Penulis novel horor tekenal Stephen King memang gemar berbagi opini di Twitter khususnya untuk urusan mengecam habis-habisan Donald Trump yang dinilainya sebagai penyebab perpecahan dengan kebijakan rasis-diskriminatifnya, namun sebuah cuitannya baru-baru ini membuat publik terperangah karena seakan bertentangan dengan agenda anti diskriminasi yang tengah dibangunnya (RT.com, 28 Januari 2020).
"Saya tidak akan pernah mempertimbangkan keragaman dalam hal (menilai karya) seni. Hanya kualitas. Bagi saya, melakukan (hal) yang sebaliknya adalah salah, " demikian bunyi cuitan penulis 'Salem's Lot' itu yang dinilai kontroversial.
Twit tersebut diduga merupakan tanggapan atas nominasi Piala Oscar tahun ini yang dianggap oleh kalangan kritikus lebih mengutamakan 'kulit putih' dan 'laki-laki'.Â
Cuitan King, Â yang secara tidak langsung 'menyetujui' nominasi Oscar yang mengaitkan 'kualitas karya' dengan prioritas 'kulit putih' dan 'laki-laki', itu mendapat respon cepat dan keras dari para follower-nya, bahkan pembuat film 'When They See Us' Ava DuVernay spontan menyatakan rasa kecewa mendalam terhadap sosok yang dikaguminya itu.
"Ketika anda bangun, bermeditasi, meregangkan tubuh, meraih telepon untuk memeriksa dunia dan melihat twit dari seseorang yang anda kagumi (ternyata) begitu terbelakang dan bodoh sehingga (membuat) anda ingin tidur lagi,"Cuit DuVernay.
Sementara sebagian netizen menuduh King pendukung 'hak istimewa kulit putih' dan beberapa lainnya melontarkan cuitan berbau rasis.
King menanggapi badai kritik itu dengan ritual kuno permintaan maaf, penulis novel 'Nigh'dan jurnalis Zachary Leeman menyebutnya 'apology tour' (tur permintaan maaf), seraya berupaya menetralkan rasa malu akibat cuitannya itu dengan melakukan hal yang sangat berlawanan.Â
Pada opini editor (op-ed) yang ditulisnya untuk The Washington Post (27/1), King seakan melawan pendapat aslinya dengan menyatakan bahwa Oscar sebenarnya "dicurangi demi (supremasi) orang kulit putih.
"Penilaian terhadap keunggulan kreatif seharusnya dilakukan secara membuta (tidak diskriminatif). Tapi itu hanya akan terjadi di dunia yang sempurna, di mana permainan tidak dicurangi demi (supremasi) orang kulit putih, "Tulis King dalam op-ednya.
King bahkan menggugat keanggotaan dewan Academy Award yang dinilainya tidak cukup mencerminkan keberagaman seraya menekankan bahwa dia sudah cukup lama menanti adanya kemajuan dalam komunitas film tersebut.
Lebih lanjut dia menulis"Saya sudah cukup tua untuk mengingat ada sedikit sutradara Afrika-Amerika dan Ida Lupino adalah satu-satunya sutradara perempuan di Holywood, dialah yang membuat film-film sulit bergenre kegelapan dengan anggaran minim di tahun 1950-an dan kemudian berkarya di televisi. Namun kiprah penyutradaraannya tidak pernah masuk nominasi Oscar atau Emmy."