merasa kecewa karena Wakil Presiden (Wapres) yang baru dilantik tidak menunjukkan pembelaan terhadap presiden dari serangan dan kritik tajam yang disebarkan akun tersebut di media sosial. Akun "Fufufafa," yang identitas pemiliknya masih misterius, sering kali melontarkan komentar negatif yang menyudutkan presiden terpilih dan kebijakannya. Banyak pihak menduga akun ini sengaja dibuat untuk menebar provokasi, namun perhatian netizen lebih tertuju pada sikap Wapres yang dinilai pasif dalam menghadapi persoalan ini. Tidak sedikit yang mempertanyakan mengapa Wapres belum mengambil langkah konkret untuk membela presiden atau menyelidiki siapa di balik akun tersebut. Di media sosial, tagar-tagar penuh kekecewaan mulai bermunculan dari para pendukung yang merasa Wapres tidak menjalankan perannya secara maksimal. Salah satu isu yang banyak dibicarakan adalah bahwa Wapres justru menyarankan agar para pendukung melupakan hinaan-hinaan yang beredar, menganggapnya sebagai hal sepele, dan tetap mendukung pemerintahan baru. Tindakan ini memicu respons negatif dari netizen, yang menganggapnya sebagai tanda kurangnya loyalitas terhadap presiden.
Seorang pengguna Twitter menulis, "Katanya pendukung, tapi junjungannya dihina habis-habisan malah disuruh diam dan melupakan. Kalau tidak bisa bela, minimal cari tahu siapa di balik akun 'Fufufafa' ini. Anda pendukung atau hanya penjilat yang baik kalau ada keuntungannya?"
Ungkapan ini mencerminkan rasa frustrasi yang dirasakan oleh banyak pendukung, terutama mereka yang berharap Wapres menunjukkan pembelaan lebih tegas.
Tuntutan kepada Wapres untuk mengambil langkah nyata pun semakin deras. Banyak netizen yang mendesak agar Wapres secara terbuka mengecam akun-akun anonim yang sengaja merusak citra presiden terpilih. Di sisi lain, sebagian netizen merasa bahwa sikap diam Wapres mencerminkan bentuk kepasifan yang sulit diterima, mengingat perannya sebagai orang nomor dua di negeri ini. "Wapres seharusnya melindungi junjungannya, bukan malah menyuruh kami untuk melupakan. Kalau presiden terus-menerus dihujat tanpa ada pembelaan, citranya bisa rusak," tulis seorang netizen dalam kolom komentar di Facebook.
Di tengah perdebatan ini, beberapa analis politik menilai bahwa diamnya Wapres mungkin bagian dari strategi untuk meredakan ketegangan tanpa memperburuk keadaan. Namun, alasan tersebut tidak dapat diterima oleh sebagian besar pendukung presiden yang menilai bahwa sikap Wapres tersebut mencerminkan kurangnya kepedulian. "Jika terus bersikap diam, bisa muncul persepsi bahwa Wapres tidak menunjukkan solidaritas terhadap presiden yang menjadi junjungannya. Loyalitas sangat penting dalam politik," ujar seorang pengamat politik yang tidak ingin disebutkan namanya. Kontroversi terkait akun "Fufufafa" dan sikap Wapres yang dianggap pasif ini terus berkembang di media sosial. Para pendukung presiden berharap ada tindakan nyata yang diambil oleh Wapres untuk menghentikan penyebaran kebencian terhadap presiden terpilih. Sementara itu, beberapa pihak melihat situasi ini sebagai ujian bagi Wapres dalam menunjukkan loyalitas dan kepemimpinannya di tengah situasi yang semakin kompleks. Apakah Wapres akan terus bersikap diam atau akan bertindak tegas terhadap akun "Fufufafa" ini? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, para pendukung presiden terus menanti adanya pembelaan yang mereka anggap layak dari sosok Wapres di tengah gelombang kritik dan provokasi yang terus mengemuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H