Mohon tunggu...
Anwar Sadat
Anwar Sadat Mohon Tunggu... -

Pria biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Calon Jamaah Haji Harus Siap Mengikhlaskan Kehilangan Kursi Roda

2 Oktober 2016   06:33 Diperbarui: 2 Oktober 2016   10:22 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Sudah selama lebih dari sebulan terakhir kita lihat di media-media berita mengenai pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi sana, dan bagaimana performa Kemenag sebagai Penyelenggara Ibadah Haji. Bahkan Menag juga sudah mengakui bahwa penyelenggaraan proses pelaksanaan ibadah haji tahun ini sudah mengalami peningkatan kualitas, walaupun juga tetap diakui masih banyak kekurangan di sana-sini.

Lalu apakah kekurangan-kekurangan tersebut mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi (calon) jamaah haji?

Atau memang hanya kekurangan-kekurangan yang tidak signifikan bagi jamaah saja yang dilaporkan pada Menag, sehingga disimpulkan tidak ada masalah signifikan dalam penyelenggaraan prosesi ibadah haji ini?

Pada prosesnya, terutama bagi (calon) jamaah haji gelombang pertama yang terbang langsung menuju Madinah, yang membutuhkan dan membawa kursi roda sendiri dari tanah air, banyak diantaranya akan mengalami masalah dan dirugikan saat ketibaannya di bandara Madinah sana. Saat ini, mereka yang berkursi roda mungkin sedang bernostalgia (atau bahkan berkeluh kesah) tentang masalah ini. Mereka yang termasuk dalam (calon) jamaah haji gelombang pertama diberitakan sudah seluruhnya kembali ke tanah air (kecuali yang sakit dan wafat di sana).

Lalu masalah apa yang dialami sebagian besar (calon)  jamaah haji gelombang pertama yang berkursi roda ini? 

Ada banyak terjadinya kehilangan kursi roda saat tibanya mereka di Madinah.

Paling tidak, itulah yang kami alami. Berkaitan dengan hal ini, di hari kejadian dimana kami dengan tegas menyampaikan ke petugas lapangan bahwa ini seharusnya tidak terjadi bila proses kedatangan jamaah dan barang-barang berjalan dengan benar sesuai dengan proses yang seharusnya berjalan seperti proses penerbangan komersial pada umumnya, ada staf Kemenag yang mengupdate kejadian ini di website Kemenag. Hanya saja sayangnya tidak diceritakan secara utuh, dan tidak menjelaskan masalah sebenarnya. Dimana menurut pandangan kami, masalah ini yang seharusnya diangkat yang akan membuat (calon) jamaah haji berikutnya waspada. Paling tidak sampai masalah tersebut dipastikan tidak akan terjadi lagi di kemudian hari.

Berikut adalah link update dari website kemenag

Kami bisa mengetahui masalah tersebut (latar belakang kenapa kursi roda bisa hilang) setelah melalui proses yang panjang selama kami disana, bahkan sampai kami digeser ke kota Makkah, dengan terus menindaklanjuti masalah ini ke staf yang dimaksud.

Tulisan ini pun dibuat karena permintaan kami agar postingan tersebut direvisi sampai saat ini ternyata belum dilakukan.

Masalah operasial berkaitan dengan penanganan kursi roda (dan barang) ini pun sementara belum bisa kami bagikan dengan gamblang dan jelas karena menurut staf tersebut informasi ini adalah off the record.

Yang bisa kami sampaikan bahwa sampai kembalinya kami ke tanah air, kursi roda tersebut tidak pernah ditemukan. Dan kami juga tidak tahu apakah Menag juga aware akan masalah ini, atau beliau hanya menerima laporan bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan penanganan kursi roda (calon) jamaah haji, sehingga tidak perlu ada evaluasi dan perbaikan dalam hal ini.

Paling tidak, yang kami tahu saat kami kejar terus staff tersebut mengenai status kursi roda kami, beliau menyampaikan (tertulis via whatsapp) bahwa hanya kami yang kursi rodanya hilang (tidak ditemukan bahkan setelah mereka menyisir seluruh lokasi di dalam bandara Madinah berkali-kali). Di saat yang sama, kami cek langsung di kloter kami di hari itu, masih ada seorang jamaah lain yang masih belum menerima kursi rodanya. Staf tersebut berkilah bahwa dia hanya menerima laporan bahwa hanya kursi roda kami yang dilaporkan hilang yang sampai kepadanya. Bayangkan bila ketua kloter lainnya melakukan hal yang sama, dan tidak melaporkan insiden kehilangan kursi roda di kloternya masing-masing.

Bila hal terakhir yang terjadi, maka tentu saja Menag tidak akan pernah menganggap ada masalah dalam prosedur penanganan kursi roda di bandara di Arab Saudi sana. Jadi tidak perlu ada evaluasi, dan tidak perlu ada perbaikan lebih lanjut.

Dengan kata lain, (calon) jamaah haji yang berkursi roda dan membawa kursi roda sendiri ke Arab Saudi harus siap mengikhlaskan kehilangan kursi rodanya.

Kenapa harus ikhlas?

Inilah celah dimana petugas lapangan akan berusaha meredam masalah ini tidak muncul ke permukaan, sehingga laporan hasil kerjanya tidak ada yang merah.

Petugas akan mengarahkan bahwa perjalanan (calon) jamaah haji ini adalah perjalanan religi yang banyak hikmah dan cobaannya. Bahwa masalah kehilangan kursi roda ini adalah salah satu cobaannya yang harus dihadapi dengan ikhlas. Kursi roda yang hilang bisa diniatkan sebagai wakaf dan semoga bermanfaat bagi yang menggunakannya, dan menjadi ladang pahala bagi pemilik yang kehilangan.

Bila arahan ini berhasil, maka kasus bisa ditutup. Tidak perlu ada tindak lanjut (mencari kursi roda yang hilang, mencari sumber masalah kehilangan barang, evaluasi dan mitigasi agar kejadian ini tidak terulang di kemudian hari). Petugas tidak perlu membuat laporan lebih lanjut (persis seperti kasus di kloter kami, dari jamaah lain yang juga hari itu masih kehilangan kursi rodanya).

Dan (calon) jamaah haji tidak akan merasa bahwa sebenarnya dia sedang dizholimi oleh petugas yang tidak bekerja dengan benar, atau dizholimi oleh peraturan / perjanjian kerja / prosedur yang tidak dibuat dengan benar oleh petugas yang zholim. Entahlah...

Petugas hanya akan mengingatkan, (calon) jamaah haji sebaiknya tidak berbantah-bantahan (jidal) untuk bisa mencapai Haji yang Mabrur.

Wallahu A'lam bi showab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun