Pemerintah pusat China di Beijing telah memberlakukan kebijakan baru yang mengharuskan semua makalah akademik tentang Covid-19, terutama mengenai asal-usul coronavirus jenis baru, Â menjalani pemeriksaan tambahan sebelum dipublikasikan secara luas (CNN, 13 April 2020).
Seorang ahli medis di Hong Kong, yang bekerja sama dengan para peneliti China daratan mempublikasikan analisis klinis kasus Covid-19 dalam sebuah jurnal medis internasional pada bulan Februari, mengatakan bahwa karyanya tidak menjalani pemeriksaan seperti itu.
Peningkatan pengawasan itu tampaknya merupakan upaya terbaru oleh pemerintah China untuk mengendalikan narasi publiktentang asal-usul pandemi coronavirus, yang telah menewaskan lebih dari 100.000 jiwa dan menginfeksi 1,7 juta orang di seluruh dunia sejak pertama kali merebak di kota Wuhan di Cina pada Desember 2019.
Sejak akhir Januari tahun ini sebenarnya para peneliti Cina telah menerbitkan serangkaian studi Covid-19 di jurnal medis internasional terkemuka Beberapa temuan tentang kasus-kasus awal Covid-19 seperti penyebaran virus antar manusia pertama kali muncul, rupanya telah membuat publik mempertanyakan kebenaran informasi seputar wabah yang dirilis akun resmi pemerintah dan memicu kontroversi di media sosial China.
Fenomena di atas rupanya mendorong otoritas Cina untuk memperketat cengkeraman mereka atas publikasi penelitian Covid-19. Pada pertemuan 25 Maret yang diadakan oleh gugus tugas Dewan Negara tentang pencegahan dan kontrol Covid-19 keluarlah instruksi resmi untuk memperketat penyaringan makalah yang boleh dipublikasikan.
Langkah tersebut, menurut seorang peneliti China yang minta namanya dirahasiakan, dikuatirkan akan menghambat penelitian ilmiah yang penting.
"Saya pikir ini adalah upaya terkoordinasi dari (pemerintah) China untuk mengendalikan narasi publik dengan menggambarkan seolah-olah wabah itu tidak berasal di China."Tutur peneliti itu kepada CNN,"... saya rasa mereka tidak akan mentolerir studi objektif apa pun untuk menyelidiki asal mula penyakit ini."
Divisi ilmu pengetahuan dan teknologi Departemen Pendidikan China telah memberikan arahan bahwa, "makalah akademik tentang pelacakan asal virus harus dikelola secara tegas dan ketat."
Arahan tersebut selanjutnya menjabarkan tahap-tahap yang harus ditempuh untuk mendapatkan persetujuan publikasi makalah ini yang dimulai dengan komite akademik di universitas. Setelah lolos, makalah selanjutnya dikirim ke divisi ilmu pengetahuan dan teknologi Departemen Pendidikan, yang kemudian meneruskan makalah ke gugus tugas di bawah Dewan Negara untuk pemeriksaan. Setelah universitas mendapat persetujuan dari gugus tugas tersebut, barulah makalah tersebut dapat dikirimkan untuk dipublikasikan di jurnal.
Makalah tentang topik lain terkait Covid-19 akan diperiksa oleh komite akademik universitas, berdasarkan kondisi seperti "nilai akademis" dari penelitian ini, dan apakah "waktu untuk penerbitan" benar.
Dokumen tentang tahapan di atas  pertama kali diposting Jumat pagi di situs web Universitas Fudan di Shanghai, salah satu universitas terkemuka di China.
Ketika CNN menghubungi nomor kontak yang terdapat di akhir pemberitahuan, seorang anggota staf departemen ilmu pengetahuan dan teknologi kementerian Pendidikan mengonfirmasi bahwa mereka memang telah mengeluarkan arahan namun,"Itu tidak seharusnya dipublikasikan - ini adalah dokumen internal." Kata orang yang menolak menyebutkan namanya itu.
Beberapa jam kemudian halaman situs web Universitas Fudan yang memuat informasi itu dihapus. Hal yang sama terjadi pada postingan serupa di situs web China University of Geoscience di Wuhan.
Pada akhir Desember, Wuhan melaporkan kasus pertama coronavirus, yang dihubungkan oleh pihak berwenang ke pasar makanan laut di kota itu. Para ilmuwan di Cina dan Barat mengatakan virus itu kemungkinan berasal dari kelelawar dan melompat ke manusia dari inang perantara - sama seperti kerabatnya yang menyebabkan epidemi SARS pada 2002 dan 2003.
Namun, sebagian media sosial China dan  pemerintah negara itu tampaknya telah meluncurkan kampanye bersama untuk mempertanyakan kembali asal-usul coronavirus.
Pejabat China dan media pemerintah berulang kali menekankan bahwa belum ada kesimpulan tentang asal mula virus itu. Bulan lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, merilis cuitan-cuitan secara sistematis di Twitter tentang teori konspirasi bahwa virus itu berasal di AS dan dibawa ke China oleh militer AS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H