Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korea Utara Mengklaim Bebas Covid-19, Bagaimana Faktanya?

4 April 2020   18:37 Diperbarui: 4 April 2020   18:44 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah meluasnya infeksi global yang korbannya kini dinyatakan World Health Organization (WHO) pada Rabu (1/4) hampir mencapai satu juta orang, seorang pejabat kesehatan nasional Korea Utara (Korut) dengan tegas menyatakan bahwa negaranya benar-benar bebas dari coronavirus (AFP,2 April 2020).

Korut yang sejak awal memang sengaja mengisolasi diri karena kebijakan senjata nuklirnya telah melakukan gerak cepat menutup perbatasannya dengan China, tempat pandemi berasal, sejak Januari lalu dan memberlakukan langkah-langkah pengamanan super ketat. Itu termasuk tindakan menembak mati seorang pejabat perdagangan yang merupakan orang pertama positif Covid-19 di negeri itu Maret lalu (IBT,12 Maret 2020).

Pak Myong Su, direktur departemen anti-epidemi Markas Besar Darurat Anti-epidemi Darurat Utara, menegaskan bahwa upaya tersebut telah sepenuhnya berhasil dan itu terbukti karena,"Sejauh ini tidak ada satu orang pun yang terinfeksi coronavirus baru di negara kami."Kata Pak kepada AFP,"Kami telah memprioritaskan (penanganan coronavirus) dengan mengambil langkah-langkah sesuai rujukan ilmiah seperti inspeksi dan karantina untuk semua personel yang memasuki negara kami, mendisinfeksi semua barang, menutup perbatasan serta memblokir jalur laut dan udara."

Namun pernyataan Korut itu disikapi secara skeptis oleh kalangan internasional, apalagi setelah 'saudaranya' Korea Selatan (Korsel) juga mengalami fase awal wabah virus yang buruk dengan catatan positif Covid-19 lebih dari sepuluh ribu orang dan 177 di antaranya meninggal dunia.

Para ahli mengatakan Korut sangat rentan terhadap virus karena sistem medisnya yang lemah, para pembelot politik menuduh otoritas Pyongyang telah menutup-nutupi adanya wabah, dan komandan militer utama AS di Korsel Jenderal Robert Abrams mengatakan pada hari Kamis(2/4) lalu bahwa pernyataan Pyongyang itu "tidak benar".

"...  itu adalah klaim yang mustahil berdasarkan data intelijen yang telah kita lihat." Kata Abrams pada VOA News.

Menurut Abrams, opsi 'lockdown' telah dilakukan pada kalangan militer Korut selama 30 hari pada Februari sampai awal Maret karena adanya wabah dan otoritas negeri itu juga telah"... bertindak secara kejam (terhadap migran) di penyeberangan perbatasan mereka dan di dalam negerinya untuk melakukan hal yang sama dengan negara lainnya, yaitu menghentikan penyebaran virus."

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump telah mengirimkan sebuah surat pribadi pada pemimpin Korut Kim Jong Un dan menulis bahwa Korut "akan melalui sesuatu" dan AS menawarkan "kerja sama dalam pekerjaan anti-epidemi".

Sementara itu Choi Jung-hun, seorang mantan dokter Korut yang melarikan diri ke Korsel pada 2012, mengatakan kepada AFP,"Saya mendengar ada banyak kematian di Korut tetapi pihak berwenang tidak mengatakan bahwa itu disebabkan oleh coronavirus."

Sejauh ini dalam upaya pencegahan penyebaran virus; Pyongyang telah menempatkan ribuan rakyatnya dan ratusan orang asing, termasuk diplomat, ke dalam fasilitas isolasi dan mendorong disinfeksi serta menggunakan media pemerintah secara terus-menerus memerintahkan warga untuk mematuhi arahan kesehatan.

Gambar-gambar yang dipublikasikan kini telah memperlihat meluasnya penggunaan masker wajah, kecuali pemimpin Kim,. Dia belum pernah sekalipun terlihat mengenakannya, meski para petugas militer yang selama beberapa minggu menyertai Kim mengawasi latihan menembak tampak mengenakan masker berwarna hitam. Baru-baru ini para bawahan Kim juga terlihat tanpa masker.

Namun fakta menunjukkan bahwa Korut, yang dikenai sanksi internasional karena program rudal nuklir dan balistiknya, telah mengajukan permintaan bantuan terkait coronavirus.

Pada bulan Februari lalu kementerian luar negeri Rusia mengatakan telah memberi Pyongyang 1.500 alat tes diagnostik coronavirus atas permintaan Korut "karena risiko yang berkelanjutan dari COVID-19 yang baru".

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga telah memberikan 'pengecualian' dalam sanksi pada Korut untuk memungkinkan kelompok-kelompok bantuan termasuk Doctors Without Borders (DWB) dan UNICEF menyalurkan barang-barang seperti kit diagnostik, masker wajah, peralatan pelindung dan desinfektan yang memang diminta oleh otoritas Korut. Kedua oragnisasi mengatakan bahwa suplai medis tersebut telah tiba melalui jalur darat dariChina

WHO, menurut situs Coordination of Humanitarian Affairs, juga berencana mengeluarkan USD 900.000 untuk mendukung aksi tanggap coronavirus Pyongyang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun