Mohon tunggu...
Sadam Khadafi
Sadam Khadafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - A graduate of the History Department at Airlangga University

Jangan takut menulis, asal ada niat dan kebaikan untuk sekitar, lanjutkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"The Silk Road" Film yang Diadaptasi dari Sejarah Jalur Sutra

7 Maret 2021   19:34 Diperbarui: 15 April 2024   15:18 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Republika.com

Film Silk Road (Jalur Sutra) menjelaskan satu jalur yang memegang peran penting sebagai penghubung dunia timur dan barat. Dengan latar belakang tokoh yang berbeda yaitu Marco Polo dan Sven Hedin. Film ini digarap oleh sejarawan dan arkeolog ternama Morris dan Valerrie Hansen yang mampu menjadi acuan dalam bagian sejarah Silk Road. Di film ini juga terdapat rangkuman dari seluruh kegiatan dan juga penyebaran kebudayaan disekitar area Silk Road.

Historitas Jalur Sutra

Jalur sutra pertama kali diperkenalkan oleh orang berkebangsaan Jerman bernama Von Richthofen. Ia seorang penjelajah dan ahli geografi Jerman. Kegiatan perekonomian sudah dilakukan manusia sejak zaman dahulu, dimana ini menjadi suatu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 

Seiring berkembangnya zaman manusia juga mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan memunculkan inovasi-inovasi baru seperti barter, jual beli, peminjaman, utang piutang, dll. Maka dari itu munculah rute-rute yang digunakan oleh para saudagar/pedagang untuk menjajakan barang dagangannya dan juga semakin luas rute yang digunakan oleh para pelancong yang bertujuan untuk memperkaya hasil dagangnya. 

Jalur sepanjang kurang lebih 7000 km yang menbentang dari Tiongkok hingga Turki. Silk Road bermula dari salah satu orang utusan dari dinasti Han yang berkuasa di Tiongkok kala itu  mengumpulkan fakta-fakta mengenai bangsa barat terutama bangsa romawi. Dimana salah satunya saat bangsa Romawi mengalami kekalahan pertempuran dengan bangsa Parthia dikarenakan bangsa Romawi yang ketakutan melihat cahaya yang menyilaukan dan kain yang dikenakan bangsa Parthia ( yang sekarang dinamakan kain sutera). 

Jalur Sutera menjadi jalan utama para saudagar untuk meraup keuntungan lebih banyak pada masa Dinasti Han ( Abad 2M ) dan mengalami perkembangan yang sangat pesat kala itu. Selama beberapa decade terakhir istilah Silk Road atau Jalur Sutera telah menjadi istilah yang mudah dan banyak dikenali di seluruh dunia, dengan ekspresi yang menyesuaikan peradaban dan telah memasuki berbagai Bahasa. 

Munculnya teknologi barat seperti kereta perang dan kata-kata pinjaman Iran pada prasasti tulang oracle dari Dinasti Shang Tiongkok (abad 16 hingga 11 SM) bersaksi tentang jenis interaksi budaya dan komersial yang tersirat dengan istilah Silk Road. 

Perjalanan trans-Asia yang digerakkan oleh perdagangan mulai berkembang di sekitar awal Era Umum, bahkan kemudian menyebutnya sebagai sistem terpadu, seperti penggunaan istilah "Jalur Sutra" menyiratkan akan menyesatkan. Barang-barang dan ide-ide, memang dapat ditransmisikan dari jarak yang sangat jauh, bahkan sampai ke Roma di mana sutra Cina menjadi mode yang populer selama abad ke-1 dan sesudahnya, tetapi ini dicapai melalui estafet. 

"Jalur Sutera" pada saat ini bukanlah satu jalan atau jaringan melainkan serangkaian yang berdekatan, kebanyakan dikendalikan oleh perantara Iran seperti Parthia dan Sogdiana. Diistimewakan oleh posisi geografis mereka antara Cina, India dan Roma, orang-orang Iran tetap menjadi agen utama perdagangan trans-Asia dan pertukaran budaya selama lima belas abad ke depan, tidak hanya mendominasi rute karavan darat tetapi juga Samudra Hindia.

Perkembangan Jalur Sutra

Dalam menggunakan istilah Jalan Sutra seseorang secara implisit menggambar pada fenomena yang merentang kembali ribuan tahun. Namun, cara kita mengkonseptualisasikan pola-pola historis kuno dari kontak manusia ini yang mungkin disebut pola globalisasi pramodern mencerminkan pendekatan modern yang khas. 

Tidak ada yang pernah mendengar tentang sesuatu yang disebut Jalan Sutra sampai penjelajah Jerman, Ferdinand Von Richthofen pertama kali menciptakan ungkapan (Die Seidenstrasse) dalam geografinya tentang Tiongkok yang diterbitkan pada tahun 1877. Dalam sejarah dunia baru Peter Frankopan yang kuat, The Silk Roads, di mana judul tersebut tampaknya dimaksudkan untuk mencakup hampir semua jaringan interaksi manusia historis di mana pun. 

Daerah-daerah seperti pulau Samudra Hindia Mauritius yang tidak dihuni oleh manusia hingga abad ke-17 dan daerah kantong Spanyol Afrika Utara yang terpencil di Melilla, sekarang menuntut agar mereka diakui sebagai pemain dalam kerangka Jalan Sutra. 

Semua penemuan dan pendekatan baru ini berkenaan dengan sejarah dan arkeologi sektor Sogdiana di Silk Road menyoroti kembali peran orang Sogdiana sebagai perantara utama dalam pertukaran budaya dan agama di sepanjang Jalur Sutra antara stepa Eurasia, Asia Tengah dan Cina sebelum dan pada abad-abad pertama setelah penaklukan Arab Muslim Sogdiana di awal abad kedelapan. 

Sogdiana ini memberi penerangan baru pada lebih banyak aspek peran mereka dalam adopsi timbal balik dari beragam elemen budaya dan pertukaran lintas budaya di sepanjang Jalan Sutra, menciptakan prasyarat untuk pembentukan budaya kosmopolitan internasional, yang pada era Sogdiana melintasi batas ras dan agama dengan cara yang menjadikannya salah satu periode unik dan paling simbolis dari sejarah Jalan Sutra.

Sutra, yang diperdagangkan dengan Barat dari bagian akhir periode Zhou (sekitar 1050-256 SM) hanyalah salah satu dari banyak komoditas yang diperdagangkan di sepanjang rute ini, karena batu giok telah dibawa ke Cina dari Asia Tengah pada awal Periode Shang (sekitar 1600 hingga sekitar 1050 SM), dan barang pecah belah Mediterania mencapai Tiongkok selama periode Qin (221-206 SM). Pedagang membawa keramik Tiongkok yang indah ke Irak pada abad kesembilan, ketika diperintah oleh dinasti Abbasiyah (749-1258), dan barang-barang yang dicat lislam Islam serta kobalt Iran dibawa ke China, di mana mereka mengilhami perkembangan yang pada dasarnya Teknik keramik Cina porselen biru-putih. 

Mungkin produk paling penting yang dibawa sepanjang jaringan perdagangan ini, bagaimanapun, adalah kertas, bahan yang sekarang ada di mana-mana yang memiliki dampak yang jauh lebih besar pada perjalanan peradaban manusia daripada sutra, batu giok atau kaca yang pernah ada. 

Ketika orang Eropa akhirnya mulai menyelidiki sejarah kertas, mereka pada awalnya bingung karena semua kata yang berhubungan dengan kertas berasal dari kata-kata Yunani dan Latin untuk papirus, dan mereka berpikir bahwa kertas pasti berasal dari papirus. Orang Eropa pertama yang menemukan surat kabar Cina dan Jepang pada abad keenam belas membayangkan bahwa orang Asia Timur entah bagaimana belajar membuat kertas dari orang Mesir kuno.

Dengan demikian Jalur Sutra dengan berbagai sumber sejarah yang menyebutkan, merupakan suatu jalur yang penting dari jaman sebelum Dinasti Han (abad ke -3 Masehi) menjadi jalur perdagangan yang bercabang ke berbagai daerah dari China ke Eropa ataupun sebaliknya, jalur ini dibuka untuk umum ketika Dinasti Han membuka akses jalur ini. Kemudian tertutup kembali oleh perang yang berkepanjangan antara China dengan Romawi. Melalui jalur ini pula, persinggungan antara Budaya Timur dan Barat menjadi suatu pertukaran informasi penting yang kelak menjadikan perkembangan keilmuan di jaman ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun