Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kerasnya Dunia Anak dalam 3 Novel Charles Dickens

17 Desember 2019   10:37 Diperbarui: 18 Desember 2019   13:26 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa kecil yang tak manis menempa Charles Dickens sebagai pendukung loyal bagi anak-anak (doc.Goodreads,India Today/ed.Wahyuni)

Charles John Huffam Dickens FRSA (1812-1870) lahir di Portsmouth sebagai salah satu dari delapan bersaudara. Ayahnya dijebloskan ke penjara akibat tak mampu membayar hutang saat dirinya berumur 12 tahun dan dia harus bekerja dalam sistem shift  selama 10 jam tiap hari di pabrik semir sepatu untuk membantu perekonomian keluarga.

Namun kondisi kehidupan yang berat tak membunuh hasratnya untuk berkarya, di usia 20-an Charles sudah menerbitkan karya-karya awalnya seperti 'Sketches by Boz' dan 'The Pickwick Papers'.

Dia menikahi Catherine Hogarth pada usia 24 dan mereka dikaruniai10 orang anak. Tak lama berselang, Charles pun mulai menerbitkan versi serial novelnya.

Menurut Richard Gunderman yang seorang profesor multi studi di Indiana University sebagai dilansir laman Psychology Today,  Charles Dickens adalah salah satu pendukung terbesar bagi anak-anak. 

Dia mungkin sudah melakukan lebih banyak dari penulis lain dalam upaya meningkatkan kesadaran publik tentang nasib anak-anak sekaligus meletakkan dasar bagi berbagai reformasi sosial.

"Novel ini dipenuhi dengan berbagai penindasan. Anak-anak, terutama anak yatim, perempuan, dan orang cacat mental harus terus menerus menderita."

Para profesional kesehatan dan berbagai kalangan yang peduli yang tengah mencari pemahaman tentang bagaimana kemiskinan dan eksploitasi dari sudut pandang seorang anak bisa menemukan bahwa novel-novel Charles seperti 'Oliver Twist', 'David Copperfield', dan 'Little Dorrit' adalah sumber wawasan yang sangat kaya untuk topik tersebut.

'Oliver Twist', novel kedua Charles, bercerita tentang seorang anak yatim piatu yang lahir di rumah kerja dan dijual sebagai pekerja magang dalam pengawasan seorang pengurus yang kejam. 

Setelah melarikan diri, dia terjerumus menjalani kehidupan bersama sekelompok pencuri. Dia juga bertemu dengan seorang gadis muda kesepian yang bersimpati padanya namun tak bisa berbuat banyak karena sang gadis terkurung dalam sebuah hubungan cinta yang penuh aniaya.

Charles tak pernah berhenti mengkritisi keberadaan pekerja anak-anak, baik di perusahaan legal maupun dalam sindikat kriminal, dan mengungkap kemunafikan masyarakat yang menjadi penyebab  anak-anak harus hidup di jalanan.

Charles pun bereaksi keras terhadap amandemen undang-undang Inggris yang membatasi bantuan bagi mereka yang tinggal di tempat kerja resmi. Maksudnya mungkin untuk menghukum kemalasan dan memperkuat hubungan antara pekerjaan dan kebajikan, tetapi prakteknya aturan itu malah melegalkan posisi pekerja anak sebagai unit produksi semata.

Hal itu sangat menyedihkan bagi Charles yang telah mengalami sendiri penderitaan sebagai anak pekerja yang diperlakukan sewenang-wenang.

'David Copperfield', novel kedelapan Charles bisa dibilang paling menyerupai otobiografinya. Berkisah tentang seorang anak lelaki yang lahir enam bulan setelah kematian ayahnya, dibesarkan oleh ibu dan pengurus rumah tangganya. Ketika ibu David menikahi pria yang kejam, bocah itu dikirim ke sekolah asrama yang dipimpin oleh seorang guru sadis. 

Dia melarikan diri dan tinggal bersama Keluarga Wickfield lalu akhirnya jatuh cinta pada putri Wickfield yang bernama Agnes. Akhir cerita David pindah ke Australia, menjadi penulis, dan menikahi gadis itu.

Novel ini dipenuhi dengan berbagai penindasan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Anak-anak, terutama anak yatim, perempuan, dan orang cacat mental harus terus menerus menderita. 

Satu-satunya solusi, Charles tampaknya menyarankan, adalah bagi yang lemah untuk menemukan sekutu di antara yang kuat agar bisa keluar dari kondisi mengenaskan itu. 

Atau,mungkin lebih tepatnya, mendorong mereka yang kuat untuk meraih, mendukung dan membela yang rentan. Lebih jauh lagi, kekuasaan harus diselaraskan dengan kebajikan jika kaum dhuafa ingin selamat.

Novel kesebelas Charles, 'Little Dorrit', bercerita tentang seorang gadis kecil bernama Amy Dorrit, yang dibesarkan di penjara bagi mereka yang terjerat hutang. Di tempat itu pula dia menghabiskan sebagian besar hidupnya. Meski begitu, Amy berkembang menjadi orang yang cakap dan peduli.

Dia bekerja sebagai penjahit untuk sebuah keluarga yang putranya, Arthur, jatuh cinta pada Amy. Seiring waktu keluarga Dorrit makmur dan keluarga Arthur bangkrut akibat hutang. Kemudian terungkaplah bahwa ibu Arthur telah menipu Amy dan keluarganya, kondisi yang membuat Arthur dan Little Dorrit mendapatkan kebebasan untuk menikah.

Orang-orang seperti ibu Arthur menilai segala sesuatu, bahkan anak-anak, berdasarkan keuntungan yang dapat mereka peroleh. Keadilan, belas kasihan, dan cinta adalah sesuatu yang tidak dapat secara pasti ditimbang, diukur, atau dihargai dalam nominal tertentu. Akibatnya bagi golongan seperti ibu Arthur, nilai-nilai itu dianggap tidak berharga.

Lantas bagaimana anak-anak bisa berkembang optimal di dunia di mana kekayaan, prestise, dan penampilan telah sepenuhnya menutup mata pada aspek kebaikan manusia? Di mana pun ketamakan mendominasi, hampir bisa dipastikan cinta akan berakhir merana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun