Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Begini Pertolongan Pertama bagi Penderita Depresi

15 Juni 2020   18:27 Diperbarui: 15 Juni 2020   18:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Depresi, menurut Diana Samuel MD, asisten profesor psikiatri klinis di Columbia University Irving Medical Center; dalam laman Good Housekeeping ditandai oleh suasana hati yang terus-menerus putus asa yang mempengaruhi nafsu makan, tidur, tingkat energi, dan dapat membuatnya sulit untuk fokus atau mempertahankan minat pada kegiatan yang pernah anda nikmati.

Seseorang akan didiagnosa mengidap depresi klinis bila memiliki lima gejala di atas atau kurang dari itu namun sudah bertahan sangat lama dan mempengaruhi fungsinya setiap hari.

Judy Ho, Ph.D., seorang psikolog klinis berbasis di California dan seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Pendidikan dan Psikologi Pepperdine University, sebagaimana dirilis laman Good Housekeeping menjelaskan bahwa secara umum ada dua jenis depresi klinis.

"Seseorang mengalami depresi berat saat dia selalu merasa sedih, tidak memiliki motivasi, rasa rendah diri yang sangat parah, dan mungkin memiliki gagasan untuk mengakhiri hidup mereka sendiri." Papar Ho.

"Sementara mereka yang memiliki gejala depresi ringan dalam jangka panjang (dysthymia) umumnya selalu merasa sedih atau tidak punya energi (lemah, tak berdaya), tidak termotivasi atau tertarik pada apapun, tetapi depresi semacam ini tidak akan melahirkan ide bunuh diri atau kecenderungan yang lebih parah."

Sayangnya, menurut Ho, orang yang sama dapat memiliki kedua tipe depresi tersebut sekaligus, "Di antara episode yang parah, beberapa dapat memiliki bentuk depresi yang lebih ringan yang bisa bertahan lama jika tidak diobati."

Terapi adalah tulang punggung pengobatan untuk depresi, masih menurut Ho, khususnya terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral theraphy, CBT) yang sering dipasangkan dengan obat-obatan.

Dr Samuel juga berpendapat serupa bahwa kombinasi keduanya telah terbukti lebih efektif dibanding bila kedua metode dijalankan secara terpisah sebagaimana terbukti dalam analisis World Psychiatry 2014.

Psikolog terutama berfokus pada bentuk pengobatan CBT yang dikenal sebagai aktivasi perilaku, yang membantu pasien meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan yang dapat meningkatkan mood mereka untuk sementara waktu. Ho mengatakan ini membantu mereka menghindari hal-hal negatif yang dapat berubah menjadi depresi.

Berada di dekat orang lain (bahkan jika mereka tidak menyukainya) juga membantu penderita depresi,"Siapa pun yang pernah merawat seseorang untuk mengatasi depresi pasti tahu bahwa kadang-kadang orang yang depresi justru akan menolak atau menjauhi orang yang mereka cintai."Papar Ho.

"Aktivasi perilaku memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi jenis kegiatan yang mengarah pada emosi yang menyenangkan dan itu membantu mereka melewati episode depresi agar bisa terhubung lagi dengan orang yang dicintai."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun