Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Rasul SAW Menghadapi "Haters"

9 November 2019   14:02 Diperbarui: 9 November 2019   14:26 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasulullah SAW menyerahkan balasan bagi para pembenci dirinya pada kebijakan Allah SWT (doc.islamicpages.ezyro.com/ed.Wahyuni)

Rasulullah SAW takkan pernah berkompromi tentang tauhid dan aqidah dalam menjalankan amanah yang diembannya. Juga bila mendapati umatnya diusik, maka beliau tak segan mengangkat pedang. Namun Rasul SAW punya kebijakan tersendiri saat menangani serangan kaum haters yang diarahkan pada dirinya pribadi. 

Berikut adalah sekelumit kisah dari berbagai sumber terkait sikap Rasul SAW dalam menghadapi para haters.

Dilempari kotoran unta saat sujud

Syahdan di masa awal kenabiannya, Rasul SAW tengah mendirikan sholat di dalam Kabah dan saat tengah bersujud Uqbah bin Abi Mu'ith melemparkan kotoran unta padanya atas perintah Abu Jahal. Tak ada seorang muslim pun yang berani menolong sampai datang putrinya Fatimah. Dia menyingkirkan kotoran itu sambil menangis. Rasul SAW mengangkat kepala seraya berdoa,"Wahai Tuhanku, kuserahkan Quraisy kepadaMu." Sebanyak tiga kali (1).

Riwayat lain menyebutkan doa Rasul SAW itu dengan redaksi yang sedikit berbeda, yaitu " Ya Allah, turunkanlah laknatmu kepada segolongan orang Quraisy." Lalu beliau menyebutkan beberapa nama. Ibnu Mas'ud melanjutkan ceritanya, "Maka aku melihat mereka semuanya terbunuh dalam perang Badar." (2).

Dicaci dan dilempari batu di Thaif

Setelah Abu Thalib dan Khadijah yang merupakan bangsawan berpengaruh di Mekah wafat, kaum kafir Quraisy kian berani secara terang-terangan memusuhi Rasul SAW hingga terbetik dalam pikiran beliau niat untuk hijrah dengan harapan bahwa masyarakat kota seberang akan menerima dakwahnya (3).

Rasul ditemani Zaid bin Haritsah berangkat menuju Thaif dan tinggal selama 10 hari di sana. Pada kesempatan bertatap muka dengan para pemuka Bani Tsaqif seperti Abdi Talel, Khubaib, dan Mas'ud; Rasul memperkenalkan konsep tauhid Islam. Namun upayanya bersambut penghinaan dan umpatan bahkan ada massa yang akhirnya melempari Rasul SAW dengan batu hingga terluka. Zaid yang berusaha menjadi tameng pun tak bisa berbuat banyak.

Akhirnya mereka melarikan diri dan bersembunyi di kebun anggur milik Utbah bin Rabi'ah. Sembari rehat mengobati luka, Rasul SAW bermunajat ke hadhirat Allah SWT memohon dikuatkan diri untuk menghadapi cobaan yang begitu berat.

Rabb menjawab doa utusanNya itu. Malaikat Jibril disertai malaikat penjaga gunung mendatangi Nabi dan menawarkan,"Apakah engkau mau aku timpakan dua gunung pada mereka (masyarakat Thaif)? Kalau itu yang kau inginkan, maka akan aku lakukan." Namun Rasul menolak tawaran Jibril, menurut HR Bukhari-Muslim, beliau berharap Allah akan menciptakan generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat di sana.

Dihina oleh Orang-orang Yahudi

Penghinaan terhadap Nabi juga pernah dilakukan sekelompok Yahudi yang menyampaikan ujaran kebencian kepada Nabi. Saat itu Aisyah kebetulan sedang berada di rumah menemani Nabi. Sekelompok umat Yahudi sengaja mendatangi rumah Rasulullah Saw. hanya untuk menghinanya bahkan menyumpahinya mati. Mereka, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Bukhari-Muslim, mengatakan as-Sam 'alaik kepada Nabi (4).

"Hei Muhammad, matilah kau," begitu kira-kita terjemahan as-Sam 'alaik yang dilontarkan kelompok itu.

Aisyah yang geram menimpali ucapan mereka dengan,"Celaka kalian, umat Yahudi, semoga Allah melaknat dan membenci kalian !"

Rasul SAW mendinginkan emosi meluap istrinya dengan berujar,"Tenanglah, Aisyah, tetaplah bersikap lembut (pada mereka), tak usah marah, dan berkata tidak baik."

Aisyah yang masih kesal sempat memprotes,"Nabi, tidakkah anda mendengar perkataan buruk mereka padamu?"

"Saya mendengar, Aisyah, tapi biarkan saja Allah yang membalas. Kalau saya tidak zalim, in sya Allah mereka sendiri yang terkena dampak akibat doa buruk mereka."

Tentu saja kesabaran Nabi SAW tersebut bukan didasari oleh rasa gentar karena pelakunya berkelompok karena untuk urusan menanggapi penghinaan dari kaum Yahudi saat itu, Rasul sangat konsisten.

Pada kesempatan lain, sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Sahih al-Bukhari, seorang Yahudi melontarkan penghinaan serupa pada Nabi SAW yang kala itu tengah berkumpul bersama para sahabatnya. Rasul hanya menimpali hinaan itu dengan,"Wa'alaik (dan bagimu juga demikian)."

Sementara para sahabat beliau yang geram sudah ingin turun tangan membunuh orang Yahudi tersebut, namun Rasul SAW menyabarkan mereka,"Masa perkataan menghina harus dibalas dengan pembunuhan ?"

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun