Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Andai Anak Tak Lagi Bertanya pada Bapaknya

2 Mei 2021   09:29 Diperbarui: 2 Mei 2021   09:37 1935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anak-anak di era digital lintas jenjang pendidikan yang dipaksa keadaan menjalani sekolah daring saat ini lebih suka menyampaikan pertanyaan pada Mbah Google, ketimbang pada emak atau bapak mereka?

Tentu saja jawaban yang mereka terima akan bersifat pengetahuan umum semata tergantung seberapa trendi pertanyaan yang diberikan, tanpa esensi yang mengakomodir kebutuhan intelektual-emosional anak sebagai individu-individu unik, dan berpotensi menggiring mereka pada tautan-tautan yang bisa jadi merupakan 'racun' bagi pembentukan karakter mereka yang masih belum memiliki fondasi akhlak yang kuat.

Saat lagu religi Ramadan legendaris Bimbo berjudul 'Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya', yang mengusung keindahan hubungan antara orangtua dan anak-anak mereka, berkumandang pertama kali di tahun 2016 sampai lamat-lamat masih terdengar hingga saat ini; kita tetap bisa menangkap kehangatan komunikasi yang indah antara seorang anak dan ayahnya.

Pertanyaan-pertanyaan bersahaja bertemu dengan jawaban-jawaban sederhana yang disesuaikan dengan kapasitas anak untuk memahami aspek religius dasar. Jawaban yang mengundang keinginan bereksplorasi lebih jauh saat dirinya beranjak remaja bahkan dewasa kelak.

Lirik lagu bernas, yang telah dinyanyikan ulang oleh banyak penyanyi papan atas Indonesia, itu liriknya ditulis oleh sastrawan Taufik Ismail dengan muatan edukasi yang masih sangat aktual untuk disimak dan diresapi oleh para emak-bapak sebagai inspirasi bahan mendidik dalam keluarga, terutama berkaitan dengan upaya membangun karakter akhlak mulia dalam diri anak-anak. Apalagi di momen puasa Ramadan yang merupakan syahrut tarbiyah alias bulan pendidikan ini.

Lagu dibuka dengan 'Ada anak bertanya pada bapaknya//buat apa berlapar-lapar puasa?//ada anak bertanya pada bapaknya//tadarus tarawih apalah gunanya?//'

Tanya itu berjawab pada lanjutan lirik, 'Lapar mengajarmu rendah hati selalu//tadarus artinya memahami kitab suci// tarawih mendekatkan diri pada Illahi//'

Rangkaian tanya-jawab di atas bisa dikembangkan dalam membangun komunikasi secara langsung dengan anak. Sisihkan satu-dua jam dalam keseharian dimana segenap keluarga lepas dari ketergantungan pada Mbah Google dan kantung ajaib serba tahunya yang mengambang.

Saatnya emak dan bapak duduk dekat-dekat di samping anak -anak untuk mendengarkan celoteh rasa ingin tahu mereka tentang kesan-kesan si Buyung menjalani puasa perdananya atau berapa hari si Upik cuti puasa karena menstruasi dan bagaimana cara 'membayar hutang' shaum-nya.

Seandainya keterlibatan mendalam dengan gawai membuat mereka jadi pendiam dan pasif, ubahlah paradigmanya dengan 'emak-bapak bertanya pada anak-anaknya'. Bercermin dari lirik lagu religi di atas, orangtua bisa memancing dengan, "Nak, tahu nggak kenapa kita puasa padahal, kan, lapar?" dan kalau jawaban anak menegaskan ketidaktahuannya, tinggal digiring pada fakta-fakta ringan kehidupan para duafa yang harus bekerja sangat keras untuk bisa makan. Suapkan dengan sabar padanya konsep empati sosial dan sedekah.

Selanjutnya tuntun anak memperdalam pengetahuan dasar yang telah emak-bapak berikan dengan keteladanan mengakses sumber utama pendidikan yang aktual sepanjang masa melalui tadarus Al Qur'an yang diawali dengan belajar membaca, merutinkan membaca, mempelajari terjemahan, dan mengkaji makna dari terjemahannya untuk diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan.

Kedekatan anak dengan Al Qur'an akan sangat membantu orangtua dalam menjelaskan tentang keberadaan Sang Khalik yang Maha segalanya namun teramat dekat dengan setiap makhluk ciptaan-Nya, bahkan lebih dekat dari urat nadi di leher. Maha Perkasa sekaligus Maha Lembut, Maha Kuasa sekaligus Maha Penyayang dan Maha Dermawan. Ajarkan cara berkomunikasi dengan Rabb, yang bukan hanya sekedar menciptakan namun juga memelihara segenap hasil ciptaannya dari awal sampai akhir keberadaan para mahkluk tersebut, melalui keteladanan istiqamah mendirikan 5 Rukun Islam yang resume hariannya ada pada shalat 5 waktu.

Peletakan fondasi pembangunan akhlak mulia anak di atas merupakan proses sepanjang hayat yang harus terus dijalankan oleh para orangtua yang dituntut untuk senantiasa mengetahui dinamika perkembangan jaman, terutama aspek komunikasi antar manusia-nya yang semakin lama akan semakin lekat dengan bertambah canggihnya teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun