Pastry Chef, mungkin lebih tepat Art Pastry Chef, Janice Wong pertamakali menghadirkan koleksi karya seninya pada September 2011 dimana dia menghadirkan langit-langit ruang yang terbuat dari marshmallow dimana para tamu bukan hanya boleh menyentuh, tapi juga mencabik dan memakannya!
Janice, sebagaimana dilansir laman Culture Trip, juga melukis dengan coklat yang memang sangat dia sukai hingga tak ada hari terlewatkan tanpa menyantapnya dan pada 2017 dia menghadirkan koleksi mainan coklat yang bisa dimainkan lalu dimakan.Â
Sejak itu dia kebanjiran permintaan dari berbagai label dan ajang-ajang acara untuk menggali keunikan pada tekstur, warna, dan rasa bahkan tampil di acara kuliner bergengsi Masterchef Australia untuk mempertontonkan caranya memasak salah satu menu signatur-nya cassis prem yang prosesnya sangat mendebarkan.
Tiga tahun silam Janice menjadi host kursus masterclass (karya) seni yang dapat dimakan dan saat memasuki ruang kelas, para tamu dihadapkan pada dua karya seni abstrak yang sangat besar dan memicu adrenalin.Â
Dua kanvas lukisan, atau lebih tepatnya, dua makanan penutup abstrak nan besar menggairahkan, itu dicat dengan cokelat dan pusaran 3D yang menutupinya terbuat dari marshmallow. Â
Saat menyadari bahwa dua lukisan itu sepenuhnya dapat dimakan, para tamu tampak sangat tercengang, desserts itu benar-benar melebihi ekspektasi mereka.
Janice, sebagaimana dikutip oleh Culture Trip, kemudian bercerita bahwa proses kreatifnya dimulai dengan bertanya pada dirinya sendiri, "... bagaimana jika aku tidak pernah tahu seperti apa seharusnya makanan penutup itu (dibuat dan disajikan)?"
Janice membawa para pengunjung kelasnya melalui proses yang dia lalui untuk menciptakan suguhan yang luar biasa ini, termasuk menggunakan obor api untuk mencampur warna cokelat di kanvas dan menghanguskan marshmallow.
Setiap tamu diberi kanvas mini untuk dicat menggunakan cokelat leleh dengan warna dan rasa yang berbeda - termasuk jenis peppermint royal blue yang lezat.Â
Banyak tamu terinspirasi oleh gaya Janice yang ekspresif dan sejumlah karya tercipta di kelas tersebut dipenuhi semangat ekspresionisme abstrak. Tetesan Jackson Pollock, segiempat Mark Rothko, pulasan Patrick Heron dan potongan-potongan warna Howard Hodgkin bermunculan dari coklat warna-warni yang mereka gunakan. Lantas segenap keindahan artistik itu diserpih dan dimakan dengan nikmat saat kelas berakhir.
Janice, yang tumbuh di Singapura, Jepang dan Hong Kong; pergi untuk belajar ekonomi di Australia, namun di sana dia menemukan makanan lebih menarik baginya daripada keuangan.Â