Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Taktik MBS Memenangkan Tahta Saudi

20 Maret 2020   11:17 Diperbarui: 20 Maret 2020   11:41 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mohammed bin Salman (MBS) yang sejak 21 Juni 2017 ditahbiskan sebagai putra mahkota Kerajaan Arab Saudi terus memoles pamornya melalui berbagai program pencitraan besar-besaran yang melibatkan media, namun beberapa keputusan-kebijakan terkait masalah-masalah penting yang dibuat pangeran yang belum lagi genap 35 tahun itu disinyalir mengganggu stabilitas negara (Yeni Safak.com, 19 Maret 2020).

Ambisi MBS untuk menggantikan posisi ayahnya, Salman bin Abdulaziz Al Saud, yang kini tengah sakit sebagai raja Saudi berikutnya terlihat pada langkahnya, sekitar lima bulan setelah menjadi putra mahkota, ia menahan puluhan pangeran dan menteri termasuk putra Raja Abdullah Mutab dan miliarder Saudi Pangeran Al-Waleed bin Talal selama berminggu-minggu di Hotel Ritz-Carlton dengan dalih "memerangi korupsi" .

Beberapa sumber memperkirakan bahwa langkah itu dimaksudkan MBS untuk membungkam lingkaran mantan raja yang sudah meninggal dan menekan upaya potensial terhadap dirinya sendiri. Belakangan nampaknya ada semacam kesepakatan dimana mereka yang ditahan harus merelakan sebagian besar kekayaan mereka.Sekali dayung dua pulau sukses dilewati, MBS tidak hanya menghilangkan potensi persaingan tahta namun juga mengakumulasi tambahan anggaran senilai USD 100 miliar.

Hal serupa diulangi MBS yang baru-baru ini mengeluarkan surat perintah penangkapan lebih dari 20 pangeran dengan tuduhan "pengkhianatan" termasuk pamannya Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, yang ia anggap sebagai saingan terbesarnya, serta sepupunya Mohammed bin Nayef dan Nawaf bin Nayef yang merupakan pewaris takhta sebelumnya.

Penangkapan Pangeran Ahmed dinilai sebagai ancaman bagi MBS karena para anggota terkemuka keluarga yang berkuasa menginginkan pamannya itu untuk memimpin Dewan Kesetiaan, sebuah posisi yang membuat Ahmed menjadi lebih berpengaruh dalam dinamika kerajaan. Selain itu Ahmed yang dihormati oleh lingkaran dekatnya belum berjanji setia pada MBS dan secara umum tidak nyaman dengan berbagai kebijakan sang keponakan.

Gangguan paling signifikan MBS terhadap kelas dinasti tentu saja adalah  kebijakan investasinya di industri hiburan, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Arab Saudi sebelumnya. Investasi senilai USD 64 miliar akan mengalir ke industri hiburan di negara itu untuk periode satu dekade ke depan. Sejumlah besar uang dikeluarkan untuk menyelenggarakan konser seniman terkenal internasional di dekat tanah suci.

Selain itu keputusan MBS untuk mengubah isi buku pelajaran sekolah adalah langkah lain yang dinilai berpotensi melemahkan aliansi pemerintah-ulama karena dia memilih mendukung AS untuk mempromosikan "Islam moderat" melawan "Islam ekstremis" yang dianggap permisif pada kekerasan. Hal itu memicu ketidaknyamanan di antara kelompok-kelompok ulama dan keluarga kerajaan.

MBS berusaha menyamarkan upayanya untuk lebih merapat ke kubu Barat dengan menangkap dan memenjarakan hampir 400 ulama yang menentang kebijakannya, seperti Salman al-Ouda dan Awad al-Qarni dengan tuduhan keterlibatan dengan organisasi terlarang di Saudi 'Ikhwanul Muslimin'. Sementara di sisi lain dia memanfaatkan para ulama yang mendukung kebijakannya seperti Abdul Rahman As-Sudais, Bantuan al-Qarni, dan Saleh Al Maghamsi untuk memperkuat posisinya.

Para ulama di lingkarannya juga dimanfaatkan MBS untuk menyerang Turki dan Presiden Recep Tayyip Erdogan disamping menggunakan berbagai media. Hal itu terjadi karena Turki beraksi keras terhadap pembunuhan jurnalis terkemuka Jamal Khashoggi dan membersamai Doha menentang keputusan kuartet Uni Emirat Arab-Arab Saudi-Mesir-Bahrain memblokade Qatar.

Ekonomi Saudi juga mungkin akan terpukul dengan keputusan MBS meningkatkan produksi minyak 'hanya' untuk memukul ekonomi Rusia. Pengeluaran anggaran akan semakin menurun di negara ini karena harga minyak terus turun hingga langkah-langkah penghematan besar harus dilaksanakan oleh pemerintah. Defisit anggaran, pajak, dan tingkat pengangguran akan meningkat, sementara kenaikan harga akan terjadi dan sektor swasta akan melemah karena beberapa proyek harus dihentikan sementara di bawah visi 2030 yang dilancarkan MBS (Yeni Safak.com, 19 Maret 2020).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun