Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengecekan Suhu Tubuh, Efektifkah Menangkal Penyebaran Covid-19?

28 April 2020   09:54 Diperbarui: 28 April 2020   10:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengecekan suhu tubuh untuk mencegah penyebaran Covid-19 kini marak dimana-mana (doc.Reuters/ed.Wahyuni)

Belakangan ini para anggota Satuan Pengamanan (Satpam) di supermarket mendapat tugas tambahan : Menghadang rombongan pembeli di pintu masuk dan 'menembakkan' alat pemindai suhu tubuh serta bersiap menyemprotkan cairan disinfektan bagi mereka yang berkenan. Bagi pengunjung bersuhu tubuh 36,1 sampai 37,2 derajat Celcius dipersilahkan melanjut acara belanja, namun bagi mereka yang bersuhu 39 derajat Celcius atau lebih mungkin akan diminta balik kanan menjauh.

Pemeriksaan suhu untuk melacak penderita demam di tempat umum adalah salah satu strategi yang digunakan di Wuhan (China), tempat bermulanya pandemi coronavirus yang kini tengah berupaya untuk kembali pada ritme normalnya, untuk mengantisipasi meruaknya wabah (HuffPost, 27 April 2020).

Taktik di atas akhirnya merambah ke AS. Toserba online Amazon mengumumkan akan menggunakan kamera termal untuk memeriksa suhu karyawan sebelum mereka masuk ke ruang kerja dan taman hiburan Disneyland juga mewacanakan akan melakukan hal serupa pada para pengunjung saat 'lockdown' berakhir.

Tetapi apakah pemeriksaan suhu benar-benar cara terbaik untuk memantau dan mengendalikan penyebaran coronavirus?

Menurut beberapa ahli penyakit menular, metode ini memiliki banyak kekurangan dan tidak boleh menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi pandemi setelah aktivitas dilanjutkan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala Covid-19 dapat berkembang di mana saja antara dua dan 14 hari setelah paparan sehingga seseorang bisa saja 'membawa' virus namun tidak mengetahuinya.

"Masa inkubasi sifatnya bervariasi di antara pasien." Papar Jai Marathe, seorang dokter penyakit menular di Boston Medical Center dan asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Boston,"Selama masa tersebut, virus menjadi berlipat ganda. Setelah mencapai tingkat kritis, hal itu menyebabkan tubuh merespons dengan gejala yang kuat. Durasi terjadinya hal ini bervariasi pada pasien yang berbeda dan, dalam kasus Covid-19, salah satu gejala paling umum yang dialami pasien adalah demam. "

Sementara demam bisa dijadikan penanda infeksi coronavirus pada banyak kasus, namun para ahli juga telah belajar bahwa kondisi itu tidak berlaku pada semua orang. Covid-19 tidak menimbulkan gejala yang sama pada setiap pasien (dan sebagian besar kasus mungkin malah tidak menunjukkan gejala). 

Studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, yang menganalisis 5.700 orang sakit parah dengan Covid-19 di wilayah New York City, menemukan bahwa dua pertiga di antara mereka tidak menderita demam (HuffPost, 27 April 2020).

Tidak jelas berapa banyak orang yang terinfeksi coronavirus yang merupakan 'penyebar tersembunyi' tanpa gejala, tetapi para ilmuwan memperkirakan jumlahnya cukup besar.

"Respons kekebalan tubuh memainkan peran besar dalam tingkat keparahan infeksi." Kata Marathe,"Pertahanan kekebalan pada individu-individu tertentu mampu melindungi pasien dari manifestasi gejala apa pun yang kami sebut sebagai 'tanpa gejala.' Respons kekebalan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti usia (dan) kondisi medis yang mendasarinya."

Karena alasan ini,  Stephen P Juraschek, dokter di Beth Israel Deaconess Medical Center dan  asisten profesor obat-obatan di Harvard Medical School mencatat bahwa pemeriksaan suhu mungkin tidak selalu efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Kasus asimptomatik ringan atau tertunda bisa lolos dari pengamatan."Katanya,"Jadi, walaupun lebih baik daripada tidak sama sekali, pendekatan seperti itu tidak bisa menggantikan intervensi kritis lainnya seperti mencuci tangan, menjaga jarak sejauh 2 meter, menggunakan masker, atau menutupi mulut seseorang ketika batuk."

Natasha Chida, asisten direktur program beasiswa studi penyakit menular dan asisten profesor kedokteran di Johns Hopkins, juga menunjukkan kekurangan pemeriksaan suhu.

"Tidak ada salahnya untuk menerapkan pemeriksaan suhu di tempat-tempat umum untuk membatasi orang yang memiliki gejala menulari orang lain."Kata Chida,"Tapi saya pikir, cara itu tidak akan bisa mendeteksi orang terinfeksi yang belum menunjukkan gejala atau tidak bergejala."

Selain itu Chida pun menambahkan kesulitan praktis mengecek suhu,"Siapa yang akan mengukur suhu? Apakah orang akan mengukur suhu mereka sendiri? Jika menggunakan termometer oral, anda akan membutuhkan banyak termometer. Jika menggunakan pemindai telinga atau dahi, itu tidak dapat diandalkan jika tidak menggunakannya dengan benar." 

Selain intervensi kritis, Juraschek mengatakan pengujian luas untuk infeksi dan pelacakan kontak juga penting," ....untuk melacak kasus, mengisolasi kasus positif dan memperkirakan beban penyakit di masyarakat. Ini dapat membantu memprediksi posisi kita dalam pandemi terkait tingkat penyebaran infeksi dan kekebalan kelompok."

Tapi skrining virus bukan metode sempurna, Juraschek menambahkan, karena seseorang yang negatif hari ini bisa saja esok harinya menjadi positif. Sementara Marathe mengusulkan pengujian antibodi yang juga tidak sempurna karena bisa saja muncul fenomena 'negatif Covid-19 palsu'.

Pada akhirnya langkah terbaik untuk membatasi penyebaran infeksi berada dalam kendali individual, termasuk tinggal di rumah jika anda merasa sakit, berlatih mencuci tangan dengan benar, menutupi batuk dan mengenakan masker di tempat umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun