Sebuah kapal perang Jepang hari Minggu lalu diberangkatkan ke Timur Tengah untuk memastikan keselamatan kapal tanker minyak negara itu yang berada di perairan tempat yang tengah diselimuti ketegangan tingkat tinggi antara AS dan Iran  (Associated Press, 2 Februari 2020).
Kapal penghancur ' Takanami' mengangkut sekitar 200 anggota angkatan laut meninggalkan pangkalan angkatan laut utama Jepang di Yokosuka dekat Tokyo dengan misi utama mengumpulkan data intelijen di Teluk Oman dan perairan terdekat.
Perdana Menteri Shinzo Abe menyebut perairan itu merupakan "garis pendukung kehidupan rakyat Jepang yang sangat hidup". Ribuan kapal Jepang, menurut Abe, menempuh rute itu setiap tahun untuk mengangkut 90% pasokan minyak negara Matahari Terbit itu.
"Misi anda untuk mengumpulkan informasi adalah misi yang sangat signifikan dan secara langsung mempengaruhi kehidupan semua orang" Ujar Abe saat upacara melepas keberangkatan pasukan yang disiarkan oleh media televisi setempat.
Sesungguhnya mengirimkan kapal perang ke daerah-daerah yang tengah dilanda ketegangan militer adalah masalah yang sangat sensitif di Jepang karena konstitusi bersikap pasif yang digunakan negara itu pasca-Perang Dunia II memang membatasi penggunaan kekuatan militer hanya untuk pertahanan diri. Abe secara bertahap memperluas peran militer Jepang sejak ia menempari posisinyat pada akhir 2012.
Rencananya kapal penghancur dan sekitar 200 pasukan Pasukan Bela Diri Maritim tersebut akan bergabung dengan sepasang pesawat pengintai P-3C yang telah lebih dulu beroperasi di wilayah yang sama dari pangkalan di Djibouti di Horn of Africa
.Pemerintah Abe diharapkan memberi wewenang kepada pasukan untuk melindungi kapal-kapal komersial Jepang jika ada bahaya, sebuah wacana yang pastinya akan sangat ditentang oleh kelompok-kelompok pendukung pasifisme. Â
Posisi Jepang di Timur Tengah memang terbilang unik karena meski merupakan salah satu sekutu AS, namun pasukannya bukan bagian dari koalisi militer pimpinan yang melindungi perairan Timur Tengah, karena Tokyo ingin mempertahankan netralitas sebagai bentuk komitmen persahabatan pada Iran.
Jepang berupaya memainkan peran sebagai negara penengah antara Washington - Teheran untuk memulihkan stabilitas di kawasan tersebut. Jadi meski ada kasus penyerangan kapal tanker Jepang yang dioperasikan di Teluk Oman pada Juni 2019 dan Washington berusaha memprovokasi dengan menuduh Iran berada di balik insiden tersebut, Jepang tetap kokoh dengan pendiriannya dan menolak desakan AS untuk bergabung dalam koalisi militer bentukan negara adidaya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H