Sementara di salah satu sudut rumah sakit, seorang wanita dengan masker wajah memeluk erat-erat tubuh pucat kerabatnya yang sudah meninggal di kursi roda seraya berseru dengan penuh keputusasaan memanggil petugas kamar mayat.
Chen hanya memiliki perlengkapan dasar berupa masker dan sepasang kacamata untuk melindungi diri.
Dia juga mengatakan bahwa Orang tuanya di Qingdao, pantai timur Cina, telah dilecehkan oleh pihak berwenang,"Tapi saya akan tetap semangat, selama saya masih hidup dan saya akan melanjutkan laporan saya di kota ini," Tegasnya. "Aku tidak takut mati. Kenapa aku harus takut padamu, Partai Komunis?"
Di video itu, Chen juga berbicara tentang delapan "pembuat rumor" yang dihukum oleh polisi Wuhan karena dituduh menyebarkan informasi palsu tentang wabah tersebut. Padahal faktanya mereka adalah pekerja medis yang berusaha memberi peringatan, dokter Li diyakini sebagian kalangan sebagai salah satu di antara mereka (CNN,9 Februari 2020).
"Sampai sekarang, polisi Wuhan bahkan belum mengajukan permintaan maaf," kata Chen dengan suara meninggi karena marah.
Chen saat ini tetap tidak bisa dihubungi oleh keluarga, teman-teman, dan ratusan ribu pengikut akun sosmednya. Media China belum memberitakan apapun kerena nama Chen telah lama menjadi topik sensitif di China setelah dia bercanda dalam salah satu videonya bahwa dia akan masuk daftar topik terlarang di negeri itu yang terus bertambah panjang dari waktu ke waktu..
Beberapa dari pengguna medsos China Weibo yang belum pernah mendengar Chen sebelumnya sekarang mulai bertanya-tanya.
"Siapa Chen Qiushi? Mengapa ada begitu banyak orang yang mencarinya? Mengapa media menyensor namanya?" Tanya Li Zhengda, seorang Weibo "Big V" ( nama yang diberikan kepada pengguna akun dengan jumlah pengikut yang besar)Â yang diverifikasi sebagai seorang eksekutif ekuitas swasta.
"Dia adalah seorang pengacara (hak asasi manusia). Dia adalah seorang jurnalis. Dia adalah seseorang yang berani pergi ke Wuhan untuk melaporkan kondisi yang paling benar ketika wabah terjadi" Tulis seorang pemilik akun yang jawabannya didukung sangat banyak netizen lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H