Kehadiran Izroil yang mustahil dihindari
Sholat Subuh baru tuntas didirikan, matahari pun sama sekali belum membagi sinarnya, saat kumandang pengeras mesjid menghantarkan berita duka berpulangnya seorang tetangga. Usia sepuh dan penyakit yang diderita adalah syariat penghantar ajal kali ini.
Sakit, usia, atau berbagai musibah apapun yang melatar-belakangi berpulangnya setiap makhluk bernyawa sebenarnya hanya sekedar 'basabasi' duniawi pemuas logika para manusia yang selalu sibuk mencari alasan atau penyebab atas segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Hakekatnya Izroil, sang Malaikat Pencabut Nyawa, hanya menjalankan tugas secara akurat sesuai deskripsi yang diberikan.
Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun, sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepadaNya kami akan kembali ...
Takziah untuk membesarkan hatiÂ
Setelah menyudahi sholat dan zikir, muamalah pagi pun diawali dengan bergegas memburu rumah seorang tetangga yang suaminya berpulang dinihari tadi untuk bertakziah.Â
Para bapak yang sudah menyampaikan belasungkawa nampak berkumpul sembari berbincang di jalanan depan rumah mendiang. Pelayat masih terus berdatangan, bergiliran masuk menyalami, para ibu bahkan memeluk sang istri yang tengah berduka, dan semua mengungkapkan harapan yang serupa. Semoga sabar, semoga ikhlas, semoga mendiang kembali ke haribaan Sang Khalik dengan husnul khatimah.
Harapan itu terlontar dengan sadar diri bahwa hanya soal waktu saja setiap diri akan mendapat giliran dikunjungi Izroil. Lintas usia, lintas status sosial, lintas keyakinan, dan lintas segala perbedaan yang ada di semesta raya.Â
Anjuran menjenguk orang sakit dan melayat sanak kerabat sasarannya memang mengetuk kesadaran agar tak berpusing di arena hedonitas duniawi sampai lupa menabung amal saleh untuk bekal mengarungi Padang Mahsyar agar lulus hisab lalu mendapat tiket masuk surga.
Hangatnya saat berbagi ...
Setelah berbincang sejenak dan menyusupkan amplop santunan seikhlasnya, menyalami kembali nyonya rumah yang terlihat begitu sabar dalam kehilangannya, kakipun diayun memburu tujuan berikutnya : Sebuah supermarket sederhana di lingkungan perumahan.
Saat menghampiri sudut penjualan daging ayam segar, berpapasan dengan seorang ibu yang notabene masih tetangga juga. Percakapan ringan tentang menu masakan.bersambung dengan berita duka yang ujungnya begitu lembut dan hangat meresap ke kedalaman lubuk hati.
"Mau masak buat keluarga mendiang," Tuturnya," Sudah biasa, setiap ada yang meninggal di RT kita, ibu-ibu akan berbagi tugas memasak untuk keluarganya agar mereka tidak direpotkan soal makan selama pengurusan jenazah."
Potongan daging ayam itu mungkin akan menjelma menjadi sup nan lezat atau rendang yang sedap atau hidangan lain, namun apapun itu sudah pasti akan menghangatkan hati dan meringankan lara keluarga yang tengah berduka.
Ma sya Allah walhamdulillah, empati itu ternyata masih ada ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI