Kebijakan otoritas negara bagian New South Wales (NSW) Australia yang pada Kamis (19/3) lalu mengijinkan kapal pesiar 'Ruby Princess' berlabuh di Circular Quay bahkan membiarkan 2.700 penumpangnya untuk berjalan-jalan di Sydney padahal ada di antara mereka yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan dan beberapa harus diangkut ke rumah sakit dengan gejala mirip Covid-19 telah menuai kritik tajam dari banyak pihak sampai saat ini (The Guardian, 5 April 2020).
Belakangan terbukti bahwa kapal tersebut merupakan sarang infeksi. Setidaknya 662 orang yang terkait dengan pelayaran tersebut dikonfirmasi positif Covid-19 atau lebih dari 10% total kasus di Australia.Â
The Sunday Telegraph memberitakan bahwa pada malam saat 'Ruby Princess' merapat, operator ambulan NSW telah diberitahu oleh pengelola kapal bahwa beberapa penumpang yang harus diangkut ke rumah sakit telah menjalani tes Covid-19 namun hasilnya masih belum diketahui.Â
Hal itu pula, menurut operator kapal, yang membuat otoritas pelabuhan menolak memberikan ijin untuk merapat. Namun perwakilan dari Carnival Cruise, perusahaan pemilik 'Ruby Princess', kemudian ditelpon untuk mengabari bahwa ambulans belum dipanggil karena kekuatiran adanya kasus Covid-19 dan setelah itu kapalpun diijinkan masuk ke Circular Quay.
Sementara itu NSW Health sebelumnya menyatakan bahwa meskipun penumpang yang diangkut dari kapal ke rumah sakit memiliki gejala seperti flu, ambulans sebenarnya dipanggil karena kondisi medis lainnya, seperti sakit punggung bagian bawah dan masalah jantung. Namun salah satu pasien tersebut akhirnya meninggal lima hari kemudian karena penyakit terkait Covid-19.
Ketidak-sinkronan penjelasan pihak pengelola kapal dan dinas kesehatan NSW di atas tentunya memicu pertanyaan, siapa di antara keduanya yang telah melakukan manipulasi fakta sehingga memicu munculnya kasus baru Covid-19 yang sangat merugikan Australia itu.
Setelah kemudian terungkap ada empat penumpang lagi dari kapal naas itu meninggal, jumlah totalnya 11 atau lebih dari 30 persen total kematian akibat Covid-19 di Australia, akhirnya Komisaris Polisi NSW Mike Fuller pada Minggu (5/4) lalu mengumumkan akan melakukan investigasi kriminal atas bencana Covid-19 yang terjadi di kapal pesiar 'Ruby Princess' (The Guardian, 5 April 2020).
Secara khusus Fuller memuji Otoritas Pelabuhan NSW atas tindakan mereka pada malam sebelum kapal merapat, "Otoritas Pelabuhan New South Wales telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mencoba memahami fakta-fakta terkait dengan kasus ini. Mereka melakukan kontak dengan kapal berulang kali. Mereka benar-benar berusaha menghentikan kapal agar tidak sampai ke pelabuhan Sydney tanpa dibekali informasi medis yang lebih mendalam. Mereka melakukan kontak dengan manajer operasi dari Carnival dan pada setiap kasus selalu diberitahu bahwa masalah di kapal bukanlah Covid-19."
Fuller tidak mengesampingkan kemungkinan adanya dakwaan kelalaian pidana dalam kasus ini,"Pertanyaan kunci yang masih belum terjawab, apakah perusahaan Carnival sudah transparan dalam mengontekstualisasikan kondisi kesehatan penumpang dan kru kapal yang berkaitan dengan Covid-19?"
Dia mengkonfirmasi ada sekitar 200 awak kapal 'Ruby Princess' terindikasi gejala Covid-19 dan para petugas medis masih terus melakukan pengujian. Sementara ini kapal 'Ruby Princess' akan tetap berada di perairan Australia untuk menuntaskan masalah medis tersebut.
Ulah nakal perusahaan-perusahaan kapal pesiar yang memberikan informasi menyesatkan pada pihak berwenang juga dikemukakan oleh menteri dalam negeri Peter Dutton awal pekan ini.
"Sudah jelas bahwa beberapa perusahaan telah berbohong tentang situasi kesehatan penumpang dan awak di atas kapal, jadi apa yang telah kami sepakati untuk dilakukan bersama NSW adalah dengan melihat langsung setiap kapal."Katanya kepada radio 2GB.
Pada hari Minggu (5/4) malam seorang juru bicara Carnival Cruise menanggapi pengumuman investigasi kriminal NSW dengan menyatakan telah melihat pengumumannya dan,"Selain bersedia berpartisipasi dalam penyelidikan, Carnival Australia akan dengan sungguh-sungguh menanggapi setiap tuduhan yang diajukan secara menyeluruh dan berdasar."
Meski tampaknya Putri Ruby tidak akan diminta untuk meninggalkan perairan Australia dalam waktu dekat untuk memastikan tidak terjadinya penyebaran wabah, namun masih ada kekhawatiran bagi kru dari lima kapal pesiar lain yang meninggalkan perairan Australia pada akhir pekan lalu, yaitu 'Selebriti Solstice', 'Voyager',' Ovation', 'Spectrum' dan 'Radiance of the Seas' (The Guardian, 5 April 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H