Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merdeka Itu Tentang Bahagia

12 Agustus 2023   19:35 Diperbarui: 12 Agustus 2023   19:38 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa besar cinta kita pada diri sendiri?

Seberapa sering merasa kecewa sampai level sangat tak nyaman saat mempublikasikan foto-foto aktifitas di jejaring medsos mendapat minim atau bahkan nihil 'like' dan 'comment'? Sebaliknya respon mungkin melimpah tapi semua cenderung menghujat atau mendiskreditkan yang bikin kepala rasanya siap meledak akibat desakan amarah yang disulut sakit hati yang mendalam?

Kalau sering mengalami hal di atas, bisa jadi Anda masih belum 'merdeka'. Kemerdekaan pribadi alias kemandirian yang hakiki, menurut advokat keseharan mental Eileen Conroy, bersumber pada seberapa dalam kita mengenali diri sendiri dan bisa berbahagia dengan menerima kekuatan-kelemahan yang dimiliki.

Tak soal apa kata atau pikiran orang lain, individu yang merdeka punya rasa cinta yang proporsional terhadap diri sendiri sehingga bisa memilih kebahagiaan sehat yang cocok dengan kondisi dirinya.

Tinggi-rendahnya kemerdekaan pribadi seseorang, sebagaimana dipaparkan Conroy dalam artikel yang berjudul 'How To Become More Independent in Life - 3 Helpful Steps', tergantung pada seberapa besar rasa percayanya pada diri sendiri serta seberapa yakin dia bisa bergantung pada kemampuan yang dimilikinya (dalam mengarungi pasang-surut kehidupan).

Emosi dan mental yang merdeka ...

Ada banyak aspek dalam kemerdekaan pribadi yang bersifat fleksibel sesuai pertambahan usia dan kedewasaan seseorang. Namun ada tiga aspek kemandirian yang menjadi fondasi dalam pembentukan kemerdekaan pribadi secara menyeluruh; yaitu kemerdekaan emosional, mental, serta finansial-profesional.

Mereka yang sudah merdeka secara emosional takkan pernah bergantung pada orang lain untuk memperoleh kebahagiaan. Ketimbang harus didikte oleh orang lain, mereka lebih memilih bertanggungjawab secara pribadi untuk mengelola kebahagiaan dan makna yang akan diberikan dalam kehidupan.

Merdeka emosional merupakan bahan baku terbangunnya kemerdekaan mental saat seseorang mampu berpikir mandiri, tak gampang hanyut dengan pemikiran massal. Mereka yang merdeka secara mental lebih memilih untuk mengumpulkan fakta-informasi, menimbang berdasarkan pengalaman dan nilai-nilai (moral) yang dianut. Lalu kesemuanya itu nanti akan diramu untuk membentuk opini pribadi.

Hidup memang butuh biaya

Mereka yang merdeka secara finansial, baik karena memiliki pekerjaan maupun mendapat warisan, memiliki sumber yang cukup untuk membiayai kehidupan mereka. Namun mereka yang bekerja alias merdeka secara profesional akan lebih punya rasa memiliki atas karir yang dijalani dan bisa membangun kehidupan sesuai dengan hal-hal yang diminati. Otomatis peluang untuk berbahagia jadi lebih besar.

Nah, sudah seberapa merdeka (bahagia)kah kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun