Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Seputar Coronavirus yang Wajib Diketahui Sebelum Bepergian

16 Februari 2020   11:07 Diperbarui: 16 Februari 2020   13:20 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyemprotan disinfektan di kabin untuk menangkal coronavirus (doc.CNN.com/ed.Wahyuni)

Wabah penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh paparan coronavirus membuat banyak orang memilih untuk bertahan di zona-zona aman; namun bila anda terpaksa harus bepergian terutama ke mancanegara, beberapa hal di bawah ini yang dirilis laman Travel+Leisure sebaiknya anda ketahui sebagai langkah pencegahan

Apa saja gejala coronavirus?

Gejala pertamaCovid-19 sangat mirip dengan flu. "Anda akan demam, batuk-batuk, dan mungkin mengalami sejumlah gangguan pencernaan," Papar Dr. Rebecca Katz, seorang profesor dan direktur  Center for Global Health Science and Security at Georgetown University. Ketika komplikasi virus terjadi, pasien bisa mengalami masalah-masalah serius terkait ginjal dan pneumonia yang bisa menyebabkan kematian.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegah coronavirus?

Anda dapat melindungi diri dari penularan coronavirus dengan cara yang sama seperti menangkal virus lain. Cuci tangan secara teratur, tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dan pastikan untuk memasak semua daging /telur sebelum dikonsumsi. Hindari kontak dekat dengan orang yang tengah batuk atau bersin.

Negara mana saja yang terkena dampak coronavirus?

Ketika virus telah mempengaruhi dunia, para profesor dari Universitas Johns Hopkins telah mengembangkan peta berdasarkan real time untuk melacak penyebaran kasus-kasus yang dikonfirmasi sebagai terpapar coronavirus. Berikut sekilas gambaran situasi terkait coronavirus di berbagai negara.

China per 11 Februari 2020 mencatat 11016 kematian dengan konfirmasi Covid-19 total 98 per hari pada Minggu (9/2) lalu. Museum ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut dan lembaga National Cultural Heritage Administration China telah memajang semua koleksinya secara online agar bisa dilihat publik. Macau juga telah ditutup selama dua minggu terakhir.

Seorang ilmuwan Hong Kong, sebagaimana dilansir South China Morning Post, yakin bahwa di kotanya sudah ada yang terinfeksi coronavirus. Beberapa dari 21 pasien yang terinfeksi dikabarkan tidak mengunjungi China daratan pada periode 14 hari sebelum diagnosa. Aturan yang mewajibkan semua orang yang masuk ke Hong Kong dan berasal dari China masuk karantina 14 hari sudah diberlakukan secara efektif.

Taiwan mengumumkan Kamis (13/2) bahwa tidak akan lagi memproses visa online atau on arrival bagi warga Hong Kong atau Makau dan itu akan berlanjut tanpa batas waktu yang ditetapkan.. Mereka yang memiliki kebutuhan mendesak untuk melakukan perjalanan ke Taiwan harus mendatangi konsulat negeri itu di kota mereka dan membuktikan bahwa mereka belum pernah ke daratan China dalam 14 hari terakhir. 

Mereka yang telah mengunjungi China dan mendapat visa diperintahkan untuk memeriksakan diri karantina serta dijatuhi denda senilai hampirUSD 5.000. Taiwan juga telah melarang semua kapal pesiar berlabuh di pelabuhannya.

Jepang telah mengkonfirmasi 25 kasus coronavirus dan merupakan negara yang paling terkena dampak wabah itu di luar China, namun tidak ada kematian yang dilaporkan. 

Respon Jepang terhadap wabah lebih lemah dari negara lain. Tokyo hanya memberlakukan larangan masuk bagi wisatawan yang telah ke Provinsi Hubei dalam 14 hari terakhir atau mereka yang memiliki paspor yang dikeluarkan dari Hubei. Perdana Menteri Shinzo Abe bersikukuh bahwa wabah itu tidak akan mempengaruhi dimulainya Olimpiade Tokyo 2020 musim panas ini.

Negara-negara Asia yang paling terkena dampak lainnya adalah Singapura, Thailand dan Korea Selatan.

Australia menutup perbatasannya dari warga asing yang telah mengunjungi China dalam 14 hari terakhir. Warga Australia yang pulang dari China harus menjalani pemeriksaan kesehatan tambahan. Ada 15 kasus yang dikonfirmasi dari coronavirus di Australia. Negara itu, menurut New York Times, telah menerbangkan 243 warganya yang ingin meninggalkan Wuhan dan memindahkan mereka ke karantina di Pulau Natal di pusat penahanan imigrasi.

AS telah mengkonfirmasi 12 kasus dan telah menutup perbatasan bagi siapa saja yang telah di China dalam 14 hari terakhir. Transportation Security Administration (TSA) sekarang mewajibkan maskapai penerbangan untuk meminta penumpang yang telah mengunjungi daratan China dalam 14 hari terakhir dialihkan ke penerbangan menuju salah satu fasilitas screening center yang tersedia di beberapa bandara di seluruh negeri, termasuk New York JFK dan Los Angeles International.Jika terbukti tak ada gejala Covid-19, maka mereka akan dipesankan ulang tiket ke tujuan akhir semula.

Respon Maskapai Penerbangan 

Maskapai di seluruh dunia telah menghentikan layanan ke daratan China untuk menindak-lanjuti badan World Health Organization (WHO).

Lufthansa Group (termasuk Austrian Airlines dan SWISS) mengatakan mereka tidak akan menerima pemesanan baru ke China hingga akhir Februari, namun maskapai akan terus mengoperasikan penerbangan ke Hong Kong. British Airways mengumumkan penangguhan penerbangan "langsung" ke daratan Cina. Reuters melaporkan bahwa tidak ada penerbangan yang tersedia ke China hingga akhir Februari. Air Canada juga menangguhkan sementara penerbangan ke Beijing dan Shanghai.

United, American dan Delta semuanya telah menangguhkan layanan mereka ke China, dengan alasan permintaan rendah. Delta bahkan menangguhkan layanan daratan Cina sampai 30 April.

Semua maskapai akan terus memantau situasi dan dapat mengubah jadwal mereka jika ada perubahan situasi di Cina. Banyak maskapai masih mengoperasikan penerbangan ke Hong Kong. Wisatawan harus menghubungi maskapai mereka secara langsung untuk informasi lebih lanjut.

Sementara Cathay Pacific awalnya memerintahkan stafnya memakai maskersaat bekerja, namun kini mereka mengambil cuti tiga minggu yang belum dibayar antara 1 Maret dan akhir Juni karena penurunan signifikan jumlah penumpang.

Thai Airways mempraktikkan tindakan pencegahan ekstrem dengan penyemprotan disinfektan kabin pesawat setiap kali selesai terbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun