Aminah binti Wahbin bin Abdu-Manaf bin Zuhrah melahirkan putranya, dari mendiang suaminya Abdullah bin Abdul Muthallib, pada waktu subuh di hari Senin tanggal 9 Rabi'ul Awwal Tahun Fil ke-1 atau ( saat itu ) bertepatan dengan 20 April 571 M.Â
Sebagian hadist meriwayatkan bahwa persalinan Aminah dilakukan di rumah keluarganya di kampung Bani Hasyim dan sebagian lain menyebutkan di kediaman Abu Thalib, namun semua sepakat bahwa itu berlangsung di kota Mekah al Mukarramah (1).
Abdul Muthallib yang tengah melakukan thawaf  mengelilingi Kabah didatangi utusan yang menabarkan bahwa Aminah telah melahirkan seorang anak laki-laki, maka dia pun bergegas mengunjungi menantunya itu dengan sukacita.Â
Sebuah riwayat mengisahkan bahwa Abdul Muthallib menggendong dan membawa cucunya yang baru lahir itu masuk ke dalam Kabah dimana dia berdoa memanjatkan rasa syukurnya kepada Rabb lalu mengembalikan bayi itu pada ibunya.
Baca juga : Sebuah Kisah Ketaatan Istri di Masa Nabi Muhammad SAW
Pada usia 7 hari, Abdul Muthallib mengkhitan cucunya dan memberinya nama Muhammad (yang terpuji). Pada masa itu, nama tersebut bukanlah nama yang lazim digunakan oleh kalangan bangsa Arab sehingga saat kakeknya mengadakan perjamuan besar-besaran untuk merayakan momen istimewa itu, banyak tamu dari kalangan bangsawan yang bertanya-tanya.
Abdul Muthallib menjawab,"(Dengan pemberian nama itu) aku berharap mudah-mudahan dia (anak yang baru lahir itu) menjadi orang yang terpuji di langit pada sisi Allah dan terpuji di bumi pada sisi makhlukNya."
Aminah menyusui putranya selama tiga hari lalu menyerahkannya sementara pada Tsuwaibah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Abu Lahab, dan setelah beberapa hari bayi itu diserahkan dalam pengasuhan ibu susuannya, Halimah binti Abu Zuaib, perempuan asal dusun Banu Sa'ad  yang bersuamikan Abu Kabsyah.
Tradisi memberikan bayi untuk disusui perempuan yang berasal dari luar Mekah dilandasi pemikiran bahwa seorang anak akan bertumbuh-kembang lebih baik di tempat yang udaranya bersih dan lingkungan sosial yang lebih bebas merdeka.Â
Jasmaninya akan tumbuh sehat dan segar, sementara kecerdasan berpikirnya akan berkembang lebih optimal karena ditunjang semangat hidup murni yang merdeka jauh dari infiltrasi budaya asing yang marak mewarnai kehidupan kota besar.Â
Selain itu dengan cara demikian, anak diharapkan dapat belajar berbicara bahasa Arab yang fasih dengan dialek murni tanpa pengaruh  slang bahasa asing yang dinilai merusak keindahannya.
Para perempuan dusun yang sehat umumnya akan berlomba-lomba menawarkan diri menjadi ibu susu bayi bangsawan Quraisy yang baru lahir dan masih berayah karena upah yang diterima pasti akan sangat besar. Jadi tidak mengherankan kalau bayi Muhammad yang yatim kurang mendapat perhatian mereka. Halimah pun tidak berbeda.
Namun setelah teman-temannya kembali ke dusun membawa bayi-bayi yang akan disusui, sementara dirinya tak juga mendapat tawaran karena dinilai miskin dan kondisi tubuhnya diyakini takkan mampu memberikan ASI yang mencukupi, Halimah berubah pikiran.Â
Setelah bersepakat dengan suaminya, ketimbang pulang dengan tangan hampa, dia pun mendatangi Aminah dan menjadi ibu susu Muhammad.
Begitulah kebaikan bersambut dengan turunnya keberkahan. Halimah rela menyusui Muhammad meski bundanya tidak bisa memberinya bekal apapun karena memang tengah kekurangan, namun unta kurus mengeluarkan susu yang teramat banyak saat diperah sehingga mereka bisa tidur nyenyak dengan perut kenyang setibanya di dusun.Â
Baca juga : Memetik Hikmah Peristiwa Isra'-mikraj Nabi Muhammad SAW
Kambing-kambing yang selalu pulang dengan perut penuh dan menghasilkan banyak susu di musim paceklik padahal kambing-kambing milik orang sekampung yang digembalakan bersama memiliki kondisi sebaliknya.
Sementara itu pertumbuhan Muhammad pun berjalan sangat baik di dusun itu, menurut M Quraish Syihab,; pada usia 9 bulan Nabi saw telah dapat berbicara dengan fasih, tidak rewel, juga jarang menangis terkecuali karena malu dilihat orang lain saat tanpa busana.Â
Bila dia gelisah di malam hari, Halimah akan membawanya keluar kemah. Muhammad kecil pun tenang kembali setelah memandang bintang-bintang di langit lalu dia akan menutup matanya hingga tertidur  (2).
Sosok bayi Muhammad yang menghadirkan kasih sayang pada siapapun yang melihatnya membuat Halimah jatuh hati sehingga dia menghadap Aminah untuk meminta tambahan masa menyusui. Keinginannya dikabulkan dan Muhammad berada dalam asuhannya sampai usia 4 tahun (3).
Muhammad kecil yang dikenal sangat cerdas selalu siap membantu teman-temannya yang membutuhkan pertolongan, bahkan ikut menggembala kambing bersama saudara-saudara sesusuannya. Kelak saat bunda dan kakeknya berpulang, Muhammad yang berada dalam pengasuhan pamannya Abu Thalib pun sempat menjadikan menggembala kambing ini sebagai mata pencahariannya sebelum akhirnya mulai berdagang.
Kepekaan dan empati sosial Muhammad yang masih berusia 8 tahun tercermin saat dia meminta ijin pada pamannya untuk bekerja menggembalakan kambing.Â
Kondisinya sebagai anak yatim piatu yang miskin dan harus menumpang pada pamannya Abu Thalib yang memiliki banyak anak serta tidak bisa dibilang kaya adalah alasan awal Muhammad mengajukan hal itu.Â
Meski awalnya berusaha mencegah karena tidak tega, namun paman dan bibinya Fatimah binti Asad akhirnya meluluskan permintaan sang keponakan.
Selama sekitar empat tahun Muhammad menggembalakan kambing milik penduduk Mekah dengan imbalan yang tidak terlalu besar dan semuanya diberikan pada pamannya untuk membantu keuangan keluarga. Namun tentu saja, selain sisi ekonomi, ada berbagai manfaat dari profesi tersebut yang kelak terbukti sangat mendukung Muhammad dalam menjalankan amanah kerasulannya.
Kegiatan menggembala kambing, menurut Muhammad Syafi'i Antonio (2008), Â memiliki enam manfaat bagi pembentukan etos kepemimpinan yaituÂ
a. Pathfinding (mencari jalur) lewat perburuan padang penggembalaan yang subur;Â
b. Directing (mengarahkan) menggiring ternak ke padang penggembalaan;Â
c. Controlling (mengawasi) agar tidak ada ternak yang tersesat atau terpisah dari kelompok;Â
d. Protecting (melindungi) dari hewan pemangsa dan pencuri;Â
e. Reflecting (perenungan) saat menunggui rombongan kambing merumput akan terbuka ruang-waktu untuk menafakuri alam, manusia, dan segenap ciptaan Allah
Referensi
(1)KH Moenawar Cholil, 2001, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW Jilid 1, Gema Insani Press, Jakarta.
(2)Sepercik Kisah Masa Kecil Nabi Muhammad
(3) Kisah Rasulullah SAW dan Ibu Susuannya, Halimah as-Sa’diyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H